
Kebutuhan 2,5 Juta Ton, Surplus Beras Hanya Cukup Sebulan
Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
25 October 2018 18:32

Jakarta, CNBC Indonesia - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menyebut kebutuhan konsumsi beras domestik mencapai 2,5 juta ton dalam sebulan. Di sisi lain, surplus beras hingga akhir tahun ini diprediksi berkisar 2,85 juta ton.
Berdasarkan data tersebut, Suhariyanto menilai surplus yang dihasilkan hanya cukup memenuhi kebutuhan konsumsi selama sebulan. "Kalau kita hitung-hitungan kasar saja, surplus itu hanya cukup untuk sebulan," paparnya di Jakarta, Kamis (25/10/2018).
Apalagi, temuan BPS menunjukkan surplus sebesar 2,85 juta ton ini tersebar di sejumlah pihak. Di antaranya, rumah tangga produsen, konsumen, Bulog, pedagang, penggilingan, hotel, dan restoran.
Lebih lanjut, Suhariyanto menjelaskan saat ini jumlah petani produsen padi di Indonesia sebanyak 14,1 juta jiwa. Biasanya, lanjutnya, sekitar 44 % dari total nilai surplus beras itu ada di rumah tangga petani.
"Kalau kita bagi kan hanya 7,5 kg per rumah tangga per bulan. Jadi bagaimana mengelola surplus itu menjadi penting dan cadangan beras juga penting," tegasnya.
Meski begitu, menurut Suhariyanto, ketahanan pangan Indonesia tahun ini cukup aman. Dikatakan cadangan beras yang kini berada di Bulog masih tergolong baik, berbeda dengan situasi tahun lalu ketika cadangan Bulog hanya di bawah 1 juta ton.
Namun, dia tetap mengingatkan agar para pemangku kebijakan berhati-hati dalam mengelola surplus.
"Kita perlu hati-hati, kalau surplus ya bagus dan perlu apresiasi apa yang dikerjakan Kementerian Pertanian. Tapi lebih bagus kalau surplus lebih banyak," tandasnya.
Untuk memperbaiki angka surplus, dia menilai arahan dari Wakil Presiden Jusuf Kalla sudah sangat tepat. Apalagi, luas lahan baku di Indonesia yang menyusut menjadi 7,1 juta hektare, juga telah menjadi poin perhatian dalam mengambil kebijakan.
"Sekarang kuncinya untuk meningkatkan produksi adalah meningkatkan produktivitas. Gunakan bibit yang baik, salurkan pupuk tepat pada waktunya, kontrol hama dan seterusnya. Kalau itu bisa dilakukan, produktivitas meningkat dan bisa diupayakan surplus bertambah," katanya.
(miq/miq) Next Article Kementan: Jangan Khawatir Berlebihan, Kondisi Pangan Aman
Berdasarkan data tersebut, Suhariyanto menilai surplus yang dihasilkan hanya cukup memenuhi kebutuhan konsumsi selama sebulan. "Kalau kita hitung-hitungan kasar saja, surplus itu hanya cukup untuk sebulan," paparnya di Jakarta, Kamis (25/10/2018).
Apalagi, temuan BPS menunjukkan surplus sebesar 2,85 juta ton ini tersebar di sejumlah pihak. Di antaranya, rumah tangga produsen, konsumen, Bulog, pedagang, penggilingan, hotel, dan restoran.
"Kalau kita bagi kan hanya 7,5 kg per rumah tangga per bulan. Jadi bagaimana mengelola surplus itu menjadi penting dan cadangan beras juga penting," tegasnya.
Meski begitu, menurut Suhariyanto, ketahanan pangan Indonesia tahun ini cukup aman. Dikatakan cadangan beras yang kini berada di Bulog masih tergolong baik, berbeda dengan situasi tahun lalu ketika cadangan Bulog hanya di bawah 1 juta ton.
Namun, dia tetap mengingatkan agar para pemangku kebijakan berhati-hati dalam mengelola surplus.
"Kita perlu hati-hati, kalau surplus ya bagus dan perlu apresiasi apa yang dikerjakan Kementerian Pertanian. Tapi lebih bagus kalau surplus lebih banyak," tandasnya.
Untuk memperbaiki angka surplus, dia menilai arahan dari Wakil Presiden Jusuf Kalla sudah sangat tepat. Apalagi, luas lahan baku di Indonesia yang menyusut menjadi 7,1 juta hektare, juga telah menjadi poin perhatian dalam mengambil kebijakan.
"Sekarang kuncinya untuk meningkatkan produksi adalah meningkatkan produktivitas. Gunakan bibit yang baik, salurkan pupuk tepat pada waktunya, kontrol hama dan seterusnya. Kalau itu bisa dilakukan, produktivitas meningkat dan bisa diupayakan surplus bertambah," katanya.
(miq/miq) Next Article Kementan: Jangan Khawatir Berlebihan, Kondisi Pangan Aman
Most Popular