
Kementan: Satu-satunya yang Diakui Adalah Data Beras BPS
Samuel Pablo, CNBC Indonesia
24 October 2018 18:43

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) pada hari ini merilis data beras terbaru, dan menyebut data-data sebelumnya sejak 1997 tidak akurat.
Dalam data terbaru itu, total luas panen pada tahun ini 10,90 juta hektar dan total produksi gabah kering giling (GKG) 56,54 juta ton.
Kemudian, produksi padi 32,42 juta ton dan konsumsi beras 29,57 juta ton sehingga diperkirakan surplus beras pada tahun ini 2,85 juta ton.
Menanggapi hal ini, Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian Syukur Iwantoro mengaku sangat senang dan mengapresiasi rilis data BPS ini. Dia mengatakan, Kementan menyambut adanya perbaikan metodologi perhitungan.
Dia pun menampik tudingan bahwa Kementan selama ini merilis data produksi beras yang tidak akurat dengan metodologi yang salah. Menurutnya, Kementan selama ini hanya mengacu kepada satu data, yakni yang dirilis oleh BPS.
"Itu yang kita tunggu-tunggu. Dalam undang-undang, satu-satunya data yang diakui adalah BPS. Jadi, Kementan tidak pernah mengeluarkan data produksi sendiri, tapi selalu mengacu ke data BPS," kata Syukur di kantornya, Rabu (24/10/2018) sore.
"Jadi, [data] yang sebelumnya pun data dari BPS dengan menggunakan metodologi yang lama," imbuhnya.
Syukur mengatakan, pihaknya hanya berkonsentrasi pada peningkatan produksi pangan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi penduduk yang terus meningkat hingga 1,7 ton beras pada 2014-2018.
"Kami hanya fokus pada menanam dan menanam, meningkatkan produktivitas, dan benih unggul untuk kecukupan pangan bagi populasi Indonesia yg terus meningkat, 12,8 juta orang [dalam empat tahun terakhir]," jelasnya.
Lebih lanjut, Syukur mengatakan pihaknya akan merubah asumsi target pengembangan padi di tahun depan sesuai dengan rilis data terbaru BPS.
"Kita mengacu kepada BPS nanti," pungkasnya.
(ray/ray) Next Article Lagi Musim Panen RI Mau Impor Beras 1 Juta Ton, Kenapa?
Dalam data terbaru itu, total luas panen pada tahun ini 10,90 juta hektar dan total produksi gabah kering giling (GKG) 56,54 juta ton.
Kemudian, produksi padi 32,42 juta ton dan konsumsi beras 29,57 juta ton sehingga diperkirakan surplus beras pada tahun ini 2,85 juta ton.
Dia pun menampik tudingan bahwa Kementan selama ini merilis data produksi beras yang tidak akurat dengan metodologi yang salah. Menurutnya, Kementan selama ini hanya mengacu kepada satu data, yakni yang dirilis oleh BPS.
"Itu yang kita tunggu-tunggu. Dalam undang-undang, satu-satunya data yang diakui adalah BPS. Jadi, Kementan tidak pernah mengeluarkan data produksi sendiri, tapi selalu mengacu ke data BPS," kata Syukur di kantornya, Rabu (24/10/2018) sore.
"Jadi, [data] yang sebelumnya pun data dari BPS dengan menggunakan metodologi yang lama," imbuhnya.
Syukur mengatakan, pihaknya hanya berkonsentrasi pada peningkatan produksi pangan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi penduduk yang terus meningkat hingga 1,7 ton beras pada 2014-2018.
"Kami hanya fokus pada menanam dan menanam, meningkatkan produktivitas, dan benih unggul untuk kecukupan pangan bagi populasi Indonesia yg terus meningkat, 12,8 juta orang [dalam empat tahun terakhir]," jelasnya.
Lebih lanjut, Syukur mengatakan pihaknya akan merubah asumsi target pengembangan padi di tahun depan sesuai dengan rilis data terbaru BPS.
"Kita mengacu kepada BPS nanti," pungkasnya.
(ray/ray) Next Article Lagi Musim Panen RI Mau Impor Beras 1 Juta Ton, Kenapa?
Most Popular