
Jangan Bangga Dulu Angka Kemiskinan 9%, Jokowi Masih Punya PR
Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
25 October 2018 10:33

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka kemiskinan di Indonesia saat ini sebesar 9,82%. Meski prosentase tersebut sudah mencapai satu digit, namun Presiden Joko Widodo masih memiliki pekerjaan rumah (PR).
Kepala BPS, Suhariyanto, menyebut bahwa angka kemiskinan 9,82% ini bukanlah jumlah yang sedikit jika mengacu pada jumlah keseluruhan penduduk Indonesia. "Itu sekitar 26 juta penduduk masih di garis kemiskinan," ungkapnya dalam seminar nasional di Auditorium Polstat Sekolah Tinggi Ilmu Statistik, Jakarta, Kamis (25/10/2018).
Suhariyanto menilai, kemiskinan masih merupakan tantangan besar yang dihadapi berbagai bangsa dari zaman ke zaman. Hal demikian tidak hanya terjadi di negara berkembang, tetapi juga negara maju.
Meski demikian, keinginan masyarakat untuk maju tetap ada. Itu tercermin dari perilaku menabung para masyarakat miskin, sebagaimana sejumlah hasil studi yang dikutip Kecuk.
"Penduduk yang paling miskin, mereka selalu mencari kesempatan menyisihkan sebagian uangnya. Jadi perilaku menabung jangan diukur berdasarkan besar kecilnya yang ditabung," katanya.
Ditegaskan, penduduk miskin juga perlu biaya hidup. Di sisi lain, mereka hanya kehilangan kesempatan, namun keinginan untuk maju sama dengan masyarakat menengah ke atas.
"Bagaimana bisa nabung? Tentu dari menyisihkan uang belanja mereka sekecil apa pun. Selanjutnya, persoalan lain yang belum diselesaikan di Indonesia adalah disparitas. Kedepannya harus berupaya kita tutup kalau memang berkomitmen keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia," pungkasnya.
(ray) Next Article Top Pak Jokowi! Angka Kemiskinan 2019 Turun Lagi Jadi 9,22%
Kepala BPS, Suhariyanto, menyebut bahwa angka kemiskinan 9,82% ini bukanlah jumlah yang sedikit jika mengacu pada jumlah keseluruhan penduduk Indonesia. "Itu sekitar 26 juta penduduk masih di garis kemiskinan," ungkapnya dalam seminar nasional di Auditorium Polstat Sekolah Tinggi Ilmu Statistik, Jakarta, Kamis (25/10/2018).
Suhariyanto menilai, kemiskinan masih merupakan tantangan besar yang dihadapi berbagai bangsa dari zaman ke zaman. Hal demikian tidak hanya terjadi di negara berkembang, tetapi juga negara maju.
Meski demikian, keinginan masyarakat untuk maju tetap ada. Itu tercermin dari perilaku menabung para masyarakat miskin, sebagaimana sejumlah hasil studi yang dikutip Kecuk.
"Penduduk yang paling miskin, mereka selalu mencari kesempatan menyisihkan sebagian uangnya. Jadi perilaku menabung jangan diukur berdasarkan besar kecilnya yang ditabung," katanya.
Ditegaskan, penduduk miskin juga perlu biaya hidup. Di sisi lain, mereka hanya kehilangan kesempatan, namun keinginan untuk maju sama dengan masyarakat menengah ke atas.
"Bagaimana bisa nabung? Tentu dari menyisihkan uang belanja mereka sekecil apa pun. Selanjutnya, persoalan lain yang belum diselesaikan di Indonesia adalah disparitas. Kedepannya harus berupaya kita tutup kalau memang berkomitmen keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia," pungkasnya.
(ray) Next Article Top Pak Jokowi! Angka Kemiskinan 2019 Turun Lagi Jadi 9,22%
Most Popular