
Pemerintah Akui Impor Pangan Memang Tinggi
Arys Aditya & Samuel Pablo, CNBC Indonesia
23 October 2018 09:09

Jakarta, CNBC Indonesia - Menko Perekonomian, Darmin Nasution, mengakui bahwa impor pangan pada tahun ini memang cukup tinggi.
"Pangan tahun ini impor tinggi, oke. Tapi, kalau indeksi ketahanan pangan dengan berbagai negara kita baik lho," katanya hari ini, Selasa (23/10/2018).
Dia menuturkan itu dalam konferensi pers pencapaian 4 tahun pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla di Kementerian Sekretariat Negara.
Darmin mengatakan ketahanan pangan Indonesia pada 2014 berada di posisi 72, lalu pada 2017 naik ke posisi 65 dari 113 negara.
Adapun berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sejumlah impor pangan memang mengalami kenaikan, antara lain:
Beras
Impor beras naik signifikan menjadi 2,01 juta ton dibandingkan sebelumnya hanya 198.560 ton.
Kenaikan drastis ini tentu karena penugasan impor beras yang diberikan pemerintah kepada Bulog.
Daging Lembu
Komoditas pangan selanjutnya yang mengalami kenaikan impor adalah daging jenis lembu, termasuk di dalamnya daging sapi dan kerbau.
Sepanjang Januari-September 2018, impornya secara kumulatif telah mencapai 140.268 ton, naik 17,81% dari sebelumnya 119.061 ton.
Gula
Kenaikan impor pangan juga ada pada komoditas gula tebu sebesar 9,7% atau dari 3,08 juta ton menjadi 3,38 juta ton.
Sebagai informasi, impor gula tebu dalam bentuk raw sugar tidak hanya diolah menjadi gula konsumsi, namun juga gula kristal rafinasi (GKR) untuk keperluan industri makanan dan minuman (mamin).
Garam
Impor garam juga mengalami kenaikan 22,34% atau dari 1,79 juta ton menjadi 2,19 juta ton.
Perlu diketahui, impor garam utamanya dibutuhkan untuk keperluan industri, mulai dari industri mamin, farmasi, hingga kimia. Kualitas garam lokal yang belum mencukupi standar industri menjadi alasan impor garam terus meningkat dari tahun ke tahun.
Mentega
Komoditas mentega mengalami kenaikan impor sekitar 2.000 ton atau dari 15.501 ton menjadi 17.244 ton.
Tepung Terigu
Sementara itu, tepung terigu mencatatkan kenaikan hingga sekitar 30% dari 36.157 ton menjadi 47.350 ton.
(ray/ray) Next Article Darmin: Impor Meningkat Cepat, Ini Krusial untuk Diselesaikan
"Pangan tahun ini impor tinggi, oke. Tapi, kalau indeksi ketahanan pangan dengan berbagai negara kita baik lho," katanya hari ini, Selasa (23/10/2018).
Dia menuturkan itu dalam konferensi pers pencapaian 4 tahun pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla di Kementerian Sekretariat Negara.
Adapun berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sejumlah impor pangan memang mengalami kenaikan, antara lain:
Beras
Impor beras naik signifikan menjadi 2,01 juta ton dibandingkan sebelumnya hanya 198.560 ton.
Kenaikan drastis ini tentu karena penugasan impor beras yang diberikan pemerintah kepada Bulog.
Daging Lembu
Komoditas pangan selanjutnya yang mengalami kenaikan impor adalah daging jenis lembu, termasuk di dalamnya daging sapi dan kerbau.
Sepanjang Januari-September 2018, impornya secara kumulatif telah mencapai 140.268 ton, naik 17,81% dari sebelumnya 119.061 ton.
Gula
Kenaikan impor pangan juga ada pada komoditas gula tebu sebesar 9,7% atau dari 3,08 juta ton menjadi 3,38 juta ton.
Sebagai informasi, impor gula tebu dalam bentuk raw sugar tidak hanya diolah menjadi gula konsumsi, namun juga gula kristal rafinasi (GKR) untuk keperluan industri makanan dan minuman (mamin).
Garam
Impor garam juga mengalami kenaikan 22,34% atau dari 1,79 juta ton menjadi 2,19 juta ton.
Perlu diketahui, impor garam utamanya dibutuhkan untuk keperluan industri, mulai dari industri mamin, farmasi, hingga kimia. Kualitas garam lokal yang belum mencukupi standar industri menjadi alasan impor garam terus meningkat dari tahun ke tahun.
Mentega
Komoditas mentega mengalami kenaikan impor sekitar 2.000 ton atau dari 15.501 ton menjadi 17.244 ton.
Tepung Terigu
Sementara itu, tepung terigu mencatatkan kenaikan hingga sekitar 30% dari 36.157 ton menjadi 47.350 ton.
(ray/ray) Next Article Darmin: Impor Meningkat Cepat, Ini Krusial untuk Diselesaikan
Most Popular