Terlibat Perang Dagang dengan AS, Ekonomi China Bermasalah?

Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
09 October 2018 20:34
Pada bulan lalu, China bersikeras situasi ekonomi
Foto: Edward Ricardo
Jakarta, CNBC Indonesia - Keputusan Bank Sentral China memangkas jumlah cadangan dana yang dikelola bank merupakan indikasi pihak berwenang di Negeri Tirai Bambu semakin gelisah.

Gelisah karena apa? Tentu karena perang dagang dengan Amerika Serikat (AS). Demikian dilansir CNBC International, Selasa (9/10/2018). Pada bulan lalu, China bersikeras situasi ekonomi "sangat tangguh" dan Beijing tidak takut perang dagang.

Kemudian saat World Economic Forum di Tianjin, China, September lalu, seorang pejabat dari regulator sekuritas negara mengatakan tidak ada yang dapat dilakukan pemerintahan Presiden Donald Trump untuk memengaruhi konomi China.

Wakil Ketua Komisi Regulasi Sekuritas China Fang Xinghai menyatakan kemungkinan terburuk adalah AS memberlakukan pungutan atas semua impor China. Akan tetapi, langkah itu hanya mengoreksi 0,7 poin persetanse pertumbuhan ekonomi China.



Akan tetapi, langkah bank sentral mengurangi tekanan pada sektor perbankan menandakan situasi di China mungkin tidak cerah.

"China mungkin menghadapi periode terburuknya sejak krisis keuangan global," kata Fraser Howie, seorang analis independen yang telah menulis buku tentang China dan sistem keuangan kepada CNBC "The Rundown" pada Senin.

Bank Sentral China memutuskan membuat kebijakan berupa pemotongan 100 basis poin untuk "reserve requirement ratio (RRR) untuk sebagian besar bank.

Hal itu akan menghasilkan suntikan 750 milyar yuan (US $ 109,2 miliar) tunai ke dalam sistem perbankan. Tetapi bank sentral mempertahankan kebijakan moneter masih bijaksana dan netral serta tidak akomodatif.



Meskipun sikap resmi PBOC menunjukkan kebijakan moneter belum akomodatif, pemotongan RRR keempat tahun ini terjadi ketika ketegangan perdagangan antara China dan AS meningkat. Para analis memperkirakan perang dagang bakal lebih lama dari yang diperkirakan.

Perang dagang yang berkepanjangan, ketika ekonomi AS tampak kuat, dapat menyebabkan lebih banyak investor menarik uang dari China. Oleh karena itu, Beijing mengambil langkah-langkah pre-emptive untuk menghindari arus keluar besar uang investor dari sistem keuanganny.

China bisa menghadapi pukulan lain untuk ekonomi yang sudah mengalami pertumbuhan lebih lambat. Demikian penjelasan Cindy Ponder-Budd, seorang analis dari firman riset, View From The Peak, kepada CNBC's Squawk Box pada Senin.

Langkah terbaru PBOC datang di akhir hari libur nasional selama sepekan di China. Ketika pasar China ditutup pekan lalu, saham-saham Hong Kong turun selama empat hari berturut-turut karena investor semakin khawatir dampak perang dagang mulai terlihat.

Pemotongan RRR tidak banyak menenangkan, ketika pasar saham besar di China anjlok pada awal perdagangan minggu ini. Saham di Shanghai dan Shenzhen turun hampir tiga persen pada Senin pagi, sementara Hong Kong turun mendekati satu persen.

"China sedikit gugup. Ada begitu banyak halangan ke arah itu sekarang dan saya pikir itu benar untuk mempersiapkan yang terburuk dan mengharapkan yang terbaik," Gareth Nicholson, analis di Bank of Singapore, mengatakan kepada CNBC "The Rundown" pada Senin.

Nicholson mencatat jika situasi perdagangan semakin memburuk, China akan memiliki sejumlah pengungkit pengendali untuk menyelamatkan ekonominya. Ini karena Presiden Xi Jinping memiliki "modal politik."
Terlibat Perang Dagang dengan AS, Ekonomi China Bermasalah?Foto: infografis/Musuh-musuh Perang Dagang Trump/Aristya Rahadian Krisabella

(miq/miq) Next Article Panas! China Ancam AS Gegara 'Penindasan' Atas Huawei Cs

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular