
Internasional
Batasi Impor Minyak Iran, India Berharap Keringanan Sanksi AS
Wangi Sinintya, CNBC Indonesia
09 October 2018 14:59

Jakarta, CNBC Indonesia - India berharap tidak dikenakan sanksi oleh Amerika Serikat (AS) karena telah secara signifikan memangkas impor minyak Iran sebelum batas waktu 4 November 2018.
Hal ini diungkapkan oleh Menteri perminyakan India, Dharmendra Pradhan, Senin (8/10/2018) seperti dilansir dari Reuters. Sambil menambahkan hal ini sedang didiskusikan "dengan semua pihak yang berkepentingan."
Sanksi AS terhadap Iran sangat tegas, yakni mengembargo minyak dari Iran dan melarang negara-negara lain untuk impor minyak dari Iran agar sanksi efektif.
Per 4 November, Washington meminta pembeli minyak mentah dari Teheran (khususnya mitra AS) untuk memangkas pembelian dari Iran hingga ke titik nol. Ancamannya adalah barang siapa yang berbisnis dengan Iran, maka tidak bisa berbisnis dengan Negeri Adidaya.
Sanksi ini berpotensi mengurangi pasokan minyak di pasar dunia. Pada puncaknya di 2018, Iran mengekspor 2,71 juta barel/hari, hampir 3% dari konsumsi harian minyak mentah global. Namun, mengutip data Refinitiv Eikon, ekspor Iran di September kini hanya tinggal 1,9 juta barel/hari, atau level terendahnya sejak pertengahan 2016.
Sebagai konsumen kedua terbesar minyak Iran, setelah China, jelas ini membuat India was-was. Untungnya, pada Jumat kemarin pemerintahan AS menyebut sedang mempertimbangkan keringanan bagi negara-negara yang sudah mengurangi impor minyak dari Teheran.
India memang sudah mengurangi impor mereka dari Iran bulan-bulan sebelumnya, tetapi negara ini menyatakan akan menaikkan angka impornya per November terkait naiknya kebutuhan.
"Kami harus memenuhi semua kebutuhan domestik kami," lanjut Pradhan, mengkonfirmasi rencana untuk membeli beberapa minyak mentah Iran setelah sanksi AS masuk.
India memang tidak mengakui sanksi AS. Tetapi New Delhi membutuhkan pembebasan untuk memastikan impor minyaknya tidak berdampak lebih luas terhadap sistem keuangan AS tidak pengaruh.
India telah membatasi impor minyak dari Iran sejak September. India akan mengimpor 9 juta barel minyak Iran pada November, setara dengan sekitar 300.000 barel per hari (bpd), dibandingkan dengan rata-rata sekitar 658.000 barel per hari dari April hingga Agustus, menurut data yang tersedia di Reuters. "Sudah cukup proses yang sulit untuk bernegosiasi," kata Sanjay Sudhir, sekretaris bersama yang menangani kerja sama internasional di Kementerian Minyak, sehubungan dengan upaya diversifikasi pasokan dan mengurangi impor Iran.
"Kami berusaha menyeimbangkan hubungan kami dengan AS dan Iran, pada saat yang sama juga harus pikirkan untuk menjaga kepentingan energi dan keamanan kami," tambahnya. India telah melakukan diversifikasi pasokan minyaknya untuk meredam dampak sanksi, katanya. Dia mengatakan kilang India telah mulai mengimpor minyak dari Amerika Serikat tetapi pembelian dibatasi oleh infrastruktur AS. "Ketika infrastruktur AS membaik, India memiliki potensi untuk lifting lebih banyak," katanya.
Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo mengatakan di New Delhi bahwa pemerintah AS mengakui beberapa pembeli minyak Iran akan mengambil "sedikit waktu" untuk melepaskan perdagangan mereka dengan Iran "Kami mengharapkan kepemimpinan global untuk membaca kebutuhan India akan minyak Iran," kata Pradhan, seraya menambahkan bahwa dia menginginkan produsen minyak utama seperti Arab Saudi untuk meningkatkan produksi.
Pradhan mengatakan, dia telah berbicara dengan Menteri Perminyakan Saudi, Khalid al-Falih dua hari sebelumnya tentang keputusan OPEC dan produsen minyak utama untuk menambahkan 1 juta bpd ke pasar minyak. "Minyak seharusnya tidak hanya dihargai dari sudut pandang produsen, minat konsumen juga harus diurus," katanya.
(gus) Next Article Kecanduan Impor Minyak, India Hadapi Krisis Ekonomi
Hal ini diungkapkan oleh Menteri perminyakan India, Dharmendra Pradhan, Senin (8/10/2018) seperti dilansir dari Reuters. Sambil menambahkan hal ini sedang didiskusikan "dengan semua pihak yang berkepentingan."
Sanksi AS terhadap Iran sangat tegas, yakni mengembargo minyak dari Iran dan melarang negara-negara lain untuk impor minyak dari Iran agar sanksi efektif.
Per 4 November, Washington meminta pembeli minyak mentah dari Teheran (khususnya mitra AS) untuk memangkas pembelian dari Iran hingga ke titik nol. Ancamannya adalah barang siapa yang berbisnis dengan Iran, maka tidak bisa berbisnis dengan Negeri Adidaya.
Sanksi ini berpotensi mengurangi pasokan minyak di pasar dunia. Pada puncaknya di 2018, Iran mengekspor 2,71 juta barel/hari, hampir 3% dari konsumsi harian minyak mentah global. Namun, mengutip data Refinitiv Eikon, ekspor Iran di September kini hanya tinggal 1,9 juta barel/hari, atau level terendahnya sejak pertengahan 2016.
Sebagai konsumen kedua terbesar minyak Iran, setelah China, jelas ini membuat India was-was. Untungnya, pada Jumat kemarin pemerintahan AS menyebut sedang mempertimbangkan keringanan bagi negara-negara yang sudah mengurangi impor minyak dari Teheran.
India memang sudah mengurangi impor mereka dari Iran bulan-bulan sebelumnya, tetapi negara ini menyatakan akan menaikkan angka impornya per November terkait naiknya kebutuhan.
"Kami harus memenuhi semua kebutuhan domestik kami," lanjut Pradhan, mengkonfirmasi rencana untuk membeli beberapa minyak mentah Iran setelah sanksi AS masuk.
India memang tidak mengakui sanksi AS. Tetapi New Delhi membutuhkan pembebasan untuk memastikan impor minyaknya tidak berdampak lebih luas terhadap sistem keuangan AS tidak pengaruh.
India telah membatasi impor minyak dari Iran sejak September. India akan mengimpor 9 juta barel minyak Iran pada November, setara dengan sekitar 300.000 barel per hari (bpd), dibandingkan dengan rata-rata sekitar 658.000 barel per hari dari April hingga Agustus, menurut data yang tersedia di Reuters. "Sudah cukup proses yang sulit untuk bernegosiasi," kata Sanjay Sudhir, sekretaris bersama yang menangani kerja sama internasional di Kementerian Minyak, sehubungan dengan upaya diversifikasi pasokan dan mengurangi impor Iran.
"Kami berusaha menyeimbangkan hubungan kami dengan AS dan Iran, pada saat yang sama juga harus pikirkan untuk menjaga kepentingan energi dan keamanan kami," tambahnya. India telah melakukan diversifikasi pasokan minyaknya untuk meredam dampak sanksi, katanya. Dia mengatakan kilang India telah mulai mengimpor minyak dari Amerika Serikat tetapi pembelian dibatasi oleh infrastruktur AS. "Ketika infrastruktur AS membaik, India memiliki potensi untuk lifting lebih banyak," katanya.
Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo mengatakan di New Delhi bahwa pemerintah AS mengakui beberapa pembeli minyak Iran akan mengambil "sedikit waktu" untuk melepaskan perdagangan mereka dengan Iran "Kami mengharapkan kepemimpinan global untuk membaca kebutuhan India akan minyak Iran," kata Pradhan, seraya menambahkan bahwa dia menginginkan produsen minyak utama seperti Arab Saudi untuk meningkatkan produksi.
Pradhan mengatakan, dia telah berbicara dengan Menteri Perminyakan Saudi, Khalid al-Falih dua hari sebelumnya tentang keputusan OPEC dan produsen minyak utama untuk menambahkan 1 juta bpd ke pasar minyak. "Minyak seharusnya tidak hanya dihargai dari sudut pandang produsen, minat konsumen juga harus diurus," katanya.
(gus) Next Article Kecanduan Impor Minyak, India Hadapi Krisis Ekonomi
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular