Penurunan Ekspor Iran Makin Parah, Harga Minyak Rebound

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
09 October 2018 10:32
Harga minyak jenis brent kontrak pengiriman Desember 2018 naik 0,43% ke level US$84,27/barel hingga pukul 10.00 WIB, pada perdagangan hari Selasa.
Foto: REUTERS/Stringer
Jakarta, CNBC IndonesiaHarga minyak jenis brent kontrak pengiriman Desember 2018 naik 0,43% ke level US$84,27/barel hingga pukul 10.00 WIB, pada perdagangan hari Selasa (9/10/2018). Di waktu yang sama, harga minyak jenis light sweet kontrak November 2018 menguat 0,42% ke level US$74,6/barel.

Dengan pergerakan tersebut, harga sang emas hitam mampu pulih setelah kemarin sempat tertekan. Pada penutupan perdagangan hari Senin (8/10/2018), harga brent yang menjadi acuan di Eropa terkoreksi hingga 0,3%.



Seperti diketahui, per 4 November mendatang, pemerintah Amerika Serikat (AS) meminta pembeli minyak mentah dari Iran untuk memangkas pembelian hingga ke titik nol. Ancamannya adalah barang siapa yang berbisnis dengan Negeri Persia, maka tidak bisa berbisnis dengan Negeri Adidaya.

Meski demikian, kemarin Washington dikabarkan sedang mempertimbangkan keringanan bagi negara-negara yang sudah menunjukkan usaha untuk mengurangi impor minyak mentah Teheran.

Sentimen ini lantas memberikan persepsi bahwa pasokan dari Iran tidak akan langsung menghilang begitu drastisnya. Masih ada peluang negara-negara yang diberi keringanan oleh AS masih bisa membeli minyak dari Teheran. Akibatnya, harga pun tertekan pada perdagangan kemarin.

BACA: Sanksi Iran Bisa Lebih Ringan, Harga Minyak Turun 1% Lebih

Harga minyak bahkan sempat melemah ke bawah level US$83/barel kemarin, menyambut persepsi sebaian pasokan minyak dari Iran tetap akan mengalir bahkan jika sanksi AS berlaku. Dua perusahaan di India dikabarkan sudah memesan minyak asal Iran pada bulan November mendatang, ujar Menteri Perminyakan India, seperti dikutip dari CNBC International.

Meski demikian, harga minyak berhasil menipiskan pelemahannya pada perdagangan kemarin. Adalah stimulus ekonomi China yang berhasil mengangkat harga. Bank Sentral China (PBoC) memutuskan untuk menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) sebesar 100 basis poin.

Kebijakan ini diperkirakan menambah likuiditas perbankan sebesar CNY 750 miliar dan ketika berputar di sistem perekonomian nilainya bertambah menjadi CNY 1,2 triliun. Alhasil, pelaku pasar berekspektasi bahwa kebijakan ini dapat menggenjot permintaan energi Negeri Tirai Bambu, di tengah berkecamuknya perang dagang AS-China.

Sentimen dari Negeri Panda ini nampaknya masih menyokong pergerakan harga minyak hari ini. Terlebih, eskpor minyak dari Iran dikabarkan masih tertekan. Pada pekan pertama Oktober, Teheran "hanya" mengekspor 1,1 juta barel/hari minyak mentah, mengutip data dari Revinitif Eikon.

Jumlah itu turun dari angka 2,5 juta barel/hari pada April, sebelum Presiden AS Donald Trump membatalkan kesepakatan nuklir Iran dan memberlakukan kembali sanksi. Pada puncaknya di 2018, Iran bahkan mampu mengekspor 2,71 juta barel/hari, hampir 3% dari konsumsi harian minyak mentah global.   

(TIM RISET CNBC INDONESIA)

(RHG/gus) Next Article Tak Bisa Tahan, Harga Minyak Turun karena Perlambatan Global

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular