Sanksi Iran Bisa Lebih Ringan, Harga Minyak Turun 1% Lebih

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
08 October 2018 10:43
Harga minyak jenis brent kontrak pengiriman Desember 2018 turun 1,08% ke level US$83,25/barel hingga pukul 10.00 WIB, pada perdagangan hari Senin.
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC IndonesiaHarga minyak jenis brent kontrak pengiriman Desember 2018 turun 1,08% ke level US$83,25/barel hingga pukul 10.00 WIB, pada perdagangan hari Senin (8/10/2018). Di waktu yang sama, harga minyak jenis light sweet kontrak November 2018 terkoreksi 0,82% ke level US$73,73/barel.

Dengan pergerakan tersebut, harga minyak jenis brent yang menjadi acuan di Eropa kini sudah melemah 3 hari berturut-turut. Pergerakan harganya mulai kehilangan energi pasca sepanjang pekan lalu mampu menguat hingga 1,74% secara point-to-point.  

Faktor utama yang menjadi bahan pemberat harga sang emas hitam pada awal pekan ini adalah perkembangan terbaru dari sanksi Amerika Serikat (AS) terhadap Iran. Akhir pekan lalu, pemerintah AS mengatakan bahwa ada kemungkinan pemberian keringanan bagi negara-negara yang sudah menunjukkan usaha untuk mengurangi impor minyak dari Iran. 



Dalam sepekan terakhir, harga minyak disokong oleh pelaku pasar yang berekspektasi bahwa pasokan minyak akan seret menyusul sanksi AS terhadap Iran pada bulan depan.

Per 4 November, Washington meminta pembeli minyak mentah dari Teheran (khususnya mitra AS) untuk memangkas pembelian dari Iran hingga ke titik nol.  Ancamannya adalah barang siapa yang berbisnis dengan Iran, maka tidak bisa berbisnis dengan Negeri Adidaya.

Sanksi ini berpotensi mengurangi pasokan minyak di pasar dunia. Pada puncaknya di 2018, Iran mengekspor 2,71 juta barel/hari, hampir 3% dari konsumsi harian minyak mentah global. Namun, mengutip data Refinitiv Eikon, ekspor Iran di September kini hanya tinggal 1,9 juta barel/hari, atau level terendahnya sejak pertengahan 2016.

Meski demikan, pada awal pekan ini ada dua sentimen yang mampu meredakan persepsi seretnya pasokan. Pertama, pemerintah AS kini sedang dalam proses internal untuk mempertimbangkan keringanan bagi negara-negara yang sudah menunjukkan usaha untuk mengurangi impor minyak mentah Iran.

Hal ini merupakan pertama kalinya pemerintah AS secara serius memikirkan adanya keringanan. Pada bulan lalu, keringanan tersebut baru sempat terucap saja oleh Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo.

Pada pertemuan di India awal September lalu, Pompeo menyatakan bahwa pemerintahan AS mempertimbangkan adanya keringanan, serta bahwa pembeli minyak dari Iran akan "membutuhkan sedikit waktu" untuk melepaskan hubungan perdagangannya dengan Iran.

Keseriusan pemerintah AS untuk memberikan keringanan lantas memberikan persepsi bahwa pasokan dari Iran tidak akan langsung menghilang begitu drastisnya. Masih ada peluang negara-negara yang diberi keringanan oleh AS masih bisa membeli minyak dari Teheran.

Kedua, beredar kabar bahwa Arab Saudi telah mengganti seluruh pasokan minyak Iran yang hilang. Berita ini disampaikan oleh Stephen Innes, kepada perdagangan Asia-Pasific di Oanda, seperti dilansir dari Reuters.

Meski demikian, Innes menambahkan bahwa kapasitas Negeri Padang Pasir juga bisa menurun dengan cepat seiring permintaan Benua Asia yang terus tumbuh dengan cepat.

Kombinasi dua sentimen di atas lantas sedikit meredakan kekhawatiran investor akan adanya disrupsi pasokan yang masif. Membaiknya pasokan global lantas ditransmisikan menjadi penurunan harga di awal pekan ini. 

(TIM RISET CNBC INDONESIA)

(RHG/gus) Next Article Tak Bisa Tahan, Harga Minyak Turun karena Perlambatan Global

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular