
Internasional
Maskapai Alitalia Terlilit Utang Rp 15 T, Italia Turun Tangan
Bernhart Farras, CNBC Indonesia
08 October 2018 14:29

Roma, CNBC Indonesia - Pemerintah Italia turun tangan untuk menyelesaikan masalah uang maskapai Alitalia senilai Rp 15 triliun (US$1 miliar). Italia sedang mencari cara untuk memperpanjang jangka jatung tempo pinjaman selama 6 bulan atau pada 15 Desember 2018.
Perpanjang waktu ini juga akan digunakan untuk mencari investor baru bagi Alitalia, ujar sumber Reuters, yang dikutip Senin (8/10/2018).
Altilia pernah menjadi simbol booming ekonomi pada masa pasca-perang Italia. Baru-baru ini mereka mengalami kesulitan akibat persaingan dari maskapai penerbangan berbiaya rendah dan kereta api berkecepatan tinggi. Tahun lalu, Alitalia berada di bawah administrasi khusus setelah para pekerja menolak rencana penyelamatan perusahaan.
Sebagai bagian dari proses, Roma telah mencari pembeli, tetapi tertunda karena perubahan pemerintahan.
Perpanjangan jangka waktu pinjaman ini mungkin mengganggu Komisi Eropa, yang telah mencari tahu tentang bantuan negara. Ini juga dapat melanggar pedoman Uni Eropa, yang memungkinkan penyelamatan pinjaman hanya sebagai tindakan darurat jangka pendek.
Alitalia menolak berkomentar.
Pada Juni, para pejabat dalam koalisi pemerintah yang sedang berkuasa mengatakan Roma ingin menempatkan melepas 51% saham Alitalia ke publik, salah satunya dengan menjadikannya perusahaan milik negara dan menggandeng pamain kuat di industri penerbangan.
Gianfranco Battisti, kepala Ferrovie dello Stato (FS) Italia, bulan lalu mengatakan Alitalia bisa menjadi peluang bagi kelompok kereta api milik negara, menambahkan Ia melihat sinergi dalam tiket dan rute tetapi kemudian dibantah sendiri oleh Battisti.
Awal tahun ini, EasyJet, Lufthansa, dan maskapai ekonomis Wizz Air mengirimkan pernyataan ketertarikan pada setidaknya sebagian kepemilikan dari Alitalia.
Minggu ini, Menteri Perindustrian Luigi Di Maio yang berjanji untuk mengakhiri pertanyaan Alitalia pada November. Ia telah mengadakan pertemuan dengan serikat pekerja yang direncanakan pada Jumat, 12 Oktober. Penjualan seharusnya disepakati pada 30 April, tetapi dipindahkan ke akhir Oktober karena perubahan pemerintah.
(roy) Next Article Deteksi Corona, Jokowi: Jangan Sampai Indonesia Diragukan
Perpanjang waktu ini juga akan digunakan untuk mencari investor baru bagi Alitalia, ujar sumber Reuters, yang dikutip Senin (8/10/2018).
Altilia pernah menjadi simbol booming ekonomi pada masa pasca-perang Italia. Baru-baru ini mereka mengalami kesulitan akibat persaingan dari maskapai penerbangan berbiaya rendah dan kereta api berkecepatan tinggi. Tahun lalu, Alitalia berada di bawah administrasi khusus setelah para pekerja menolak rencana penyelamatan perusahaan.
Perpanjangan jangka waktu pinjaman ini mungkin mengganggu Komisi Eropa, yang telah mencari tahu tentang bantuan negara. Ini juga dapat melanggar pedoman Uni Eropa, yang memungkinkan penyelamatan pinjaman hanya sebagai tindakan darurat jangka pendek.
Alitalia menolak berkomentar.
Pada Juni, para pejabat dalam koalisi pemerintah yang sedang berkuasa mengatakan Roma ingin menempatkan melepas 51% saham Alitalia ke publik, salah satunya dengan menjadikannya perusahaan milik negara dan menggandeng pamain kuat di industri penerbangan.
Gianfranco Battisti, kepala Ferrovie dello Stato (FS) Italia, bulan lalu mengatakan Alitalia bisa menjadi peluang bagi kelompok kereta api milik negara, menambahkan Ia melihat sinergi dalam tiket dan rute tetapi kemudian dibantah sendiri oleh Battisti.
Awal tahun ini, EasyJet, Lufthansa, dan maskapai ekonomis Wizz Air mengirimkan pernyataan ketertarikan pada setidaknya sebagian kepemilikan dari Alitalia.
Minggu ini, Menteri Perindustrian Luigi Di Maio yang berjanji untuk mengakhiri pertanyaan Alitalia pada November. Ia telah mengadakan pertemuan dengan serikat pekerja yang direncanakan pada Jumat, 12 Oktober. Penjualan seharusnya disepakati pada 30 April, tetapi dipindahkan ke akhir Oktober karena perubahan pemerintah.
(roy) Next Article Deteksi Corona, Jokowi: Jangan Sampai Indonesia Diragukan
Most Popular