
Menperin Minta Selandia Baru Buka Pasar Bagi Otomotif RI
Ranny Virginia Utami & Samuel Pablo, CNBC Indonesia
04 October 2018 13:35

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia dan Selandia Baru sepakat meningkatkan nilai transaksi perdagangan pada 2024 mencapai NZD 4 miliar atau Rp 39,37 triliun (kurs NZD 1 = 9.842).
Nilai itu meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan tahun lalu sebesar NZD 1,76 miliar.
Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto, mengatakan optimistis target tersebut dapat tercapai jika Selandia Baru membuka pasar bagi produk otomotif dan elektronik RI. Di sisi lain, pengusaha Negeri Kiwi itu diharapkan dapat semakin mengembangkan sektor dairy products di Indonesia.
"Tadi saya sampaikan kepada Wakil PM Selandia Baru bagaimana kita menantang mereka untuk meningkatkan perdagangan kedua negara dari US$ 1,18 miliar menjadi dua kali lipat. Katakanlah [minimal] dalam 4 tahun ke depan," ujar Airlangga dalam acara New Zealand Tech 2018 di Hotel Fairmont, Kamis (4/10/2018).
Airlangga mengakui saat ini Indonesia masih mengalami defisit dalam perdagangan dengan Selandia Baru, terutama karena impor dairy products yang tinggi, seperti susu tanpa lemak/skim milk.
Itulah alasannya mengapa pemerintah sangat berupaya mendorong agar Selandia Baru mau membuka pasarnya bagi produk manufaktur RI, terutama produk otomotif konvensional yang saat ini sudah menjadi andalan ekspor RI.
"Sekarang kita belum ada ekspor otomotif ke Australia dan Selandia Baru, padahal mereka ini posisinya lebih dekat. Sementara kita sudah ekspor ke seluruh negara ASEAN, bahkan Timur Tengah dan Amerika Latin. Nah ini yang mau kita dorong," jelas Airlangga.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Perdana Menteri Selandia Baru Winston Peters mengungkapkan bahwa negaranya sangat menguasai sektor energi terbarukan, teknologi pangan dan teknologi pertanian.
Menperin menjelaskan, sekitar 80% energi di Selandia Baru menggunakan tenaga hidroelektrik dan panas bumi (geothermal).
"Selain itu, di sektor digital mereka punya teknologi untuk industri makanan dan minuman, warehousing serta smart city. Ini yang ingin kita kapitalisasi," katanya.
Salah satu perusahaan susu asal New Zealand, Fonterra bahkan sudah berinvestasi senilai Rp 735 miliar (NZ$ 36 juta) melalui PT Fonterra Brands Indonesia dalam bentuk pabrik pengolahan dan pengemasan susu di Cikarang, Jawa Barat yang mulai beroperasi pada 2015 lalu.
Investasi ini merupakan investasi joint-venture terbesar dalam bidang pengolahan susu di ASEAN dalam 10 tahun terakhir.
(ray/ray) Next Article Menperin Bertemu Bos Toyota-Mitsubishi di Jepang, Ada Apa?
Nilai itu meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan tahun lalu sebesar NZD 1,76 miliar.
Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto, mengatakan optimistis target tersebut dapat tercapai jika Selandia Baru membuka pasar bagi produk otomotif dan elektronik RI. Di sisi lain, pengusaha Negeri Kiwi itu diharapkan dapat semakin mengembangkan sektor dairy products di Indonesia.
Airlangga mengakui saat ini Indonesia masih mengalami defisit dalam perdagangan dengan Selandia Baru, terutama karena impor dairy products yang tinggi, seperti susu tanpa lemak/skim milk.
Itulah alasannya mengapa pemerintah sangat berupaya mendorong agar Selandia Baru mau membuka pasarnya bagi produk manufaktur RI, terutama produk otomotif konvensional yang saat ini sudah menjadi andalan ekspor RI.
"Sekarang kita belum ada ekspor otomotif ke Australia dan Selandia Baru, padahal mereka ini posisinya lebih dekat. Sementara kita sudah ekspor ke seluruh negara ASEAN, bahkan Timur Tengah dan Amerika Latin. Nah ini yang mau kita dorong," jelas Airlangga.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Perdana Menteri Selandia Baru Winston Peters mengungkapkan bahwa negaranya sangat menguasai sektor energi terbarukan, teknologi pangan dan teknologi pertanian.
Menperin menjelaskan, sekitar 80% energi di Selandia Baru menggunakan tenaga hidroelektrik dan panas bumi (geothermal).
"Selain itu, di sektor digital mereka punya teknologi untuk industri makanan dan minuman, warehousing serta smart city. Ini yang ingin kita kapitalisasi," katanya.
Salah satu perusahaan susu asal New Zealand, Fonterra bahkan sudah berinvestasi senilai Rp 735 miliar (NZ$ 36 juta) melalui PT Fonterra Brands Indonesia dalam bentuk pabrik pengolahan dan pengemasan susu di Cikarang, Jawa Barat yang mulai beroperasi pada 2015 lalu.
Investasi ini merupakan investasi joint-venture terbesar dalam bidang pengolahan susu di ASEAN dalam 10 tahun terakhir.
(ray/ray) Next Article Menperin Bertemu Bos Toyota-Mitsubishi di Jepang, Ada Apa?
Most Popular