Morgan Stanley Ubah Stance Emerging Market Menjadi Netral

Rehia Indrayanti Beru Sebayang, CNBC Indonesia
24 September 2018 21:09
Kendati begitu, Morgan Stanley memperingatkan situasi ke depan untuk emerging market masih tetap sulit.
Foto: REUTERS/Brendan McDermid
London, CNBC Indonesia -- Bank Investasi asal Amerika Serikat (AS) Morgan Stanley mengubah stance obligasi dan mata uang emerging market dari negatif menjadi netral.

Kendati begitu, Morgan Stanley memperingatkan situasi ke depan untuk emerging market masih tetap sulit.

"Setelah sell-off yang signifikan, kami menutup pandangan bearish kami pada emerging market," ujar analis Morgan Stanley James Lord dalam sebuah catatan kepada klien. "

Emerging market masa sulit selama musim panas setelah krisis di Turki dan Argentina memicu aksi jual yang lebih luas terhadap aset negara berkembang. Setelah pasar bearish enam bulan, Morgan Stanley memperkirakan stabilitas sementara mungkin terjadi.

Morgan Stanley menilai respons kebijakan untuk menopang kepercayaan investor telah meningkat dan eskalasi perdagangan lebih lanjut telah dibangun.

"Namun, lebih banyak risiko eskalasi materi dalam jangka menengah berarti bahwa masalah ini dapat muncul kembali pada waktunya dan jadi kami tidak melihat kasusnya bergerak bullish."

Di antara utang mata uang emerging market, Morgan Stanley memperkirakan spread akan semakin ketat. Hal itu memungkinan semakin banyak masalah utang yang menghampiri pasar setelah musim panas yang bergejolak. Hal itu akan mempertahankan potensi rally.

Penjualan obligasi biasanya rebound pada September setelah Agustus yang tenang. Tetapi krisis mata uang tahun ini di Turki dan Argentina dan kekhawatiran tentang meningkatnya risiko sanksi AS untuk Rusia telah membuat volume lebih rendah sejauh ini.

Morgan Stanley bukan satu-satunya bank besar yang memiliki pandangan yang lebih positif terhadap pasar emerging market. Goldman Sachs mengatakan sentimen investor aset pasar berkembang telah menguat.

"Tindakan harga baru-baru ini sepertinya membantu sentimen melambung untuk aset emerging market (EM), tetapi kami telah memperhatikan perubahan yang nyata selama dua minggu terakhir dalam fokus investor pada EM, dari risiko penurunan ke penilaian dan 'peluang'," tulis analis Goldman Caesar Maasry.

Kenaikan suku bunga acuan di Turki pada September, data inflasi yang lebih rendah dari AS, dan valuasi telah menghidupkan kembali optimisme yang hangat.

"Kami masih lebih memilih ekuitas sebagai aset terbaik yang diposisikan untuk 'bangkit kembali' dan membuat Brasil, Chili, Peru, Korea, dan China menawarkan kombinasi yang baik," tulis Caesar Maasry.
(miq/miq) Next Article Morgan Stanley Pangkas PDB RI, Hingga WEF Di Singapura Batal

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular