
Karena Sanksi AS, Volvo Hentikan Perakitan Truk di Iran
Rehia Indrayanti Beru Sebayang, CNBC Indonesia
24 September 2018 19:28

Stockholm, CNBC Indonesia - Produsen truk Swedia AB Volvo menghentikan perakitan truk di Iran. Penyebabnya adalah sanksi dari negeri Paman Sam, Amerika Serikat (AS).
Hal itu membuat perusahaan terancam tidak akan memperoleh bayaran. Demikian disampaikan juru bicara perusahaan itu, Fredrik Ivarsson, seperti dilansir Reuters, Senin (24/9/2018).
Sanksi terhadap Iran, yang diberlakukan kembali per 6 Agustus oleh Presiden AS Donald Trump setelah memutuskan menarik diri dari kesepakatan nuklir dengan Teheran, telah memaksa perusahaan di Jerman dan di seluruh Eropa mempertimbangkan kembali investasi mereka di Iran.
Fredrik mengatakan perusahaan truk itu tidak bisa lagi dibayar untuk setiap bagian yang dikapalkan. Oleh karena itu, perseroan memutuskan untuk tidak beroperasi di Iran.
Sesuatu yang menjadi pukulan lain untuk industri mobil negara itu. Situasinya tidak seperti sektor energi dan perbankan yang telah berhasil menandatangani kontrak dengan perusahaan-perusahaan top Eropa.
"Dengan semua sanksi ini dan semua yang dilakukan Amerika Serikat... sistem bank tidak berfungsi di Iran. Kami tidak dapat menerima pembayaran," kata Ivarsson melalui telepon.
Sebelum sanksi diberlakukan kembali, Volvo telah menyatakan ambisi untuk membuat Iran menjadi pusat ekspor. Fokus utama adalah untuk kawasan Teluk dan pasar Afrika Utara.
Uni Eropa telah menerapkan UU untuk melindungi perusahaan. Akan tetapi, sanksi tersebut telah menghalangi bank melakukan bisnis dengan perusahaan Iran. Ini karena Washington dapat memotong apa pun yang memfasilitasi transaksi tersebut dari sistem keuangan AS.
(miq/miq) Next Article Volvo Jadi Pesaing Baru RI Produksi Baterai Mobil Listrik
Hal itu membuat perusahaan terancam tidak akan memperoleh bayaran. Demikian disampaikan juru bicara perusahaan itu, Fredrik Ivarsson, seperti dilansir Reuters, Senin (24/9/2018).
Sanksi terhadap Iran, yang diberlakukan kembali per 6 Agustus oleh Presiden AS Donald Trump setelah memutuskan menarik diri dari kesepakatan nuklir dengan Teheran, telah memaksa perusahaan di Jerman dan di seluruh Eropa mempertimbangkan kembali investasi mereka di Iran.
"Dengan semua sanksi ini dan semua yang dilakukan Amerika Serikat... sistem bank tidak berfungsi di Iran. Kami tidak dapat menerima pembayaran," kata Ivarsson melalui telepon.
Sebelum sanksi diberlakukan kembali, Volvo telah menyatakan ambisi untuk membuat Iran menjadi pusat ekspor. Fokus utama adalah untuk kawasan Teluk dan pasar Afrika Utara.
Uni Eropa telah menerapkan UU untuk melindungi perusahaan. Akan tetapi, sanksi tersebut telah menghalangi bank melakukan bisnis dengan perusahaan Iran. Ini karena Washington dapat memotong apa pun yang memfasilitasi transaksi tersebut dari sistem keuangan AS.
(miq/miq) Next Article Volvo Jadi Pesaing Baru RI Produksi Baterai Mobil Listrik
Most Popular