
Mendag Buka-bukaan Soal Suramnya Industri Gula Nasional
Exist In Exist & Samuel Pablo, CNBC Indonesia
14 September 2018 11:45

Jakarta, CNBC Indonesia - PabrikĀ gula di Indonesia diketahui sudah sangat tua hingga tidak efisien dalam menghasilkan komoditas itu.
Di samping itu, gula hasil dari pabrik tersebut juga berada di bawah standar industri.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, sebanyak 59 pabrik gula milik BUMN hanya memiliki kapasitas giling 217.198 ton cane per day (TCD). Kapasitas ini masih jauh jika dibandingkan dengan negara-negara berikut:
1. Thailand dengan 51 pabrik gula bisa memiliki kapasitas 940 ribu TCD
2. Australia dengan 24 pabrik gula bisa 480 ribu TCD
3. India dengan 684 pabrik bisa mencapai 3,42 juta TCD.
Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita, mengatakan tidak efisiennya pabrik gula membuat Indonesia harus melakukan impor komoditas itu.
Dia menuturkan kebutuhan dalam negeri total mencapai 4,28 juta ton yang terdiri dari kebutuhan konsumsi langsung rumah tangga sebesar 3,21 juta ton dan antisipasi kebutuhan Januar-April 2019 sebanyak 1,07 juta ton.
Sementara itu, ketersediaan total di dalam negeri hanya 2,94 juta ton.
Menyusul kekurangan itu, maka diputuskan pada Rakor tingkat Menteri Bidang Perekonomian pada 7 Maret 2018 bahwa Indonesia harus mengimpor gula kristal mentah (GKM) untuk diproduksi menjadi gula kristal putih (GKP) sebanyak 1,1 juta ton.
Adapun untuk kebutuhan industri, pada Semester I-2018 diputuskan impor GKM sebanyak 2,35 juta ton.
Gula produksi di dalam negeri memang tak bisa digunakan untuk industri, karena kualitasnya berada di bawah standar.
"Yang memprihatinkan adalah perusahaan dodol garut, dia terpaksa membeli dari pasar gula kristal putih yang swasta punya supaya tidak bulukan dalam satu minggu, jadi dia beli di pasar, dengan harga lebih mahal [dari gula industri]," ujar Mendag.
"Coca Cola, Wings, Mayora, engga bisa pakai gula dalam negeri," tambahnya.
Di samping keterbatasan kemampuan pabrik, Mendag juga menyoroti kurangnya lahan tebu untuk mendukung industri.
(ray/dru) Next Article Strategi Mendag Jaga Harga Pangan di Tengah Pelemahan Rupiah
Di samping itu, gula hasil dari pabrik tersebut juga berada di bawah standar industri.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, sebanyak 59 pabrik gula milik BUMN hanya memiliki kapasitas giling 217.198 ton cane per day (TCD). Kapasitas ini masih jauh jika dibandingkan dengan negara-negara berikut:
2. Australia dengan 24 pabrik gula bisa 480 ribu TCD
3. India dengan 684 pabrik bisa mencapai 3,42 juta TCD.
Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita, mengatakan tidak efisiennya pabrik gula membuat Indonesia harus melakukan impor komoditas itu.
![]() |
Dia menuturkan kebutuhan dalam negeri total mencapai 4,28 juta ton yang terdiri dari kebutuhan konsumsi langsung rumah tangga sebesar 3,21 juta ton dan antisipasi kebutuhan Januar-April 2019 sebanyak 1,07 juta ton.
Sementara itu, ketersediaan total di dalam negeri hanya 2,94 juta ton.
Menyusul kekurangan itu, maka diputuskan pada Rakor tingkat Menteri Bidang Perekonomian pada 7 Maret 2018 bahwa Indonesia harus mengimpor gula kristal mentah (GKM) untuk diproduksi menjadi gula kristal putih (GKP) sebanyak 1,1 juta ton.
![]() |
Adapun untuk kebutuhan industri, pada Semester I-2018 diputuskan impor GKM sebanyak 2,35 juta ton.
Gula produksi di dalam negeri memang tak bisa digunakan untuk industri, karena kualitasnya berada di bawah standar.
"Yang memprihatinkan adalah perusahaan dodol garut, dia terpaksa membeli dari pasar gula kristal putih yang swasta punya supaya tidak bulukan dalam satu minggu, jadi dia beli di pasar, dengan harga lebih mahal [dari gula industri]," ujar Mendag.
"Coca Cola, Wings, Mayora, engga bisa pakai gula dalam negeri," tambahnya.
Di samping keterbatasan kemampuan pabrik, Mendag juga menyoroti kurangnya lahan tebu untuk mendukung industri.
(ray/dru) Next Article Strategi Mendag Jaga Harga Pangan di Tengah Pelemahan Rupiah
Most Popular