
Inalum: Target Ekspor Hasil Tambang 2018 Rp 37 T
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
12 September 2018 17:35

Jakarta, CNBC Indonesia- Direktur Utama PT Inalum (Persero) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, di 2018 ini ekspor hasil produksi holding migas diproyeksikan sebesar US$ 2,51 miliar atau setara Rp 37 triliun. Hal ini tidak terlepas dari hilirasi yang dilakukan oleh masing-masing perusahaan anggota holding.
"Kami tahun ini rencana ekspor itu US$ 2,5 miliar. Contoh begini, ekspor ore misalnya, kalau diproses feronikel, bisa lebih besar. Jadi, kalau yang diekspor dalam bentuk hilirisasi maka kenaikannya (ekspor) tinggi," ujar Budi kepada media ketika dijumpai di Jakarta, Rabu (12/9/2018).
Lebih lanjut, Budi merincikan, hasil ekspor tersebut merupakan akumulasi ekspor dari Inalum sebesar US$ 79 juta, Antam sebesar US$ 1,04 miliar, Bukit Asam sebesar US$ 829 juta, dan PT Timah sebesar US$ 563 juta.
Adapun, terkait hilirisasi, Menteri BUMN Rini M Soemarno menegaskan, target hilirisasi di sektor pertambagan harus bisa dilakukan dalam 3-5 bulan ke depan.
"Makanya saya tekankan di sektor tambang, target kita itu hilirisasi bisa terealisasi dalam 3-5 bulan kedepan. Saya yakin Indonesia itu kompetitif di proses lanjutan tambang. Tidak tepat kalau tambang mentah kita ekspor, kita harus bisa proses lanjutan. Nilai tambahnya bisa menyerap tenaga kerja lebih banyak," ujar Rini.
Budi pun menambahkan, cetak biru untuk hilirisasi sudah ada di Kementerian Perindustrian. Kendati demikian, ia mengakui memang implementasinya masih lemah. Pasalnya, untuk mengimplementasikan cetak biru tersebut butuh dana dan teknologi yang memadai.
"Cetak biru ada di Kemenperin. Masalahnya, hilirsasi itu tidak juga dijalankan, eksekusinya lemah. Sebab eksekusi butuh uang dan teknologi yang memadai," pungkas Budi.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno sebelumnya menyindir bos-bos perusahaan tambang negara yang dinilai masih kurang mengoptimalkan produksi tambang mereka untuk menghasilkan nilai tambah.
"Saya ada pesan khusus, bahwa justru di tambang ini potensinya sangat besar. Dalam arti, kita harus bisa memproses produk tambang itu yang nilai tambahnya tinggi," ujar Rini di paparan kinerja ekspor mineral tambang Holding Industri Pertambangan PT Inalum (Persero) di Soehana Hall, Rabu (12/9/2018).
Menurut Rini ini adalah kelemahan perusahaan tambang RI, yakni mengeruk tambang mentah lalu mengekspornya tanpa ada proses lanjutan
(gus) Next Article Pemerintah Beri Restu Pemisahan Inalum dan MIND ID
"Kami tahun ini rencana ekspor itu US$ 2,5 miliar. Contoh begini, ekspor ore misalnya, kalau diproses feronikel, bisa lebih besar. Jadi, kalau yang diekspor dalam bentuk hilirisasi maka kenaikannya (ekspor) tinggi," ujar Budi kepada media ketika dijumpai di Jakarta, Rabu (12/9/2018).
Adapun, terkait hilirisasi, Menteri BUMN Rini M Soemarno menegaskan, target hilirisasi di sektor pertambagan harus bisa dilakukan dalam 3-5 bulan ke depan.
"Makanya saya tekankan di sektor tambang, target kita itu hilirisasi bisa terealisasi dalam 3-5 bulan kedepan. Saya yakin Indonesia itu kompetitif di proses lanjutan tambang. Tidak tepat kalau tambang mentah kita ekspor, kita harus bisa proses lanjutan. Nilai tambahnya bisa menyerap tenaga kerja lebih banyak," ujar Rini.
Budi pun menambahkan, cetak biru untuk hilirisasi sudah ada di Kementerian Perindustrian. Kendati demikian, ia mengakui memang implementasinya masih lemah. Pasalnya, untuk mengimplementasikan cetak biru tersebut butuh dana dan teknologi yang memadai.
"Cetak biru ada di Kemenperin. Masalahnya, hilirsasi itu tidak juga dijalankan, eksekusinya lemah. Sebab eksekusi butuh uang dan teknologi yang memadai," pungkas Budi.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno sebelumnya menyindir bos-bos perusahaan tambang negara yang dinilai masih kurang mengoptimalkan produksi tambang mereka untuk menghasilkan nilai tambah.
"Saya ada pesan khusus, bahwa justru di tambang ini potensinya sangat besar. Dalam arti, kita harus bisa memproses produk tambang itu yang nilai tambahnya tinggi," ujar Rini di paparan kinerja ekspor mineral tambang Holding Industri Pertambangan PT Inalum (Persero) di Soehana Hall, Rabu (12/9/2018).
Menurut Rini ini adalah kelemahan perusahaan tambang RI, yakni mengeruk tambang mentah lalu mengekspornya tanpa ada proses lanjutan
(gus) Next Article Pemerintah Beri Restu Pemisahan Inalum dan MIND ID
Most Popular