Internasional
Perang Dagang AS-China Memanas, Vietnam Ketiban Untung Besar
Roy Franedya, CNBC Indonesia
11 September 2018 15:03

Jakarta, CNBC Indonesia - Vietnam bisa menjadi kekuatan ekonomi baru di Asia Tenggara sebab negara lain di kawasan ini harus berhadapan dengan ketidakpastian perang dagang dan penguatan dolar AS.
Perang dagang akan membuat Singapura dan Malaysia, dua kekuatan ekonomi Asian Tenggara yang menggantungkan ekonomi pada ekspor, kebingungan mencari pasar. Sementara Filipina dan Indonesia harus hadapi masalah kenaikan beban utang karena dolar AS menguat.
Vietnam merupakan negara laju pertumbuhan ekonomi tercepat selama delapan tahun terakhir. Negara yang baru membuka diri ini mendapat berkah dari perang dagang China-AS karena pabrikan China mulai mengalihkan produksi ke Asia yang berbiaya lebih murah seperti Vietnam dan Bangladesh. Perusahaan Korea Selatan, Jepang dan Taiwan sudah berinvestasi di Vietnam.
Saat ini banyak negara Asean memiliki ekonomi yang lebih kuat ketimbang krisis keuangan pada 1998 silam. Tetapi kondisi geopolitik terbaru memunculkan kekhawatiran pada negara berkembang. Negara mana yang akan terkena dampak paling besar dan risiko penularan krisis di kawasan.
Para pembuat kebijakan dan pertemuan para pemimpin bisnis diHanoi at the World Economic Forum on ASEAN akan membahas cara-cara untuk mengurangi apa yang disebut oleh para ahli sebagau "senapan AS berlaras ganda" Federal Reserve yang lebih hawkish dan Presiden Trump yang semakin agresif menyerang China dalam perang dagang.
"Apa yang kami cari saat ini adalah tanda diferensiasi di regional EM (pasar berkembang), karena pasar tertentu tidak menjamin negativitas," kata Dwyfor Evans, kepala strategi makro Asia Pasifik dari State Street Global Markets, CNBC Internasional melaporkan, Selasa (11/9/2018).
"Jika AS tidak dapat mengimbangi impor China yang lebih rendah dengan relokasi pabrik manufaktur, maka permintaan AS yang kuat harus dipenuhi dari sumber alternatif," katanya.
"Saya tidak akan mengimpor mainan dari China. Sebaliknya, saya akan mengimpor dari Vietnam, sehingga perang dagang dan proteksionisme benar-benar berakhir sebagai hal yang positif bagi Vietnam."
Investor asing
Menurut data kementerian Investasi, periode Januari hingga Agustus 2018, Vietnam menerima penanaman modal asing langsung atau foreign direct investment (FDI) sebesar US$11,25 miliar, naik 9,2% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Pada 2017, Vietnam mencatatkan rekor FDI sebesar US$ 17,5 miliar.
"Banyak perusahaan yang relokasi," kata Robert Subbaraman, kepala ekonomi pasar berkembang di Nomura kepada CNBC pada hari Senin. "Aliran masuk FDI secara khusus telah sangat kuat dan telah memberikan keseimbangan yang baik untuk Vietnam."
Meskipun fundamental saat ini terlihat "cukup bagus," Subbaraman mengatakan Vietnam harus berhati-hati dengan fiskal. Pembuat kebijakan harus memastikan defisit anggaran tidak meningkat tajam dan ekonomi tidak overheating. "Itu sering terjadi ketika Anda mendapatkan arus masuk (capital inflow) yang sangat kuat dan perusahaan bergerak masuk."
Michael Langford, direktur eksekutif di Airguide, penasihat dan konsultan perusahaan, mengatakan perang dagang China-AS "secara politik akan mempererat hubungan antara China dan Vietnam."
"Banyak perusahaan China memiliki pabrik yang berlokasi di Vietnam sekarang. Perusahaan-perusahaan dari produsen baterai seperti Vision, hingga perusahaan furnitur dan manufaktur tekstil," tambahnya.
Vietnam adalah ekonomi yang sangat bergantung pada perdagangan dengan rasio perdagangan terhadap PDB sekitar 200% "dan terus meningkat," menurut ekonom Standard Chartered Bank, Chidu Narayanan.
Capital inflow berbentuk FDI tetap tinggi pada 2018, dipimpin oleh manufaktur yang mendekati 50% dari arus masuk, kata Narayanan dalam penelitian yang diterbitkan pada akhir Juni.
Standard Chartered mengharapkan baik FDI terdaftar dan diimplementasikan mendekati US$15 miliar pada 2018, memoderasi dari US$ 21 miliar pada 2017, katanya.
"Vietnam mendapat manfaat dari keikutsertaannya dalam pakta perdagangan regional, populasi muda dan berpendidikan, angkatan kerja yang masih murah dan bertumbuh, dan kedekatan geografis dengan China," katanya.
"Hal Ini harus terus menarik arus FDI yang kuat di tahun-tahun mendatang."
(roy/roy) Next Article Deteksi Corona, Jokowi: Jangan Sampai Indonesia Diragukan
Perang dagang akan membuat Singapura dan Malaysia, dua kekuatan ekonomi Asian Tenggara yang menggantungkan ekonomi pada ekspor, kebingungan mencari pasar. Sementara Filipina dan Indonesia harus hadapi masalah kenaikan beban utang karena dolar AS menguat.
Vietnam merupakan negara laju pertumbuhan ekonomi tercepat selama delapan tahun terakhir. Negara yang baru membuka diri ini mendapat berkah dari perang dagang China-AS karena pabrikan China mulai mengalihkan produksi ke Asia yang berbiaya lebih murah seperti Vietnam dan Bangladesh. Perusahaan Korea Selatan, Jepang dan Taiwan sudah berinvestasi di Vietnam.
Para pembuat kebijakan dan pertemuan para pemimpin bisnis diHanoi at the World Economic Forum on ASEAN akan membahas cara-cara untuk mengurangi apa yang disebut oleh para ahli sebagau "senapan AS berlaras ganda" Federal Reserve yang lebih hawkish dan Presiden Trump yang semakin agresif menyerang China dalam perang dagang.
"Jika AS tidak dapat mengimbangi impor China yang lebih rendah dengan relokasi pabrik manufaktur, maka permintaan AS yang kuat harus dipenuhi dari sumber alternatif," katanya.
"Saya tidak akan mengimpor mainan dari China. Sebaliknya, saya akan mengimpor dari Vietnam, sehingga perang dagang dan proteksionisme benar-benar berakhir sebagai hal yang positif bagi Vietnam."
Investor asing
Menurut data kementerian Investasi, periode Januari hingga Agustus 2018, Vietnam menerima penanaman modal asing langsung atau foreign direct investment (FDI) sebesar US$11,25 miliar, naik 9,2% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Pada 2017, Vietnam mencatatkan rekor FDI sebesar US$ 17,5 miliar.
"Banyak perusahaan yang relokasi," kata Robert Subbaraman, kepala ekonomi pasar berkembang di Nomura kepada CNBC pada hari Senin. "Aliran masuk FDI secara khusus telah sangat kuat dan telah memberikan keseimbangan yang baik untuk Vietnam."
Meskipun fundamental saat ini terlihat "cukup bagus," Subbaraman mengatakan Vietnam harus berhati-hati dengan fiskal. Pembuat kebijakan harus memastikan defisit anggaran tidak meningkat tajam dan ekonomi tidak overheating. "Itu sering terjadi ketika Anda mendapatkan arus masuk (capital inflow) yang sangat kuat dan perusahaan bergerak masuk."
Michael Langford, direktur eksekutif di Airguide, penasihat dan konsultan perusahaan, mengatakan perang dagang China-AS "secara politik akan mempererat hubungan antara China dan Vietnam."
![]() |
"Banyak perusahaan China memiliki pabrik yang berlokasi di Vietnam sekarang. Perusahaan-perusahaan dari produsen baterai seperti Vision, hingga perusahaan furnitur dan manufaktur tekstil," tambahnya.
Vietnam adalah ekonomi yang sangat bergantung pada perdagangan dengan rasio perdagangan terhadap PDB sekitar 200% "dan terus meningkat," menurut ekonom Standard Chartered Bank, Chidu Narayanan.
Capital inflow berbentuk FDI tetap tinggi pada 2018, dipimpin oleh manufaktur yang mendekati 50% dari arus masuk, kata Narayanan dalam penelitian yang diterbitkan pada akhir Juni.
Standard Chartered mengharapkan baik FDI terdaftar dan diimplementasikan mendekati US$15 miliar pada 2018, memoderasi dari US$ 21 miliar pada 2017, katanya.
"Vietnam mendapat manfaat dari keikutsertaannya dalam pakta perdagangan regional, populasi muda dan berpendidikan, angkatan kerja yang masih murah dan bertumbuh, dan kedekatan geografis dengan China," katanya.
"Hal Ini harus terus menarik arus FDI yang kuat di tahun-tahun mendatang."
(roy/roy) Next Article Deteksi Corona, Jokowi: Jangan Sampai Indonesia Diragukan
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular