
Rupiah Vs Dolar AS 3 Bulan ke Depan: Rp 14.800-Rp 15.200/US$
Herdaru Purnomo & Lidya Julita S & Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
11 September 2018 08:34

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih akan bergerak melemah dalam tiga bulan ke depan. Proyeksi beberapa analis mencatatkan range di Rp 14.800-Rp 15.100/US$.
Chief Economist PT Bank Central Asia Tbk David Sumual mengatakan bank sentral AS atau The Fed masih akan menaikkan bunga. Hal ini mampu membuat dolar AS menguat.
"Karena memang Fed menaikan bunga di September. Desember masih menaikkan suku bunga dan belum ada tanda-tanda investor terutama hedge fund ke emerging market. Belum ada tanda-tanda inflow sampai akhir tahun," kata David kepada CNBC Indonesia seperti dikutip Selasa (11/9/2018).
Menurutnya, pemerintah sudah keluarkan kebijakan terkait mpor yang dinaikkan. Namun David menilai dampaknya belum signifikan.
"Karena tergantung inflow dari dana investor ke emerging market. Inflow tergantung dari perkembangan eksternal seperti berita perkembangan negosiasi perang dagang," tuturnya.
Berikut proyeksi rupiah per dolar AS (rata-rata) dari David Sumual :
Ekonom yang juga Project Consultant di ADB, Eric Suganti memproyeksikan nilai tukar rupiah lebih moderat. "Rupiah saya perkirakan akan ada di kisaran Rp 14.600-Rp 14.800/US$ di akhir tahun ini," kata Eric.
Berikut alasan yang disampaikan Eric :
Secara umum, tekanan utama terhadap rupiah masih dari faktor eksternal:
"Berkaitan dengan faktor persepsi dan sentimen pasar valas dan pasar finansial global, sampai dengan FOMC meeting di 18-19 Desember 2018, rupiah dan mata uang emerging markets masih akan berada dalam tekanan," kata Eric.
"Ini karena para pelaku pasar finansial global menunggu realisasi kenaikan US FFR, setidaknya 2 kali lagi sampai akhir tahun. Namun tekanan ini sifatnya akan timbul tenggelam, tergantung persepsi dan sentimen pelaku pasar," tutup Eric.
PT Bahana Sekuritas menilai nilai tukar rupiah berpotensi stabil pada Rp 15.000-Rp 15.200 per dolar Amerika Serikat (AS) dalam beberapa bulan ke depan.
Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro dan Ananka dalam risetnya hari ini (5/9/2018) menyatakan prediksi tersebut belum memperhitungkan adanya potensi koreksi lanjutan sebelum akhir tahun karena faktor eksternal.
"Dalam beberapa bulan, kita lihat rupiah berpotensi stabil di Rp 15.000-Rp 15.200/US$ tanpa memperhitungkan adanya potensi koreksi lanjutan sebelum akhir tahun karena faktor eksternal."
"Depresiasi tajam rupiah dalam beberapa hari terakhir kemungkinan merupakan cerminan dari kurangnya pasokan dolar AS di pasar domestik, dan pelaku bisnis tertekan potensi adanya depresiasi lanjutan," ujar Satria dan Ananka dalam risetnya.
Meskipun demikian, tim riset Bahana Sekuritas meyakini ketakutan pebisnis akan reda begitu rupiah mencapai level psikologis Rp 15.000, posisi yang sangat atraktif bagi eksportir untuk mulai menukar dolar AS milik mereka dan menukarkannya dengan aset berdenominasi rupiah.
Analisis teknikal fibonacci Bahana Sekuritas juga menunjukkan bahwa target nilai wajar rupiah adalah Rp 14.830 pada akhir tahun.
(dru/dru) Next Article BI: 2019, Rupiah Lebih Stabil!
Chief Economist PT Bank Central Asia Tbk David Sumual mengatakan bank sentral AS atau The Fed masih akan menaikkan bunga. Hal ini mampu membuat dolar AS menguat.
"Karena memang Fed menaikan bunga di September. Desember masih menaikkan suku bunga dan belum ada tanda-tanda investor terutama hedge fund ke emerging market. Belum ada tanda-tanda inflow sampai akhir tahun," kata David kepada CNBC Indonesia seperti dikutip Selasa (11/9/2018).
"Karena tergantung inflow dari dana investor ke emerging market. Inflow tergantung dari perkembangan eksternal seperti berita perkembangan negosiasi perang dagang," tuturnya.
![]() |
Berikut proyeksi rupiah per dolar AS (rata-rata) dari David Sumual :
- Oktober 2018 Rp 14.900/US$
- November 2018 Rp 14.900/US$
- Desember 2018 Rp 15.100/US$
Ekonom yang juga Project Consultant di ADB, Eric Suganti memproyeksikan nilai tukar rupiah lebih moderat. "Rupiah saya perkirakan akan ada di kisaran Rp 14.600-Rp 14.800/US$ di akhir tahun ini," kata Eric.
Berikut alasan yang disampaikan Eric :
Secara umum, tekanan utama terhadap rupiah masih dari faktor eksternal:
- Great rotation: waktunya investor global panen profit dari emerging markets setelah banyak invest sejak 2008
- Normalisasi /kenaikan suku bunga AS
- Risiko sentimen negatif pelaku pasar finansial global terhadap emerging market yang menular
- Risiko eskalasi Perang dagang AS-China
- Current account deficit
- Kepemilikan asing yang signifikan di saham dan SBN sehingga rupiah rentan terhadap outflows
- Likuiditas valas yang mengetat dan terkonsentrasi di bank-bank besar
- Banyak perusahaan yang tidak fully hedge fx exposures
"Berkaitan dengan faktor persepsi dan sentimen pasar valas dan pasar finansial global, sampai dengan FOMC meeting di 18-19 Desember 2018, rupiah dan mata uang emerging markets masih akan berada dalam tekanan," kata Eric.
"Ini karena para pelaku pasar finansial global menunggu realisasi kenaikan US FFR, setidaknya 2 kali lagi sampai akhir tahun. Namun tekanan ini sifatnya akan timbul tenggelam, tergantung persepsi dan sentimen pelaku pasar," tutup Eric.
PT Bahana Sekuritas menilai nilai tukar rupiah berpotensi stabil pada Rp 15.000-Rp 15.200 per dolar Amerika Serikat (AS) dalam beberapa bulan ke depan.
Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro dan Ananka dalam risetnya hari ini (5/9/2018) menyatakan prediksi tersebut belum memperhitungkan adanya potensi koreksi lanjutan sebelum akhir tahun karena faktor eksternal.
"Dalam beberapa bulan, kita lihat rupiah berpotensi stabil di Rp 15.000-Rp 15.200/US$ tanpa memperhitungkan adanya potensi koreksi lanjutan sebelum akhir tahun karena faktor eksternal."
"Depresiasi tajam rupiah dalam beberapa hari terakhir kemungkinan merupakan cerminan dari kurangnya pasokan dolar AS di pasar domestik, dan pelaku bisnis tertekan potensi adanya depresiasi lanjutan," ujar Satria dan Ananka dalam risetnya.
Meskipun demikian, tim riset Bahana Sekuritas meyakini ketakutan pebisnis akan reda begitu rupiah mencapai level psikologis Rp 15.000, posisi yang sangat atraktif bagi eksportir untuk mulai menukar dolar AS milik mereka dan menukarkannya dengan aset berdenominasi rupiah.
Analisis teknikal fibonacci Bahana Sekuritas juga menunjukkan bahwa target nilai wajar rupiah adalah Rp 14.830 pada akhir tahun.
(dru/dru) Next Article BI: 2019, Rupiah Lebih Stabil!
Most Popular