
Trump Ingin Apple Bangun Pabrik di AS, Tapi Rasanya Sulit...
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
09 September 2018 16:31

Jakarta, CNBC Indonesia - Apple Inc. dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump saling berbalas komentar.
Apple terlebih dahulu diketahui mengirim surat ke otoritas perdagangan AS bahwa pengenaan tarif tambahan ke China dapat berdampak pada semakin mahalnya harga produk-produk perusahaan asal Cupertino itu.
Merespons hal tersebut, Trump melalui akun twitter menyatakan bahwa jika Apple tidak ingin terkena tarif impor tersebut maka sebaiknya harus membangun pabrik di AS.
"Harga Apple mungkin naik karena masifnya tarif yang kami kenakan ke China - tapi ada solusi mudah di mana bisa ZERO tax, dan bahkan ada insentif pajak. Buat produk di United States ketimbang China. Mulai bikin pabrik sekarang," ujar Trump.
Sampai saat ini, Apple diketahui memang belum memiliki pabrik di AS. USA Today pada Januari 2018 pernah membahas hal ini.
Kala itu, USA Today menulis Apple ingin menambah investasi US$ 30 miliar di AS untuk membangun pusat data baru dan fasilitas lainnya, di mana bisa membuka 20.000 lowongan pekerjaan baru. Perusahaan yang didirikan Steve Jobs itu juga menyatakan komitmen membangun kampus korporat dan menyisihkan pengeluaran untuk mendidik generasi berikutnya.
Tetapi mengapa tidak membangun pabrik di AS?
Seperti diketahui, Apple adalah perusahaan yang menciptakan berbagai perangkat dan ponsel mewah iPhone, di mana ponsel itu menjadi terlaris di pasar AS.
Adapun iPhone memang dirancang di Cupertino, California, namun smartphone itu diproduksi di Foxconn yang berlokasi di Shenzhen, China, berjarak 6.500 mil dari AS.
Kekurangan itu telah dimanfaatkan oleh Presiden AS Donald Trump yang ketika kampanye untuk menjadi presiden, berjanji akan mengembalikan pekerjaan manufaktur ke Amerika.
Tawaran Trump jelas menggiurkan bagi penduduk AS karena Negeri Paman Sam itu sendiri sudah cukup berpengalaman memproduksi berbagai perangkat elektronik, termasuk mobil.
Nampaknya bukan hal sulit bagi Apple untuk membuat ponsel yang murni dirancang dan diproduksi di dalam negeri. Namun, mengapa Apple sampai saat ini tidak memiliki rencana untuk memindahkan pabrik produksinya ke AS?
Analis teknologi Tim Bajarin dari Creative Strategies mengatakan jawabannya adalah karena harga iPhone akan naik menjadi dua kali lipat dari harganya saat ini, jika diproduksi di AS.
Misalnya untuk iPhone X yang kira-kira dibanderol US$2.000/unit karena di produksi di China itu, bisa menjadi lebih mahal dari itu jika di produksi di AS.
Hal itu dikarenakan minimnya ketersediaan suku cadang di AS. Apple umumnya memperoleh suku cadang dari Asia. Selain itu kurangnya fasilitas manufaktur yang sesuai di AS juga akan menghambat perusahaan. Jika Apple berencana membangun fasilitas manufaktur di AS, maka perusahaan harus merogoh sampai jutaan dolar untuk membangunnya.
Bajarin menambahkan alasan keduanya adalah jelas perusahaan tidak ingin merugi. Dengan membuat produksi di China, maka perusahaan bisa membayar upah pekerja lebih murah. Di China setiap pekerja dibayar sekitar US$100 per minggu, jauh lebih sedikit dari yang dibayarkan di AS dalam kurun waktu yang sama.
"Itu bisa dilakukan, dengan biaya besar, tidak hanya untuk Apple, tetapi untuk Anda dan saya juga," kata Bajarin. Intinya: "Kami kehilangan manufaktur ke Asia, Asia Tenggara, India, dan Meksiko dua hingga tiga dekade lalu, dan itu tidak pernah kembali." Katanya, dilansir dari USA Today.
Selain Apple, Samsung juga menciptakan banyak ponsel Galaxy di Korea Selatan dan membuatnya di sana, serta di Vietnam dan India, sementara Amazon membuat speaker Echo dan Dot di China, dan Nintendo yang berbasis di Jepang juga membuat sistem video game Switch populer di Asia.
Masih banyak alasan mengapa Apple tidak membuat iPhone di AS. Namun, jika Apple ingin memindahkan beberapa produksi ke AS, membuka Universitas Apple untuk melatih para pekerja agar gesit dan belajar seperti orang China, itu adalah hal yang mungkin. Lagi pula, Apple merupakan perusahaan yang paling menguntungkan di dunia, dan perusahaan yang inovatif.
Sayangnya, lagi-lagi perusahaan harus menjual ponsel iPhone edisi "Made in the US." dengan harga yang lebih mahal. Itu jelas akan membuat pelanggan berpikir dua kali untuk membeli iPhone dan bisa membuat perusahaan rugi pada akhirnya.
(ray) Next Article Apple Keluhkan Tarif ke China, Trump: Bangun Pabrik di AS!
Apple terlebih dahulu diketahui mengirim surat ke otoritas perdagangan AS bahwa pengenaan tarif tambahan ke China dapat berdampak pada semakin mahalnya harga produk-produk perusahaan asal Cupertino itu.
Merespons hal tersebut, Trump melalui akun twitter menyatakan bahwa jika Apple tidak ingin terkena tarif impor tersebut maka sebaiknya harus membangun pabrik di AS.
Sampai saat ini, Apple diketahui memang belum memiliki pabrik di AS. USA Today pada Januari 2018 pernah membahas hal ini.
Kala itu, USA Today menulis Apple ingin menambah investasi US$ 30 miliar di AS untuk membangun pusat data baru dan fasilitas lainnya, di mana bisa membuka 20.000 lowongan pekerjaan baru. Perusahaan yang didirikan Steve Jobs itu juga menyatakan komitmen membangun kampus korporat dan menyisihkan pengeluaran untuk mendidik generasi berikutnya.
Tetapi mengapa tidak membangun pabrik di AS?
Seperti diketahui, Apple adalah perusahaan yang menciptakan berbagai perangkat dan ponsel mewah iPhone, di mana ponsel itu menjadi terlaris di pasar AS.
Adapun iPhone memang dirancang di Cupertino, California, namun smartphone itu diproduksi di Foxconn yang berlokasi di Shenzhen, China, berjarak 6.500 mil dari AS.
Kekurangan itu telah dimanfaatkan oleh Presiden AS Donald Trump yang ketika kampanye untuk menjadi presiden, berjanji akan mengembalikan pekerjaan manufaktur ke Amerika.
Tawaran Trump jelas menggiurkan bagi penduduk AS karena Negeri Paman Sam itu sendiri sudah cukup berpengalaman memproduksi berbagai perangkat elektronik, termasuk mobil.
Nampaknya bukan hal sulit bagi Apple untuk membuat ponsel yang murni dirancang dan diproduksi di dalam negeri. Namun, mengapa Apple sampai saat ini tidak memiliki rencana untuk memindahkan pabrik produksinya ke AS?
Analis teknologi Tim Bajarin dari Creative Strategies mengatakan jawabannya adalah karena harga iPhone akan naik menjadi dua kali lipat dari harganya saat ini, jika diproduksi di AS.
Misalnya untuk iPhone X yang kira-kira dibanderol US$2.000/unit karena di produksi di China itu, bisa menjadi lebih mahal dari itu jika di produksi di AS.
Hal itu dikarenakan minimnya ketersediaan suku cadang di AS. Apple umumnya memperoleh suku cadang dari Asia. Selain itu kurangnya fasilitas manufaktur yang sesuai di AS juga akan menghambat perusahaan. Jika Apple berencana membangun fasilitas manufaktur di AS, maka perusahaan harus merogoh sampai jutaan dolar untuk membangunnya.
Bajarin menambahkan alasan keduanya adalah jelas perusahaan tidak ingin merugi. Dengan membuat produksi di China, maka perusahaan bisa membayar upah pekerja lebih murah. Di China setiap pekerja dibayar sekitar US$100 per minggu, jauh lebih sedikit dari yang dibayarkan di AS dalam kurun waktu yang sama.
"Itu bisa dilakukan, dengan biaya besar, tidak hanya untuk Apple, tetapi untuk Anda dan saya juga," kata Bajarin. Intinya: "Kami kehilangan manufaktur ke Asia, Asia Tenggara, India, dan Meksiko dua hingga tiga dekade lalu, dan itu tidak pernah kembali." Katanya, dilansir dari USA Today.
Selain Apple, Samsung juga menciptakan banyak ponsel Galaxy di Korea Selatan dan membuatnya di sana, serta di Vietnam dan India, sementara Amazon membuat speaker Echo dan Dot di China, dan Nintendo yang berbasis di Jepang juga membuat sistem video game Switch populer di Asia.
Masih banyak alasan mengapa Apple tidak membuat iPhone di AS. Namun, jika Apple ingin memindahkan beberapa produksi ke AS, membuka Universitas Apple untuk melatih para pekerja agar gesit dan belajar seperti orang China, itu adalah hal yang mungkin. Lagi pula, Apple merupakan perusahaan yang paling menguntungkan di dunia, dan perusahaan yang inovatif.
Sayangnya, lagi-lagi perusahaan harus menjual ponsel iPhone edisi "Made in the US." dengan harga yang lebih mahal. Itu jelas akan membuat pelanggan berpikir dua kali untuk membeli iPhone dan bisa membuat perusahaan rugi pada akhirnya.
(ray) Next Article Apple Keluhkan Tarif ke China, Trump: Bangun Pabrik di AS!
Most Popular