Selamatkan Rupiah, Ini Solusi dari Faisal Basri

Gustidha Budiartie, CNBC Indonesia
04 September 2018 18:39
Faisal Basri menyatakan menghadapi pelemahan nilai tukar rupiah pemerintah terlalu fokus pada solusi bukan penyebabnya.
Foto: Doc detikcom
Jakarta, CNBC Indonesia- Nilai tukar rupiah yang terus melemah di hadapan dolar Amerika Serikat, membuat banyak pihak khawatir akan kondisi ekonomi RI. Salah satunya adalah ekonom senior Faisal Basri.

Pada penutupan pasar sore hari ini, dolar tercatat sudah tembus Rp 14.930. Dalam pesan tertulisnya kepada CNBC Indonesia, Faisal menyebut cepat merosotnya nilai tukar ini tak lepas dari kebijakan pemerintah di sektor ekonomi yang ugal-ugalan dalam beberapa tahun terakhir.

Beberapa solusi yang disiapkan pemerintah seperti B20 dan menggenjot ekspor sumber daya alam seperti batu bara juga dinilai olehnya kurang efektif untuk menolong rupiah.

Ekspor batu bara misalnya, kuotanya ditambah oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sebanyak 100 juta ton tahun ini. Ini tentu dilonggarkan untuk mendatangkan devisa sebanyak-banyaknya dari ekspor komoditas ini. Tetapi menurut Faisal ini kebijakan yang hampir mustahil.

"Ekspor batu bara tak mungkin digenjot, sampai 100 juta ton karena alatnya tak cukup, sungainya sudah padat, kapal tak tersedia," ujar Faisal, Selasa (4/9/2018).

Sementara untuk B20 mesti dilihat terlebih dulu, "B20 kan hitungnya harus netto, karena potensi ekspor sawit juga turun," katanya.

Hal yang ampuh untuk selamatkan rupiah, lanjutnya, adalah pemerintah harus mendesak para pejabat dan pengusaha jual dolar. Selain itu juga setop studi banding dan mengirim pejabat dinas ke luar negeri atau rombongan ke luar negeri. Sebaliknya, justru panggil para duta besar dan konsulat jenderal untuk membuka pasar di negara mereka yang kawal. "Targetkan mereka di negara masing-masing," jelasnya.

Kebijakan Menteri Perdagangan (mendag) juga banyak ia kritisi. "Mendag bikin banyak kebobolan, impor ban misalnya berdasarkan Kepmendag tak perlu rekomendasi kementerian teknis. Akibatnya impor ban Juni-Juli naik dua kali lipat," lalu, "Impor garam dan gula juga diobral. Belum lagi impor beras yang lezat rentenya. Pecat Mendag."

Faisal juga sesalkan dengan langkah-langkah yang disiapkan pemerintah kali ini hanya menegaskan soal solusi, sementara tidak memikirkan soal penyebab yang jadi sumbu masalah ekonomi RI. "Saya sedih. Kita fokus saja ke solusi, bukan penyebab," kata dia.



(gus/roy) Next Article 2020, Ekonom Proyeksi CAD Akan Tekan Nilai Tukar Rupiah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular