Impor Parfum, Pakaian Jadi & Mobil CBU Kemungkinan Dihambat!

Samuel Pablo, CNBC Indonesia
03 September 2018 09:33
Indonesia tengah berencana menghambat impor guna menyelamatkan nilai tukar rupiah.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Tiga komoditas impor diketahui tengah dibahas oleh pemerintah untuk kemungkinan dihambat masuk ke Indonesia.

Komoditas-komoditas tersebut adalah parfum dan produk parfum, pakaian jadi, dan mobil utuh (completely built-up/CBU).

Kepala Badan Pengkajian & Pengembangan Perdagangan (BP3) Kementerian Perdagangan, Kasan Muhri, mengatakan saat ini rencana dihambatnya impor tiga komoditas itu masih dibahas oleh kementerian terkait.

"Belum bisa saya pastikan, karena listnya masih dibahas dengan Kemenkeu [Kementerian Keuangan] dan Kemenperin [Kementerian Perindustrian]," katanya kepada CNBC Indonesia, Jumat (31/8/2018).

Sementara itu, Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kemendag, Oke Nurwan, mengatakan pihaknya masih menunggu daftar item yang tengah disusun dan direview oleh Badan Kebijakan Fiskal (BKF).

"Kemendag belum mengusulkan apa-apa, masih menunggu daftar item yang sedang disusun dan direview oleh BKF," kata dia.

Sebelumnya, Dirjen Bea dan Cukai, Heru Pambudi, memastikan komoditas impor yang sudah pasti dihambat impornya adalah sabun dan kosmetik.

Putri K. Wardani, Ketua Asosiasi Perhimpunan Perusahaan & Asosiasi Kosmetika, juga mengatakan bahwa parfum/pewangi/cologne memang tengah dibahas untuk kemungkinan bisa dihambat impornya.

Indonesia memang tengah berencana menghambat impor guna menyelamatkan nilai tukar rupiah. Laju impor yang ditahan khususnya untuk barang konsumsi.

Derasnya impor menjadi biang kerok melebarnya defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) yang kemudian berdampak pada melemahnya nilai tukar rupiah.

Dihambatnya impor bisa melalui dinaikkannya pajak penghasilan (PPh) Pasal 22, atau kebijakan lainnya.

(ray/hps) Next Article Rupa Demi Rupa Impor Air yang Dilakukan oleh Indonesia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular