
Ini 3 Industri Paling Terhantam jika Dolar AS Rp 15 Ribu
Arys Aditya, CNBC Indonesia
02 September 2018 14:49

Jakarta, CNBC Indonesia -- Pelemahan nilai tukarĀ rupiah terhadap dolar AS diyakini berdampak kepada sejumlah sektor. Tercatat ada tiga sektor yang dinilai akan paling terhantam apabila dolar AS menyentuh Rp 15 ribu.
Dalam sebuah riset Indonesia Exim Bank dan ITAPS FEM IPB berjudul Dampak Pergerakan Rupiah Terhadap Aktivitas Ekspor Dan Impor Nasional, dikutip pada Minggu (2/9/2018), tiga sektor itu adalah tekstil, mineral non logam dan produk logam.
"Simulasi Global Trade Analysis Project (GTAP) stress testing secara arbitraty menunjukkan respons yang berbeda diantara sektor terpilih. Sektor yang menunjukkan kerentanan terhadap pergerakan nilai tukar yang diproksi dengan respons defisit neraca perdagangan seperti tekstil, mineral nonlogam, dan produk logam," papar riset itu.
"Kajian ini menemukan ambang batas defisit neraca perdagangan sektor terebut terjadi pada saat depresiasi nilai tukar rupiah sebesar 15% ke level Rp. 15,500 per dolar AS disertai kenaikan harga impor sebesar 7,5%."
Adapun, sejumlah sektor justru dinilai menunjukkan ketahanan terhadap resiko pergerakan nilai tukar. Ketahanan tersebut ditunjukkan dengan respons yang memberi surplus neraca perdagangan.
Sektor-sektor itu adalah produk kimia, karet dan plastik; minyak nabati dan hewani; pakaian jadi; produk kulit; produk kertas dan percetakan; produk kayu; serta produk elektronik.
"Kajian ini menemukan resiliensi sektor terus terjadi sampai nilai tukar rupiah melemah 30% ke level Rp 17.500 per dolar AS disertai kenaikan harga impor sebesar 15%."
(miq/miq) Next Article Nilai Wajar Rupiah di Level Rp13.800
Dalam sebuah riset Indonesia Exim Bank dan ITAPS FEM IPB berjudul Dampak Pergerakan Rupiah Terhadap Aktivitas Ekspor Dan Impor Nasional, dikutip pada Minggu (2/9/2018), tiga sektor itu adalah tekstil, mineral non logam dan produk logam.
"Simulasi Global Trade Analysis Project (GTAP) stress testing secara arbitraty menunjukkan respons yang berbeda diantara sektor terpilih. Sektor yang menunjukkan kerentanan terhadap pergerakan nilai tukar yang diproksi dengan respons defisit neraca perdagangan seperti tekstil, mineral nonlogam, dan produk logam," papar riset itu.
Adapun, sejumlah sektor justru dinilai menunjukkan ketahanan terhadap resiko pergerakan nilai tukar. Ketahanan tersebut ditunjukkan dengan respons yang memberi surplus neraca perdagangan.
Sektor-sektor itu adalah produk kimia, karet dan plastik; minyak nabati dan hewani; pakaian jadi; produk kulit; produk kertas dan percetakan; produk kayu; serta produk elektronik.
"Kajian ini menemukan resiliensi sektor terus terjadi sampai nilai tukar rupiah melemah 30% ke level Rp 17.500 per dolar AS disertai kenaikan harga impor sebesar 15%."
(miq/miq) Next Article Nilai Wajar Rupiah di Level Rp13.800
Most Popular