
SBY, Jokowi, dan Tumpukan Utang

Jakarta, CNBC Indonesia - Tidak semua sepakat dengan stigma yang menyebut Indonesia sudah masuk dalam jebakan utang. Namun, bukan berarti pemerintah berleha-leha seakan tidak terjadi apa-apa.
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) membantah stigma para anggota dewan parlemen yang menyebut Indonesia saat ini nyaris masuk dalam jebakan utang negara yang menggunung.
Pasalnya, beban utang pemerintah saat ini sudah semakin tinggi. Pemerintah, pun harus kembali berutang untuk membayar bunga utang di masa lampau.
"Pendapat yang mengatakan kita terjebak itu tidak tepat," kata Direktur Strategi dan Portofolio Pembiayaan DJPPR Scenaider Siahaan, kepada CNBC Indonesia, Senin (27/8/2018).
"Hanya pendapat retorika tanpa analisis yang memadai, mengingat semua beban kewajiban pokok dan bunga yang jatuh tempo saat ini sesuai rencana pengelolaan utang," jelasnya.
Prinsip kehati-hatian dalam berutang ke depannya perlu menjadi prioritas. Meskipun pemerintah masih memiliki kemampuan untuk membayar bunga utang, tapi ada berbagai risiko yang harus dihadapi ke depan.
Misalnya, dari depresiasi nilai tukar tupiah. Komposisi utang pemerintah yang didominasi oleh Surat Berharga Negara (SBN) cukup berisiko tinggi, apalagi jika ada sentimen yang membuat modal tersebut tiba-tiba keluar dari Indonesia.
“Idealnya share SBN terhadap total utang baru harusnya bisa turun dan share pinjaman multilateral dan bilateral terhadap total utang bisa naik," kata Project Consultant ADB Institute Eric Sugandi
Rasio utang terhadap PDB memang masih dalam batas aman. Namun, bagi Eric, pertumbuhan total utang pemerintah secara nominal yang terus merangkak naik, perlu menjadi perhatian lebih oleh pemerintah.
Persoalan utang pemerintah yang terus menumpuk, hanya bisa diselesaikan dengan menggenjot penerimaan pajak. Masalah yang ada selama ini adalah belanja yang ekspansif tak mampu diimbangi dengan akselerasi penerimaan pajak.
Selama APBN tetap mengalami defisit keseimbangan primer, maka pemerintah mau tidak mau harus menerbitkan utang baru untuk membayar utang-utang jatuh tempo. Kondisi ini, tentu akan menambah outstanding utang.
Jadi, kredibel mana utang SBY Vs Jokowi?
(NEXT)