Internasional

Perang Dagang, China Bisa Serang AS Pakai 'Alat Siluman'

Bernhart Farras, CNBC Indonesia
15 August 2018 14:07
Standar tersebut adalah aturan yang dikeluarkan pemerintah mengenai hal-hal seperti firewalls dan piranti lunak (software)
Foto: REUTERS/Jason Lee/File Photo
Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah perseteruan Jepang dan Amerika Serikat (AS) yang terus meningkat, standar keamanan siber China dapat dipakai sebagai "alat siluman" dalam rangka pembalasan terhadap bea masuk AS, menurut seorang pakar.

Standar tersebut adalah aturan yang dikeluarkan pemerintah mengenai hal-hal seperti dan piranti lunak (software). Sebenarnya, hal semacam itu secara teknis merupakan aturan yang tidak wajib namun seringkali dijadikan kewajiban oleh rekan bisnis perusahaan asing di China.

Dalam beberapa tahun ini, Beijing telah menerbitkan lebih dari 300 standar nasional baru, menurut laporan dari lembaga think tank Center for Strategic and International Studies asal AS, CNBC International melaporkan.

Fakta itu ikut menjadikan China sebagai negara yang semakin sulit bagi beberapa perusahaan, kata laporan itu. Standar-standar baru itu secara potensial dapat memukul perusahaan asing dengan biaya yang tidak diperkirakan sebelumnya hingga penundaan operasional di negara itu, bahkan mereka dapat juga menutup bisnisnya di China.


Ada juga kekhawatiran bahwa Beijing akan menggunakan aturan standarnya untuk melawan AS dalam rangka pembalasan mata uang dalam perang dagang.

Dan jika negara dengan ekonomi terbesar di Asia tersebut menyiapkan panduan teknologi untuk menyerang perusahaan Amerika, harga akan sangat sulit untuk ditentukan, tetapi dampak terhadap perusahaan luar negeri bisa bertahan lama dari ketegangan saat ini, menurut laporan itu.

Tidak seperti bea masuk, kecil kemungkinannya standar keamanan siber untuk dilonggarkan oleh China ketika perang dagang akhirnya berakhir. Mayoritas karena Presiden China Xi Jinping yang sedang meningkatkan kekuatan siber negaranya.

Meskipun standar baru bisa dipacu oleh perang dagang, "ini jauh lebih besar daripada dinamika dengan AS" kata Samm Sacks, rekan senior CSIS dan salah satu penulis laporan think tank, yang dilansir dari CNBC International.
(prm) Next Article Adu Taktik Dagang Trump-Xi

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular