
Semester I-2018, Defisit Transaksi Migas RI Capai Rp 78 T
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
13 August 2018 13:58
Jakarta, CNBC Indonesia- Angka defisit migas RI semakin menggunung seiring naiknya harga minyak dunia. Badan Pusat Statistik mencatat defisit transaksi migas RI hingga semester I-2018 mencapai US$ 5,39 miliar atau setara Rp 78,84 triliun.
Berdasar data BPS, sebenarnya keseluruhan neraca perdagangan Indonesia masih surplus, tapi impor minyak yang tinggi jadi biang kerok dan membuat defisit. Defisit migas tentunya masih disebabkan oleh tingginya impor dan kenaikan harga minyak dunia.
"Peningkatan impor migas kumulatif ini disebabkan oleh naiknya impor seluruh komponen migas, yaitu minyak mentah, hasil minyak, dan gas," ujar Direktur Statistik Distribusi BPS Anggoro Dwitjahyono kepada CNBC Indonesia saat dihubungi Senin (13/8/2018).
Meski impor migas Juni tergolong tinggi, menurut data BPS angka ini masih lebih rendah ketimbang realisasi Mei lalu yang bertepatan dengan persiapan kebutuhan lebaran dan libur panjang. Impor migas di bulan Mei masih mencetak rekor sebagai impor tertinggi yang dicatat BPS dalam 13 bulan terakhir, yakni mencapai US$ 2,86 miliar atau Rp 41,8 triliun.
Sementara, impor migas Juni tercatat masih cukup rendah yakni US$ 1,6 miliar. Direktur Statistik Distribusi BPS Anggoro Dwitjahyono mengatakan, penurunan impor migas tersebut dipicu oleh turunnya impor minyak mentah sebesar US$ 343,7 juta dan impor hasil minyak sebesar US$ 433,1 juta. Namun, impor gas meningkat sebesar US$ 29,7 juta.
Sedangkan, dari sisi volume, impor migas pada Juni 2018 tercatat turun dibandingkan volume impor migas Mei 2018. Pada Juni 2018, BPS membukukan volume impor migas sebesar 3,29 juta ton atau turun dari periode Mei 2018 yang sebesar 4,65 juta ton.
Jika dilihat sampai pada kuartal II 2018, volume impor migas turun 1,77% atau sebesar 429,7 ribu ton menjadi 23,78 juta ton, dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yang sebesar 24,21 juta ton.
(gus) Next Article Defisit Migas Desember Turun 85% ke US$ 218 Juta, Kok Bisa?
Berdasar data BPS, sebenarnya keseluruhan neraca perdagangan Indonesia masih surplus, tapi impor minyak yang tinggi jadi biang kerok dan membuat defisit. Defisit migas tentunya masih disebabkan oleh tingginya impor dan kenaikan harga minyak dunia.
Meski impor migas Juni tergolong tinggi, menurut data BPS angka ini masih lebih rendah ketimbang realisasi Mei lalu yang bertepatan dengan persiapan kebutuhan lebaran dan libur panjang. Impor migas di bulan Mei masih mencetak rekor sebagai impor tertinggi yang dicatat BPS dalam 13 bulan terakhir, yakni mencapai US$ 2,86 miliar atau Rp 41,8 triliun.
Sementara, impor migas Juni tercatat masih cukup rendah yakni US$ 1,6 miliar. Direktur Statistik Distribusi BPS Anggoro Dwitjahyono mengatakan, penurunan impor migas tersebut dipicu oleh turunnya impor minyak mentah sebesar US$ 343,7 juta dan impor hasil minyak sebesar US$ 433,1 juta. Namun, impor gas meningkat sebesar US$ 29,7 juta.
Sedangkan, dari sisi volume, impor migas pada Juni 2018 tercatat turun dibandingkan volume impor migas Mei 2018. Pada Juni 2018, BPS membukukan volume impor migas sebesar 3,29 juta ton atau turun dari periode Mei 2018 yang sebesar 4,65 juta ton.
Jika dilihat sampai pada kuartal II 2018, volume impor migas turun 1,77% atau sebesar 429,7 ribu ton menjadi 23,78 juta ton, dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yang sebesar 24,21 juta ton.
(gus) Next Article Defisit Migas Desember Turun 85% ke US$ 218 Juta, Kok Bisa?
Most Popular