Jangan Kaget, Ma'ruf Amin Ulama Yang Fasih Bicara Ekonomi

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
10 August 2018 14:01
Makan Asam Garam di Dunia Perpolitikan
Foto: CNBC Indonesia/Lidya Julita S
Ma’ruf juga bukan orang yang baru terjun di dunia politik kemarin sore. Sepak terjangnya di perpolitikan nasional telah dimulai sejak tahun 1973 dengan menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dari fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP).  

Dia juga pernah menjadi anggota MPR dari fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang kini menjadi pengusung Joko Widodo menjadi Presiden. Menurut dia, pemerintah berusaha membangun ekonomi dari bawah untuk mengoreksi kesalahan pemerintahan sebelumnya.  

Berbekal keyakinan tersebut, pria berusia 73 tahun yang juga menjadi Rais 'Aam PBNU ini pun memutuskan turun gunung ke ranah eksekutif guna membantu Jokowi mengembangkan ekonomi baru Indonesia yang memberdayakan rakyat sebagaimana visinya.  

Sebelumnya, Ma’ruf hanya membantu pemerintah dalam ranah konsultasi, dengan menjadi anggota Dewan Pertimbangan Presiden. Berbagai capaian itu dia gapai berkat aktivitas dan jejaringnya di organisasi massa Islam terbesar dunia yakni Nahdlatul Ulama (NU).  

Dia menjadi salah satu tokoh penting di balik pemberangusan Partai Komunis Indonesia (PKI) ketika menjadi Ketua Gerakan Pemuda (GP) Ansor Jakarta (1964-1966). Sebagaimana diketahui, GP Ansor dilibatkan oleh Jenderal Suharto untuk membasmi PKI setelah gerakan 1 Oktober 1965 yang gagal.  

Posisi ini membawa perjalanan karir organisasinya melambung dengan menjadi Ketua NU Jakarta (1966), anggota pengurus Lembaga Da’wah PBNU (1977), Katib Aam Syuriah PBNU (1989), dan Rois Syuriah PBNU (1999).  

Dengan terjun ke politik, Ma’ruf membawa misi besar ekonomi keumatan yang belakangan ini dipopulerkannya sebagai ‘arus baru'—bukan hanya ‘tetesan’ atau trickle-down effect—ekonomi nasional guna mencegah polarisasi kekayaan negeri ini ke tangan segelintir konglomerat.  

Salah satu gagasannya adalah program redistribusi aset dan kemitraan, di mana para pengusaha besar harus bermitra dengan usaha kecil dan menengah (UKM) serta koperasi. Dia juga dikenal bersuara keras melawan ketergantungan pangan terhadap impor.  

Gagasan itu digaungkannya dalam Kongres Ekonomi Umat bertema “Arus Baru Ekonomi Indonesia”, yang digelar oleh Komisi Pemberdayaan Ekonomi Umat MUI pada April tahun lalu. Bisakah Ma’ruf merealisasikan visi itu lewat tiket cawapres? Kita lihat saja.***

TIM RISET CNBC INDONESIA

(ags/wed)

Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular