
Sandi Uno: Dari Korban Krismon, Raja Investasi, ke Cawapres
Arif Gunawan, CNBC Indonesia
10 August 2018 08:17

Kesuksesan Saratoga membawa nama Sandi ke daftar orang terkaya urutan ke-29 di Indonesia menurut majalah Forbes pada 2009. Pada 2011, Forbes kembali merilis daftar orang terkaya di Indonesia dengan namanya bercokol di posisi ke-37 dengan total kekayaan US$660 juta.
Masih muda, karir bisnis moncer, dan memiliki “segalanya”, perhatian bapak dua anak dari perkawinannya dengan Nur Asia ini pun mengantarkannya pada keinginan untuk mencapai kesuksesan di sisi lain dunia, yakni perpolitikan, dengan terjun di Pilkada DKI tahun lalu.
Demi fokus pada karir politiknya, Sandiaga mengundurkan diri dari posisi direktur utama di Saratoga pada 2017. Langkah ini juga diharapkan bisa menghindarkan konflik kepentingan dengan tugas barunya sebagai Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra).
Hanya saja, bukan berarti dia melepas kepemilikannya di saham perusahaan investasi tersebut. Mengutip Reuters, saat ini Sandi memiliki 27,8% dari total saham beredar SRTG atau sebanyak 754,12 juta saham.
Pada Kamis (9/8/2018), kemunculan namanya sebagai cawapres dari kubu Gerindra bersama Prabowo Subianto menjadi landmark cemerlangnya karir politiknya. Dia hanya membutuhkan waktu kurang dari 2 tahun untuk mencapai posisi tersebut.
Namun yang perlu dicatat, jalan menuju kesuksesan politik itu telah dibangunnya sejak 20 tahun lalu ketika Sandi membangun kerajaan bisnisnya selepas menjadi pengangguran. Dari situlah Sandi menyusun pundi-pundi uang, yang dalam diktum politik kontemporer sering disebut sebagai "logistik".
Sandi menjadi cawapres pertama dari "jalur independen" (mengalahkan nama dari Partai Amanat Nasional/PAN, Partai Keadilan Sejahtera/PKS, dan bahkan Partai Demokrat) di ajang pilpres langsung. Dia mundur dari Gerindra dan pindah ke jalur independen lewat lobi kuat ke partai pendukung Gerindra.
Keberhasilannya menggondol tiket kursi cawapres ini menunjukkan bahwa jika anda ingin cepat melejit dalam politik, jadilah pengusaha sukses dulu.
Uang memang bukan tujuan akhir dari politik. Hanya saja, uang adalah alat atau sarana penting untuk mengonsolidasikan dukungan (di tingkat elit) dan menggerakkan aset serta instrumen politik (untuk menjangkau akar rumput) di negara kepulauan yang berpenduduk 260 juta orang ini.
Apakah karir politik Sandi yang sangat cepat ini bakal berakhir seperti bintang jatuh yang terang sesaat dan menghilang, ataukah berujung kesuksesan seperti di Pilkada DKI? Kita lihat saja. Yang pasti, lagi-lagi warga DKI kehilangan pimpinannya sama seperti ketika Jokowi meloncat ke laga Pilpres 2014.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/prm)
Masih muda, karir bisnis moncer, dan memiliki “segalanya”, perhatian bapak dua anak dari perkawinannya dengan Nur Asia ini pun mengantarkannya pada keinginan untuk mencapai kesuksesan di sisi lain dunia, yakni perpolitikan, dengan terjun di Pilkada DKI tahun lalu.
Demi fokus pada karir politiknya, Sandiaga mengundurkan diri dari posisi direktur utama di Saratoga pada 2017. Langkah ini juga diharapkan bisa menghindarkan konflik kepentingan dengan tugas barunya sebagai Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra).
Pada Kamis (9/8/2018), kemunculan namanya sebagai cawapres dari kubu Gerindra bersama Prabowo Subianto menjadi landmark cemerlangnya karir politiknya. Dia hanya membutuhkan waktu kurang dari 2 tahun untuk mencapai posisi tersebut.
Namun yang perlu dicatat, jalan menuju kesuksesan politik itu telah dibangunnya sejak 20 tahun lalu ketika Sandi membangun kerajaan bisnisnya selepas menjadi pengangguran. Dari situlah Sandi menyusun pundi-pundi uang, yang dalam diktum politik kontemporer sering disebut sebagai "logistik".
Sandi menjadi cawapres pertama dari "jalur independen" (mengalahkan nama dari Partai Amanat Nasional/PAN, Partai Keadilan Sejahtera/PKS, dan bahkan Partai Demokrat) di ajang pilpres langsung. Dia mundur dari Gerindra dan pindah ke jalur independen lewat lobi kuat ke partai pendukung Gerindra.
Keberhasilannya menggondol tiket kursi cawapres ini menunjukkan bahwa jika anda ingin cepat melejit dalam politik, jadilah pengusaha sukses dulu.
Uang memang bukan tujuan akhir dari politik. Hanya saja, uang adalah alat atau sarana penting untuk mengonsolidasikan dukungan (di tingkat elit) dan menggerakkan aset serta instrumen politik (untuk menjangkau akar rumput) di negara kepulauan yang berpenduduk 260 juta orang ini.
Apakah karir politik Sandi yang sangat cepat ini bakal berakhir seperti bintang jatuh yang terang sesaat dan menghilang, ataukah berujung kesuksesan seperti di Pilkada DKI? Kita lihat saja. Yang pasti, lagi-lagi warga DKI kehilangan pimpinannya sama seperti ketika Jokowi meloncat ke laga Pilpres 2014.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/prm)
Pages
Most Popular