
Wah, Harga Makanan Sudah Mulai Naik!
Monica Wareza, CNBC Indonesia
05 August 2018 14:28

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Perindustrian menyebut saat ini harga makanan dan minuman sudah mulai meningkat akibat rupiah yang melemah terhadap dolar. Kenaikan harga terutama terjadi pada jenis makanan dan minuman dengan bahan dasar gandum.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan memang terjadi peningkatan harga untuk makanan dan minuman berbasis gandum, pasalnya saat ini kebutuhan gandum masih mengandalkan supply dari impor.
"Harga makanan dan minuman di industri kan sebagian manufaktur lokal jadi pengaruhnya relatif, kecuali yang berbasis gandum," kata Airlangga di kawasan Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (5/8).
Sementara itu, Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (GAPMMI) Adhi S. Lukman menyebutkan kenaikan rupiah sudah berdampak terhadap kenaikan harga makanan dan minuman sebesar 3%-5%. Belum lagi ditambah dengan beban logistik yang dinilai menggerus margin produsen.
Kenaikan harga karena kedua faktor ini ditakutkan akan menimbulkan penurunan penjualan, meski secara siklus penjualan paska musim lebaran industri ini agak melambat.
"Kalau yang bahan makanan sudah [ada penyesuaian], seperti terigu, telur, daging. Tapi kalau pangan olahan masing menanggung beban pengurangan margin, masih tergerus," jelas dia di kesempatan yang sama.
Sementara itu, dengan kondisi margin penjualan terus tergerus saat ini produsen dinilai tak bisa terus menaikkan harga untuk meningkatkan margin usaha. "Itu masing-masing perusahaan. Kalau dilihat kondisi sudah tidak memungkinkan untuk menahan margin, ya mau tidak mau daripada rugi ya harus naik. Tapi itu jalan terakhir," imbuh dia.
(ray) Next Article Rupiah Melemah, Produsen Makanan Kurangi Ukuran Kemasan
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan memang terjadi peningkatan harga untuk makanan dan minuman berbasis gandum, pasalnya saat ini kebutuhan gandum masih mengandalkan supply dari impor.
"Harga makanan dan minuman di industri kan sebagian manufaktur lokal jadi pengaruhnya relatif, kecuali yang berbasis gandum," kata Airlangga di kawasan Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (5/8).
Kenaikan harga karena kedua faktor ini ditakutkan akan menimbulkan penurunan penjualan, meski secara siklus penjualan paska musim lebaran industri ini agak melambat.
"Kalau yang bahan makanan sudah [ada penyesuaian], seperti terigu, telur, daging. Tapi kalau pangan olahan masing menanggung beban pengurangan margin, masih tergerus," jelas dia di kesempatan yang sama.
Sementara itu, dengan kondisi margin penjualan terus tergerus saat ini produsen dinilai tak bisa terus menaikkan harga untuk meningkatkan margin usaha. "Itu masing-masing perusahaan. Kalau dilihat kondisi sudah tidak memungkinkan untuk menahan margin, ya mau tidak mau daripada rugi ya harus naik. Tapi itu jalan terakhir," imbuh dia.
(ray) Next Article Rupiah Melemah, Produsen Makanan Kurangi Ukuran Kemasan
Most Popular