Semester I-2018, Freeport Dulang Rp 52 T dari Tambang Papua
Raditya Hanung, CNBC Indonesia
30 July 2018 13:51

Jakarta, CNBC Indonesia- Freeport-McMoran (FCX) mencatatkan penjualan 635 juta pound (288,03 ribu ton) tembaga, dan 1,27 juta ounces (36,12 ton) emas dari tambang Grasberg di Papua, Indonesia, pada enam bulan awal di tahun ini.
Seperti diketahui, FCX memiliki 90,64% saham dari anak perusahaannya PT Freeport Indonesia (PTFI), yang mengoperasikan tambang Grasberg, yang merupakan salah satu pertambangan tembaga dan emas terbesar di dunia.
Pada awal Juli 2018 ini, FCX telah menandatangani Heads of Agreement dengan PT Indonesia Asahan Aluminium Persero (Inalum) dan Rio Tinto sebagai mitra joint-venture PTFI. Di bawah kesepakatan itu, Inalum akan membeli hak partisipasi Rio Tinto sebesar 40% yang ada di tambang Grasberg, secara tunai senilai US$3,85 miliar (sekitar Rp55,5 triliun), beserta saham FCX di PT Indocopper Investama yang memiliki 9,36% saham PTFI senilai US$350 juta (Rp5 triliun).
Apabila transaksi ini selesai, Inalum akan memiliki sekitar 51% dari saham PTFI, dan FCX hanya akan memiliki 49% saham PTFI.
Kembali ke pencapaian operasi FCX di Papua, penjualan tembaga dan emas Grasberg di semester-I 2018 masing-masing naik 70,70% dan 110,93%, dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Dengan harga rata-rata tembaga sebesar US$3,07/pound, maka Freeport mampu mengantongi US$1,95 miliar dari penjualan tembaga semester I-2018.
Sementara, dengan harga emas rata-rata sebesar US$1.291/ounce, perusahaan yang dipimpin oleh Richard C. Akerson ini, mampu mendulang US$1,64 miliar dari penjualan emas di enam bulan awal tahun ini.
Ditambah dengan pendapatan dari penjualan silver sebesar US$36 juta, secara total FCX mampu mendulang US$3,63 miliar (Rp52,33 triliun) dari tambang Grasberg, pada semester I-2018. Nilai sebesar itu mampu naik sebesar 107,43% dari capaian semester I-2017 yang hanya sebesar US$1,75 miliar (Rp25,23 triliun).
Dengan pendapatan demikian, FCX mampu mencetak laba kotor dari tambang Grasberg sebesar US$1,98 miliar (Rp28,5 triliun) pada semester I-2018, atau naik nyaris 4 kali lipat, dari periode yang sama tahun lalu yang sebesar US$0,55 miliar (Rp7,9 triliun).
Kenaikan produksi di tambang PTFI ini disebut Freeport McMoran karena faktor operasi yang efektif, salah satunya tidak ada kendala dari sisi pekerja sebagaimana yang terjadi di tahun lalu. "Dengan kondisi operasional ini, diperkirakan produksi tembaga dari tambang PTFI sampai akhir tahun 2018 bisa mencapai 1,15 miliar pound dan emas 2,4 juta ounces," tulis Freeport McMoran, dikutip dari laporan kinerjanya tertanggal 25 Juli 2018.
Meski begitu, proyeksi penjualan mineral PTFI masih tergantung beberapa faktor seperti operational performance, produktivitas kinerja, waktu pengangkutan, dan kebijakan regulasi Indonesia termasuk perpanjangan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) perusahaan setelah 31 Juli 2018.
Lantas seberapa besar kontribusi tambang Grasberg bagi pendapatan FCX?
(gus) Next Article Penjualan Emas Freeport Meroket 110%, Capai 1,2 Juta Ounces
Seperti diketahui, FCX memiliki 90,64% saham dari anak perusahaannya PT Freeport Indonesia (PTFI), yang mengoperasikan tambang Grasberg, yang merupakan salah satu pertambangan tembaga dan emas terbesar di dunia.
Pada awal Juli 2018 ini, FCX telah menandatangani Heads of Agreement dengan PT Indonesia Asahan Aluminium Persero (Inalum) dan Rio Tinto sebagai mitra joint-venture PTFI. Di bawah kesepakatan itu, Inalum akan membeli hak partisipasi Rio Tinto sebesar 40% yang ada di tambang Grasberg, secara tunai senilai US$3,85 miliar (sekitar Rp55,5 triliun), beserta saham FCX di PT Indocopper Investama yang memiliki 9,36% saham PTFI senilai US$350 juta (Rp5 triliun).
Kembali ke pencapaian operasi FCX di Papua, penjualan tembaga dan emas Grasberg di semester-I 2018 masing-masing naik 70,70% dan 110,93%, dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Dengan harga rata-rata tembaga sebesar US$3,07/pound, maka Freeport mampu mengantongi US$1,95 miliar dari penjualan tembaga semester I-2018.
Sementara, dengan harga emas rata-rata sebesar US$1.291/ounce, perusahaan yang dipimpin oleh Richard C. Akerson ini, mampu mendulang US$1,64 miliar dari penjualan emas di enam bulan awal tahun ini.
Ditambah dengan pendapatan dari penjualan silver sebesar US$36 juta, secara total FCX mampu mendulang US$3,63 miliar (Rp52,33 triliun) dari tambang Grasberg, pada semester I-2018. Nilai sebesar itu mampu naik sebesar 107,43% dari capaian semester I-2017 yang hanya sebesar US$1,75 miliar (Rp25,23 triliun).
Dengan pendapatan demikian, FCX mampu mencetak laba kotor dari tambang Grasberg sebesar US$1,98 miliar (Rp28,5 triliun) pada semester I-2018, atau naik nyaris 4 kali lipat, dari periode yang sama tahun lalu yang sebesar US$0,55 miliar (Rp7,9 triliun).
Kenaikan produksi di tambang PTFI ini disebut Freeport McMoran karena faktor operasi yang efektif, salah satunya tidak ada kendala dari sisi pekerja sebagaimana yang terjadi di tahun lalu. "Dengan kondisi operasional ini, diperkirakan produksi tembaga dari tambang PTFI sampai akhir tahun 2018 bisa mencapai 1,15 miliar pound dan emas 2,4 juta ounces," tulis Freeport McMoran, dikutip dari laporan kinerjanya tertanggal 25 Juli 2018.
Meski begitu, proyeksi penjualan mineral PTFI masih tergantung beberapa faktor seperti operational performance, produktivitas kinerja, waktu pengangkutan, dan kebijakan regulasi Indonesia termasuk perpanjangan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) perusahaan setelah 31 Juli 2018.
Lantas seberapa besar kontribusi tambang Grasberg bagi pendapatan FCX?
Seperti diketahui, tidak hanya di Indonesia, FCX juga memiliki sejumlah tambang di Amerika Utara dan Amerika Selatan.
Namun, ternyata tambang Grasberg merupakan tambang paling subur yang dimiliki FCX. Jauh mengungguli tambang-tambang lainnnya di Benua Amerika. Tercatat pendapatan FCX mencapai US10,04 miliar (Rp144,64 triliun) pada semester I-2018.
Dengan pendapatan tambang Grasberg sebesar US$3,63 miliar, berarti sumber daya Indonesia berkontribusi sebesar 36% bagi pendapatan FCX.
Sebagai informasi, pendapatan FCX secara keseluruhan mampu meningkat 42,31% secara tahunan (year-on-year/YoY) pada semester I-2018. Sedangkan, laba bersih FCX tercatat sebesar US$1,85 miliar, juga naik sebesar 189% secara YoY.
Namun, ternyata tambang Grasberg merupakan tambang paling subur yang dimiliki FCX. Jauh mengungguli tambang-tambang lainnnya di Benua Amerika. Tercatat pendapatan FCX mencapai US10,04 miliar (Rp144,64 triliun) pada semester I-2018.
Dengan pendapatan tambang Grasberg sebesar US$3,63 miliar, berarti sumber daya Indonesia berkontribusi sebesar 36% bagi pendapatan FCX.
Sebagai informasi, pendapatan FCX secara keseluruhan mampu meningkat 42,31% secara tahunan (year-on-year/YoY) pada semester I-2018. Sedangkan, laba bersih FCX tercatat sebesar US$1,85 miliar, juga naik sebesar 189% secara YoY.
(gus) Next Article Penjualan Emas Freeport Meroket 110%, Capai 1,2 Juta Ounces
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular