
Harga Tiket Pesawat & Kamar Hotel Akan Naik Tahun Depan
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
24 July 2018 15:51

Singapura, CNBC Indonesia - Ekonomi global yang kuat dan kenaikan harga minyak diperkirakan akan menaikkan biaya perjalanan udara tahun 2019, menurut perkiraan industri terkait.
Harga tiket pesawat diperkirakan naik 2,6% sementara tarif hotel bertambah 3,7%, meskipun ada risiko penurunan dari perang dagang.
Di beberapa negara, termasuk India, Selandia Baru, Norwegia, Jerman, dan Chile, tarif penerbangan diperkirakan akan naik lebih dari 7%, menurut perkiraan perjalanan bisnis tahunan dari Carlson Wagonlit Travel (CWT) dan Global Business Travel Association (GBTA) yang dirilis pada hari Selasa (24/7/2018).
"Mengenai kawasan Asia-Pasifik, kita telah keluar dari periode tiga hingga empat tahun yang lalu di mana ada banyak kapasitas dalam sistem (dan) tarif turun cukup signifikan," kata Michael Valkevich, Wakil presiden CWT untuk penjualan global & manajemen program Asia Pasifik.
"Jadi, saya pikir kita akan masuk masa normalisasi tarif yang lebih berkelanjutan," tambahnya, dilansir dari Reuters.
Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) pada bulan Juni memperkirakan marjin per penumpang, yang merupakan penentu harga tiket pesawat, akan naik 3,2% tahun ini, peningkatan pertama sejak 2011. Hal ini dikarenakan ekonomi global yang lebih kuat mendorong pertumbuhan permintaan.
CWT/ GBTA memperkirakan kenaikan harga tiket pesawat 3,5% tahun ini, menurut perkiraan yang dirilis tahun lalu.
Biaya tiket penerbangan, termasuk untuk bahan bakar dan tenaga kerja, telah meningkat dan menyebabkan operator berusaha menaikkan tarif atau menambah biaya tambahan bahan bakar untuk mempertahankan marjin.
Perkiraan CWT/ GBTA 2019 mengatakan kenaikan tarif hotel akan didorong oleh peningkatan permintaan untuk perjalanan udara, yang akan menaikkan permintaan kamar hotel.
Tarif kamar diperkirakan akan naik lebih dari 5% di Asia dan Eropa, sebesar 2,1% di Amerika Utara, dan turun 1,3% di Amerika Latin.
Grup hotel termasuk France SA dari Perancis dan Marriott International Inc yang berbasis di AS telah melaporkan kuatnya pertumbuhan pendapatan per kamar yang tersedia di Asia dan Eropa tahun ini.
Perkiraan CWT/ GBTA mengatakan meskipun pandangannya positif, namun risiko tetap ada untuk ekonomi global pada 2019 dari munculnya kebijakan proteksionis, yang memicu perang perdagangan dan ketidakpastian atas keluarnya Inggris dari Uni Eropa.
Valkevich mengatakan perang dagang AS-China belum menyebabkan penurunan permintaan perjalanan bisnis yang nyata, tetapi itu adalah "faktor risiko penurunan" untuk industri perjalanan perusahaan.
(prm) Next Article Refund Tiket Pesawat Tak Wajib Cash, Bisa Voucher
Harga tiket pesawat diperkirakan naik 2,6% sementara tarif hotel bertambah 3,7%, meskipun ada risiko penurunan dari perang dagang.
Di beberapa negara, termasuk India, Selandia Baru, Norwegia, Jerman, dan Chile, tarif penerbangan diperkirakan akan naik lebih dari 7%, menurut perkiraan perjalanan bisnis tahunan dari Carlson Wagonlit Travel (CWT) dan Global Business Travel Association (GBTA) yang dirilis pada hari Selasa (24/7/2018).
"Jadi, saya pikir kita akan masuk masa normalisasi tarif yang lebih berkelanjutan," tambahnya, dilansir dari Reuters.
Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) pada bulan Juni memperkirakan marjin per penumpang, yang merupakan penentu harga tiket pesawat, akan naik 3,2% tahun ini, peningkatan pertama sejak 2011. Hal ini dikarenakan ekonomi global yang lebih kuat mendorong pertumbuhan permintaan.
CWT/ GBTA memperkirakan kenaikan harga tiket pesawat 3,5% tahun ini, menurut perkiraan yang dirilis tahun lalu.
Biaya tiket penerbangan, termasuk untuk bahan bakar dan tenaga kerja, telah meningkat dan menyebabkan operator berusaha menaikkan tarif atau menambah biaya tambahan bahan bakar untuk mempertahankan marjin.
Perkiraan CWT/ GBTA 2019 mengatakan kenaikan tarif hotel akan didorong oleh peningkatan permintaan untuk perjalanan udara, yang akan menaikkan permintaan kamar hotel.
Tarif kamar diperkirakan akan naik lebih dari 5% di Asia dan Eropa, sebesar 2,1% di Amerika Utara, dan turun 1,3% di Amerika Latin.
Grup hotel termasuk France SA dari Perancis dan Marriott International Inc yang berbasis di AS telah melaporkan kuatnya pertumbuhan pendapatan per kamar yang tersedia di Asia dan Eropa tahun ini.
Perkiraan CWT/ GBTA mengatakan meskipun pandangannya positif, namun risiko tetap ada untuk ekonomi global pada 2019 dari munculnya kebijakan proteksionis, yang memicu perang perdagangan dan ketidakpastian atas keluarnya Inggris dari Uni Eropa.
Valkevich mengatakan perang dagang AS-China belum menyebabkan penurunan permintaan perjalanan bisnis yang nyata, tetapi itu adalah "faktor risiko penurunan" untuk industri perjalanan perusahaan.
(prm) Next Article Refund Tiket Pesawat Tak Wajib Cash, Bisa Voucher
Most Popular