
Indonesia Incar Proyek Infrastruktur Rp 290 M di Uganda
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
24 July 2018 12:10

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia berupaya memperluas dan meningkatkan hubungannya dengan negara-negara di Afrika, terutama di bidang ekonomi, sebagai bentuk tindak lanjut dari Indonesia-Afrika Forum yang diselenggarakan di Bali beberapa waktu lalu.
Dalam pertemuan antara Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi dan Wakil Perdana Menteri Kedua Republik Uganda Y.M. A.M. Kirunda Kivejinja di Gedung Pancasila hari Selasa (24/7/2018), keduanya membahas peluang kerja sama infrastruktur yang cukup besar. Retno secara khusus membicarakan lebih rinci potensi pembangunan infrastruktur di Uganda oleh perusahaan dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Indonesia.
"Rencana penyelenggaraan Indonesia - Africa Infrastructure Dialogue [IAID] pada bulan Agustus 2019 mendatang sangat strategis," kata Retno dalam rilis pers yang diterima CNBC Indonesia.
Ia mengajak Uganda untuk bekerja sama merancang proyek gabungan (joint venture) di bidang infrastruktur senilai US$20 juta-US$30 juta (Rp 290,8 miliar). Retno pun menawarkan fasilitas pembiayaan melalui Eximbank Indonesia untuk proyek tersebut.
Ia juga menegaskan komitmen Indonesia menjadi mitra pembangunan Uganda melalui kerja sama teknis di sektor pembangunan kapasitas yang meliputi pertanian, perikanan, kehutanan dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
Selain membahas peluang kerja sama infrastruktur, Retno juga menyampaikan komitmen Indonesia untuk "gencar membuka pasar perdagangan baru di Afrika". Sebab, Uganda memiliki pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan tren perdagangan kedua negara juga terus naik dalam lima tahun terakhir.
Hubungan diplomatik RI-Uganda dibuka pada tahun 1982. Nilai total perdagangan RI-Uganda periode 2013-2017 naik rata-rata 3,41% per tahun. Sementara itu, nilai perdagangan bilateral di tahun 2017 adalah sebesar $34,34 juta, naik 55% dari $22,11 juta pada tahun 2016.
Atas dasar itu, Indonesia membidik kesempatan kerja sama ekonomi yang lebih luas, tidak hanya dengan Uganda tetapi juga negara-negara di kawasan Afrika Timur, melalui usulan pembentukan Preferential Trade Agreement (PTA) antara Indonesia dan East African Community (EAC).
"Dukungan Y.M. Kivejinja dalam kapasitasnya sebagai Ketua Dewan Menteri Negara Anggota Afrika Timur [Chairman of East African Community Council of Ministers] sangat vital," kata Retno.
Retno tidak ketinggalan mempromosikan produk-produk strategis Indonesia ke Uganda. Ia pun mengharapkan adanya realisasi atas minat Uganda untuk membeli produksi alutsista Indonesia.
Kivejinja beserta delegasinya mengunjungi Indonesia pada tanggal 23-26 Juli 2018. Mereka akan melakukan berbagai pertemuan dengan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir untuk membahas peningkatan kapasitas sumber daya manusia, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arcandra Tahar guna membahas kerja sama energi, serta pejabat Kementerian Perdagangan, dan Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Rosan Roeslani.
(prm) Next Article Panas! Negara Ini Tegang dengan Barat Gegara LGBTQ+
Dalam pertemuan antara Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi dan Wakil Perdana Menteri Kedua Republik Uganda Y.M. A.M. Kirunda Kivejinja di Gedung Pancasila hari Selasa (24/7/2018), keduanya membahas peluang kerja sama infrastruktur yang cukup besar. Retno secara khusus membicarakan lebih rinci potensi pembangunan infrastruktur di Uganda oleh perusahaan dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Indonesia.
"Rencana penyelenggaraan Indonesia - Africa Infrastructure Dialogue [IAID] pada bulan Agustus 2019 mendatang sangat strategis," kata Retno dalam rilis pers yang diterima CNBC Indonesia.
Ia juga menegaskan komitmen Indonesia menjadi mitra pembangunan Uganda melalui kerja sama teknis di sektor pembangunan kapasitas yang meliputi pertanian, perikanan, kehutanan dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
Selain membahas peluang kerja sama infrastruktur, Retno juga menyampaikan komitmen Indonesia untuk "gencar membuka pasar perdagangan baru di Afrika". Sebab, Uganda memiliki pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan tren perdagangan kedua negara juga terus naik dalam lima tahun terakhir.
Hubungan diplomatik RI-Uganda dibuka pada tahun 1982. Nilai total perdagangan RI-Uganda periode 2013-2017 naik rata-rata 3,41% per tahun. Sementara itu, nilai perdagangan bilateral di tahun 2017 adalah sebesar $34,34 juta, naik 55% dari $22,11 juta pada tahun 2016.
Atas dasar itu, Indonesia membidik kesempatan kerja sama ekonomi yang lebih luas, tidak hanya dengan Uganda tetapi juga negara-negara di kawasan Afrika Timur, melalui usulan pembentukan Preferential Trade Agreement (PTA) antara Indonesia dan East African Community (EAC).
"Dukungan Y.M. Kivejinja dalam kapasitasnya sebagai Ketua Dewan Menteri Negara Anggota Afrika Timur [Chairman of East African Community Council of Ministers] sangat vital," kata Retno.
Retno tidak ketinggalan mempromosikan produk-produk strategis Indonesia ke Uganda. Ia pun mengharapkan adanya realisasi atas minat Uganda untuk membeli produksi alutsista Indonesia.
Kivejinja beserta delegasinya mengunjungi Indonesia pada tanggal 23-26 Juli 2018. Mereka akan melakukan berbagai pertemuan dengan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir untuk membahas peningkatan kapasitas sumber daya manusia, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arcandra Tahar guna membahas kerja sama energi, serta pejabat Kementerian Perdagangan, dan Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Rosan Roeslani.
(prm) Next Article Panas! Negara Ini Tegang dengan Barat Gegara LGBTQ+
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular