
Internasional
Dikecam di AS, Trump Mengaku Salah Bicara Saat Bertemu Putin
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
18 July 2018 12:12

Washington, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada hari Selasa (17/7/2018) mencoba menenangkan gejolak politik akibat gagal meminta pertanggungjawaban Presiden Rusia Vladimir Putin karena mencampuri pemilu AS tahun 2016. Dia mengaku salah bicara dalam konferensi pers gabungan yang diselenggarakan di Helsinki.
Trump membuat dunia tertegun pada hari Senin (16/7/2018) karena menghindari mengritik Putin atas tindakan Moskow dalam mengacaukan pemilu AS dan menimbulkan keraguan di tubuh lembaga intelijen AS. Sejumlah anggota dewan sebelumnya meminta pemerintah menjatuhkan sanksi yang lebih berat dan sanksi-sanksi lain untuk menghukum Rusia.
Polling Reuters/Ipsos yang diselenggarakan pasca-konferensi pers Trump dengan Putin menunjukkan 55% pemilih terdaftar AS kecewa dengan cara Trump menangani hubungan dengan Rusia, sementara 37% lainnya menyetujui.
Trump, yang memiliki peluang untuk menegur Putin di depan umum dalam konferensi persi di Helsinki, justru memuji pemimpin Rusia itu atas bantahannya "yang kuat dan berpengaruh" atas kesimpulan lembaga intelijen AS bahwa Rusia ikut campur dalam pemilu.
Berdiri berdampingan dengan Putin di Helsinki, Trump mengatakan kepada para reporter dia tidak yakin pelakunya adalah Moskow. "Saya tidak melihat alasan apapun tentang mengapa [Rusia adalah pelakunya]," kata Trump.
Meski dia menghadapi tekanan dari para kritikus, negara sekutu, dan bahkan stafnya sendiri untuk bersikap keras, Trump berkata tidak ada satupun kata meremehkan yang diutarakannya di depan umum tentang Rusia telah membawa hubungan kedua kekuatan nuklir dunia itu ke level terendah sejak Perang Dingin.
Partai Republik dan Demokrat menuduhnya memihak pada musuh ketimbang negaranya sendiri.
Meski wawancara itu disiarkan di televisi dan banyak tersebar di Twitter, Trump tidak melakukan koreksi sampai 27 jam setelahnya. Dengan membaca pernyataan yang sudah dipersiapkan sebelumnya, pada hari Selasa Trump mengatakan memiliki kepercayaan seutuhnya pada lembaga intelijen AS dan menerima kesimpulan mereka.
Kemudian dia kembali menengok naskahnya untuk menyampaikan siapa yang bertanggung jawab untuk campur tangan pemilu, "Bisa jadi itu juga orang lain. Ada banyak orang di luar sana".
Pernyataannya gagal menuntaskan kontroversi. Demokrat menolak pernyataan Trump dan menyebutkan sebagai semata-mata upaya untuk mengendalikan kerusakan politik yang telanjur terjadi.
"Ini harus diakui sebagaimana adanya, ini hanyalah sebuah upaya untuk membersihkan kekacauan yang dia buat kemarin, ..." kata Adam Schiff selaku anggota senior partai Demokrat di Komite Intelijen DPR.
Sementara pimpinan Senat Demokrat Chuck Schumer mengatakan komentar Trump pada hari Selasa adalah sebuah pertanda pelemahan, khususnya pernyataannya bahwa "bisa jadi itu orang lain" yang bertanggung jawab dalam mencampuri pemilu.
"Dia membuat pernyataan mengerikan, mencoba untuk mundur, tetapi bahkan tidak membawa dirinya sendiri untuk mundur," kata Schumer. "Itu menunjukkan kelemahan Presiden Trump, bahwa dia takut menghadapi Putin secara langsung."
Pimpinan Mayoritas Senat Mitch McConnell berkata kepada para reporter bahwa Rusia bukanlah teman AS dan memperingatkan tentang potensi pengulangan campur tangan dalam pemilu Kongres di bulan November.
"Banyak dari kita yang sepenuhnya paham apa yang terjadi di tahun 2016 dan sebaiknya itu tidak terjadi lagi di tahun 2018," kata McConnell.
(prm) Next Article Bertemu Putin, Trump Tak Kejar Rusia Soal Intervensi Pilpres
Trump membuat dunia tertegun pada hari Senin (16/7/2018) karena menghindari mengritik Putin atas tindakan Moskow dalam mengacaukan pemilu AS dan menimbulkan keraguan di tubuh lembaga intelijen AS. Sejumlah anggota dewan sebelumnya meminta pemerintah menjatuhkan sanksi yang lebih berat dan sanksi-sanksi lain untuk menghukum Rusia.
"Saya mengutarakan kata 'akan' alih-alih 'tidak akan,'" kata Trump kepada para reporter di Gedung Putih, lebih dari 24 jam setelah muncul dalam konferensi pers bersama Putin, dilansir dari Reuters. "Kalimat itu seharusnya, 'Saya tidak melihat alasan apapun mengapa bukan Rusia [pelakunya]."
Polling Reuters/Ipsos yang diselenggarakan pasca-konferensi pers Trump dengan Putin menunjukkan 55% pemilih terdaftar AS kecewa dengan cara Trump menangani hubungan dengan Rusia, sementara 37% lainnya menyetujui.
Berdiri berdampingan dengan Putin di Helsinki, Trump mengatakan kepada para reporter dia tidak yakin pelakunya adalah Moskow. "Saya tidak melihat alasan apapun tentang mengapa [Rusia adalah pelakunya]," kata Trump.
Meski dia menghadapi tekanan dari para kritikus, negara sekutu, dan bahkan stafnya sendiri untuk bersikap keras, Trump berkata tidak ada satupun kata meremehkan yang diutarakannya di depan umum tentang Rusia telah membawa hubungan kedua kekuatan nuklir dunia itu ke level terendah sejak Perang Dingin.
Partai Republik dan Demokrat menuduhnya memihak pada musuh ketimbang negaranya sendiri.
Meski wawancara itu disiarkan di televisi dan banyak tersebar di Twitter, Trump tidak melakukan koreksi sampai 27 jam setelahnya. Dengan membaca pernyataan yang sudah dipersiapkan sebelumnya, pada hari Selasa Trump mengatakan memiliki kepercayaan seutuhnya pada lembaga intelijen AS dan menerima kesimpulan mereka.
Kemudian dia kembali menengok naskahnya untuk menyampaikan siapa yang bertanggung jawab untuk campur tangan pemilu, "Bisa jadi itu juga orang lain. Ada banyak orang di luar sana".
Pernyataannya gagal menuntaskan kontroversi. Demokrat menolak pernyataan Trump dan menyebutkan sebagai semata-mata upaya untuk mengendalikan kerusakan politik yang telanjur terjadi.
"Ini harus diakui sebagaimana adanya, ini hanyalah sebuah upaya untuk membersihkan kekacauan yang dia buat kemarin, ..." kata Adam Schiff selaku anggota senior partai Demokrat di Komite Intelijen DPR.
Sementara pimpinan Senat Demokrat Chuck Schumer mengatakan komentar Trump pada hari Selasa adalah sebuah pertanda pelemahan, khususnya pernyataannya bahwa "bisa jadi itu orang lain" yang bertanggung jawab dalam mencampuri pemilu.
"Dia membuat pernyataan mengerikan, mencoba untuk mundur, tetapi bahkan tidak membawa dirinya sendiri untuk mundur," kata Schumer. "Itu menunjukkan kelemahan Presiden Trump, bahwa dia takut menghadapi Putin secara langsung."
Gejolak politik pasca-penampilan Trump di Helsinki telah memengaruhi pemerintahan dan tersebar ke sesama rekan di partai Republik. Skalanya melebihi sebagian besar kontroversi yang telah muncul dalam masa kepemimpinan Trump selama 18 bulan terakhir.
Pimpinan Mayoritas Senat Mitch McConnell berkata kepada para reporter bahwa Rusia bukanlah teman AS dan memperingatkan tentang potensi pengulangan campur tangan dalam pemilu Kongres di bulan November.
"Banyak dari kita yang sepenuhnya paham apa yang terjadi di tahun 2016 dan sebaiknya itu tidak terjadi lagi di tahun 2018," kata McConnell.
(prm) Next Article Bertemu Putin, Trump Tak Kejar Rusia Soal Intervensi Pilpres
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular