
Sri Mulyani Soal Tahun 2018: Optimisme Jadi Ketidakpastian
Wahyu Daniel & Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
17 July 2018 10:31

Jakarta, CNBC Indonesia - Awalnya banyak pihak yang optimistis memasuki 2018. Namun sekarang semua berjalan menjadi penuh dengan ketidakpastian, dan membuyarkan rasa optimisme yang ada.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, mengatakan lembaga-lembaga internasional seperti Bank Dunia dan International Monetary Fund (IMF) pada akhir 2017 lalu membuat proyeksi positif akan kondisi ekonomi 2018. Menurut Sri Mulyani, perekonomian hampir semua negara di dunia akan pulih pada tahun ini.
"Awalnya kita masuki 2018 dengan optimisme yang cukup tinggi. Kita bicara 2018 memasuki tahun ini cukup optimistis. Forecast yang dilakukan oleh institusi internasional seperti Bank Dunia, IMF, 2018 itu relatif semua negara akan recovery. Jadi ini broadbase recovery. Economies growth dunia diperkirakan mencapai 4%," tutur Sri Mulyani semalam di acara peringatan 10 tahun PT Adaro Energy Tbk melantai di bursa saham, Jakarta, Senin (16/7/2018).
Namun, ujar Sri Mulyani, semua harapan dan optimisme ini hilang seketika. Utamanya karena rencana kebijakan yang dilakukan di Amerika Serikat (AS), baik di sisi moneter ataupun perdagangannya.
Dari sisi moneter, bank sentral AS yaitu The Federal Reserve (The Fed) berencana melakukan normalisasi kebijakan moneternya melalui kenaikan suku bunga acuan, yang diprediksi banyak pihak akan terjadi 4 kali di tahun ini. Hingga pertengahan tahun ini, kenaikan bunga acuan sudah dua kali dilakukan The Fed.
Kemudian ketidakpastian muncul lagi dari kebijakan perdagangan Donald Trump, yang cenderung proteksionis khususnya kepada China. Kondisi perang dagang terjadi dan menimbulkan guncangan pada ekonomi dunia.
"Sisa optimisme saat ini hanya terlihat dari kenaikan harga komoditas," ujar Sri Mulyani.
"Saya masuk Indonesia di pertengahan 2016. Saya lihat semua statistik, Indonesia mengalami tren turun harga komoditas yang dramatis. Di semester I-2016 saya datang ke Indonesia at the bottom dari siklus harga komoditas. Jadi saya terpaksa lakukan langkah drastis. Saya lihat sekarang trennya sudah recovery, harga komoditi sudah recovery," papar Sri Mulyani.
Soal kebijakan moneter dunia saat ini, Sri Mulyani mengatakan muncul kondisi yang menurutnya 'new normal'. Kenaikan suku bunga acuan yang dilakukan The Fed menimbulkan rebalancing di seluruh dunia. Banyak negara yang menurut Sri Mulyani tidak siap menghadapi kondisi 'new normal' ini.
Sementara soal kebijakan perdagangan Trump, Sri Mulyani mengatakan, ketidakpastian yang muncul lebih besar lagi.
"Kalau bicara dengan para menteri di G20, itu juga tidak tahu apa yang dilakukan Trump dan pengaruhnya. Uncertainty bigger than itself, dengan policy yang di-adopt adalah impulsif tarif komoditas dari RRT dan dari negara partner dagang AS, seperti Kanada, Eropa, dan Meksiko. Ini memengaruhi harga komoditas," kata Sri Mulyani.
Lantas apa yang dilakukan pemerintah Indonesia menghadapi situasi yang tidak pasti seperti sekarang?
Sri Mulyani mengatakan, pemerintah akan menggunakan seluruh instrumen fiskal atau APBN dan non fiskal untuk memperbaiki dan membangun infrastruktur di dalam negeri. Menurutnya, infrastruktur di Indonesia masih ketinggalan dibandingkan negara lain. APBN senilai Rp 2.000 triliun lebih di tahun ini akan difokuskan kepada infrastruktur.
Kedua adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia lewat pendidikan dan kesehatan. Ketiga melakukan reformasi birokrasi. "Ini fokus pemerintah dan tentu kita tahu pemerintah terus mencoba memperbaiki tingkat hidup masyarakat," jelas Sri Mulyani.
Pengelolaan APBN, ujar Sri Mulyani, juga menjadi fokus pemerintah untuk menjaga penerimaan dan belanja negara berjalan dengan baik dan stabil.
"Saya yakin akan bisa bawa Indonesia ke situasi yang lebih baik, meski tidak mudah secara global. Ada uncertainty trade yang sebabkan kekhawatiran. Saya katakan dari pemerintah kami ingin memastikan APBN kita kuat dan punay ruang untuk respons," katanya.
(wed/wed) Next Article BI Pangkas Proyeksi PDB RI, Sri Mulyani: Kami Masih 4,5-5,3%
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, mengatakan lembaga-lembaga internasional seperti Bank Dunia dan International Monetary Fund (IMF) pada akhir 2017 lalu membuat proyeksi positif akan kondisi ekonomi 2018. Menurut Sri Mulyani, perekonomian hampir semua negara di dunia akan pulih pada tahun ini.
"Awalnya kita masuki 2018 dengan optimisme yang cukup tinggi. Kita bicara 2018 memasuki tahun ini cukup optimistis. Forecast yang dilakukan oleh institusi internasional seperti Bank Dunia, IMF, 2018 itu relatif semua negara akan recovery. Jadi ini broadbase recovery. Economies growth dunia diperkirakan mencapai 4%," tutur Sri Mulyani semalam di acara peringatan 10 tahun PT Adaro Energy Tbk melantai di bursa saham, Jakarta, Senin (16/7/2018).
Dari sisi moneter, bank sentral AS yaitu The Federal Reserve (The Fed) berencana melakukan normalisasi kebijakan moneternya melalui kenaikan suku bunga acuan, yang diprediksi banyak pihak akan terjadi 4 kali di tahun ini. Hingga pertengahan tahun ini, kenaikan bunga acuan sudah dua kali dilakukan The Fed.
Kemudian ketidakpastian muncul lagi dari kebijakan perdagangan Donald Trump, yang cenderung proteksionis khususnya kepada China. Kondisi perang dagang terjadi dan menimbulkan guncangan pada ekonomi dunia.
"Sisa optimisme saat ini hanya terlihat dari kenaikan harga komoditas," ujar Sri Mulyani.
"Saya masuk Indonesia di pertengahan 2016. Saya lihat semua statistik, Indonesia mengalami tren turun harga komoditas yang dramatis. Di semester I-2016 saya datang ke Indonesia at the bottom dari siklus harga komoditas. Jadi saya terpaksa lakukan langkah drastis. Saya lihat sekarang trennya sudah recovery, harga komoditi sudah recovery," papar Sri Mulyani.
Soal kebijakan moneter dunia saat ini, Sri Mulyani mengatakan muncul kondisi yang menurutnya 'new normal'. Kenaikan suku bunga acuan yang dilakukan The Fed menimbulkan rebalancing di seluruh dunia. Banyak negara yang menurut Sri Mulyani tidak siap menghadapi kondisi 'new normal' ini.
Sementara soal kebijakan perdagangan Trump, Sri Mulyani mengatakan, ketidakpastian yang muncul lebih besar lagi.
"Kalau bicara dengan para menteri di G20, itu juga tidak tahu apa yang dilakukan Trump dan pengaruhnya. Uncertainty bigger than itself, dengan policy yang di-adopt adalah impulsif tarif komoditas dari RRT dan dari negara partner dagang AS, seperti Kanada, Eropa, dan Meksiko. Ini memengaruhi harga komoditas," kata Sri Mulyani.
Lantas apa yang dilakukan pemerintah Indonesia menghadapi situasi yang tidak pasti seperti sekarang?
Sri Mulyani mengatakan, pemerintah akan menggunakan seluruh instrumen fiskal atau APBN dan non fiskal untuk memperbaiki dan membangun infrastruktur di dalam negeri. Menurutnya, infrastruktur di Indonesia masih ketinggalan dibandingkan negara lain. APBN senilai Rp 2.000 triliun lebih di tahun ini akan difokuskan kepada infrastruktur.
Kedua adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia lewat pendidikan dan kesehatan. Ketiga melakukan reformasi birokrasi. "Ini fokus pemerintah dan tentu kita tahu pemerintah terus mencoba memperbaiki tingkat hidup masyarakat," jelas Sri Mulyani.
Pengelolaan APBN, ujar Sri Mulyani, juga menjadi fokus pemerintah untuk menjaga penerimaan dan belanja negara berjalan dengan baik dan stabil.
"Saya yakin akan bisa bawa Indonesia ke situasi yang lebih baik, meski tidak mudah secara global. Ada uncertainty trade yang sebabkan kekhawatiran. Saya katakan dari pemerintah kami ingin memastikan APBN kita kuat dan punay ruang untuk respons," katanya.
(wed/wed) Next Article BI Pangkas Proyeksi PDB RI, Sri Mulyani: Kami Masih 4,5-5,3%
Most Popular