5,2 Juta Barel Minyak Tertimbun Bikin Target Lifting Meleset

Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
09 July 2018 20:29
Sebanyak 5,2 juta barel minyak masih tertimbun di tangki penyimpanan, bikin target lifting meleset
Foto: CNBC Indonesia/Rivi Satrianegara
Jakarta, CNBC Indonesia- Sebanyak 5,2 juta barel minyak ternyata masih tertimbun berada dalam tangki penyimpanan.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Djoko Siswanto mengatakan minyak yang belum diangkut dari tangki ini yang menyebabkan target lifting minyak belum tercapai. "Di depot masih ada 5,2 juta barel.  Nanti akan kami lifting, jadi lifting naik," kata Djoko kepada media ketika dijumpai di Gedung DPR, Jakarta, Senin (9/7/2018).



Lebih lanjut, Djoko menuturkan, ada beberapa faktor yang menyebabkan stok minyak tersebut belum diangkut sepenuhnya yakni serapan dalam negeri yang belum optimal, ditambah masalah jadwal kapal yang mengangkut.

APBN 2018 menargetkan lifting migas tahun ini mencapai 2 juta barel setara minyak (BOEPD). Namun, realisasi sampai Juni baru bisa mencapai 1,923 juta BOEPD atau 96% dari target. 

Sementara itu, rata-rata lifting minyak semester I-2018 mencapai 771 ribu barel per hari, masih jauh dari target 800 ribu barel per hari, sedangkan lifting gas dari target 1,2 juta BOEPD hanya bisa mencapai 1,15 BOEPD

Menurut Djoko, serapan yang belum optimal salah satunya disebabkan penggunaan gas yang disesuaikan dengan kondisi, salah satunya adalah kebutuhan PT PLN (Persero) yang merupakan konsumen mayoritas gas domestik. "Apalagi PLN kan lagi galakkan Energi Baru Terbarukan, ini jadi mengurangi konsumsi gas," tambah Djoko.

Selain itu, PLN menggunakan gas sesuai dengan kondisi tertentu. Pembangkit berbahan gas hanya dipakai saat beban puncak yakni jam 17.00 hingga 23.00. Sementara di siang hari PLN lebih banyak menggunakan batu bara. Alhasil, bahan bakar gas tidak selalu menjadi andalan pada pembangkit listrik PLN.

"Kami kan dalam melaksanakan dan menjalankan energi ini, dipilah, ada yang kami geser, listriknya kami pindahkan dari yang mahal ke murah, lalu kami matikan yang mahal. Itu wajar saja," tutur Direktur Utama PLN Sofyan Basir ketika dijumpai di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Senin (9/7/2018).

"Misalnya begini, sekarang kan BBM naik, gas juga naik, kami cari alternatif yang lebih murah, karena jalur transmisi sudah terhubung, jadi kami bisa geser, mana yang mahal, misalnya gas kami kurangi, terus dipasok dari PLTU. Begitu cara mainnya," kata Sofyan.
(gus/gus) Next Article Lifting Minyak & Gas RI 2022 Anjlok, Ini Penjelasan SKK Migas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular