Ekonom: Pemerintah Tak Bisa Batasi Impor Bahan Baku

Samuel Pablo, CNBC Indonesia
09 July 2018 14:20
Pemerintah membentuk tim khusus yang fokus pada pengendalian kegiatan impor dan ekspor.
Foto: CNBC Indonesia/Arys Aditya
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah mulai mengidentifikasi sektor-sektor yang angka impornya dapat dikendalikan. Hal ini dilakukan sebagai upaya menekan defisit neraca perdagangan.

Sejalan dengan itu, pemerintah juga mengidentifikasi sektor yang dapat mendorong kegiatan ekspor. Bahkan, pemerintah akan membentuk tim khusus yang fokus pada pengendalian kegiatan impor dan ekspor.

Ekonom Samuel Asset Management, Lana Soelistianingsih, mengatakan pemerintah tidak bisa serta-merta meminta industri untuk mengurangi impor, terutama impor bahan baku yang diperlukan untuk menjaga roda produksi agar terus berjalan.

"Impor itu pada dasarnya dilakukan pelaku usaha. Pemerintah tidak bisa begitu saja mengurangi, misalnya pabrik obat, itu kan mayoritas bahan bakunya masih impor," kata Lana kepada CNBC Indonesia, Senin (9/7/2018).

Menurutnya, pelaku usaha yang mengimpor bahan baku tidak bisa ditahan, kecuali pemerintah memberlakukan kebijakan proteksi dengan mengenakan tarif atau kuota.


"Itupun kalau kita proteksi, kemungkinan dampak balasannya bisa lebih besar ke kita karena industri kita masih banyak yang tergantung impor untuk bahan baku," terang Lana.

Lana menambahkan, kebijakan paling efektif yang dapat dilakukan pemerintah untuk mengurangi defisit neraca perdagangan dalam jangka pendek adalah dengan mengurangi impor barang pengadaan pemerintah. Namun, hal ini butuh keberanian politik karena dampaknya mungkin akan mendorong harga barang-barang tersebut naik.

"Yang paling feasible kurangi impor pemerintah, public procurement, barang-barang yang kebutuhannya seasonal, seperti BBM, beras, dan daging. Impor BBM untuk bulan Mei data BPS yoy naik hampir 50% untuk persiapan mudik karena antisipasi banyak pemudik gunakan mobil. Lalu daging untuk persiapan Lebaran. Ini harusnya bisa di-adjust sekarang," jelasnya.

Untuk jangka panjang, Lana menekankan pentingnya mengoptimalkan industri substitusi impor, terutama untuk bahan baku dan bahan menengah, seperti komponen-komponen bagi industri elektronik dan otomotif yang kini masih banyak diimpor.

"Kita juga sering industrinya di sini hanya merakit, tapi komponennya impor dari luar, contohnya untuk elektronik, gadget, otomotif juga. Nah ini butuh pabrik komponen juga dibangun di sini, meskipun ini lebih ke jangka panjang," pungkasnya.
(ray/ray) Next Article Live Now! BPS Laporkan Angka Ekspor-Impor di Maret 2020

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular