Internasional
Perang Dagang AS-China Bisa Rugikan Negara-negara Asia
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
06 July 2018 13:40

Banyak negara Asia mengekspor 'barang setengah jadi' ke China, yang kemudian merakit potongan-potongan itu menjadi produk jadi untuk dikirim ke negara yang menjadi tujuan akhir seperti AS, kata Gareth Leather, ekonom senior Asia di Capital Economics.
Contoh 'barang setengah jadi' termasuk chip semikonduktor dan layar. Komponen-komponen tersebut biasanya diproduksi di lokasi berbeda di Asia sebelum dikirim ke China untuk dirakit menjadi produk, seperti telepon seluler dan komputer.
Putaran pertama tarif yang diterapkan pada hari Jumat tidak menargetkan "barang yang umumnya dibeli oleh konsumen Amerika seperti telepon seluler atau televisi," menurut Kantor Perwakilan Perdagangan AS. Tetapi jika tarif tersebut dan tarif berikutnya mengakibatkan penurunan ekspor China ke AS, akan ada efek yang buruk bagi negara-negara lain di Asia, tulis analis J.P. Morgan dalam sebuah catatan.
"Berdasarkan sifatnya, produk tersebut sangat bergantung pada rantai pasokan yang terintegrasi secara ketat. Untuk itu, hal ini akan menyebarkan setiap kejutan perdagangan ke kawasan itu," kata analis JPMorgan.
Ancaman tersebut hadir pada saat pasar negara berkembang, termasuk pasar di Asia, telah ditekan lebih dulu oleh arus modal keluar dan pelemahan mata uang mereka dalam prosesnya.
Pada akhir hari Kamis, dolar Taiwan turun sekitar 2,9% sejak awal tahun menjadi 30,524 per dolar AS, sementara won Korea melemah 4,9% menjadi 1.118,33 per dolar AS pada periode yang sama.
Di Asia Tenggara, mata uang Singapura turun 2% year-to-date pada hari Kamis ke 1,3645 per dolar AS, sementara ringgit Malaysia turun lebih rendah 0,07% menjadi 4,041 per dolar AS selama periode yang sama.
Tetapi sampai semua barang yang ditargetkan diketahui, sulit untuk mengukur dampak yang sebenarnya yang dapat diterima oleh ekonomi Asia, kata para ahli. Bahkan, kerusakan juga bisa lebih kecil dari yang diperkirakan karena China adalah pemasok dominan banyak barang yang dijualnya ke AS, kata Leather.
"Konsumen AS akan berjuang untuk menemukan pengganti yang cukup untuk mengganti barang-barang yang saat ini mereka beli dari China, setidaknya dalam jangka pendek. Terlebih lagi, negara-negara lain dapat melangkah menggantikannya, eksportir Asia sejatinya memiliki peluang untuk mendapatkan keuntungan dari setiap pergeseran permintaan AS," katanya.
"Sampai kita tahu persis barang mana yang menjadi target, tidak mungkin menghitung dampaknya di seluruh Asia," tambahnya.
Hari Kamis (5/7/2018), Ketua Tim Ahli Wakil Presiden Sofjan Wanandi mengungkapkan Trump akan mencabut sejumlah perlakukan khusus yang saat ini diberikan ke Indonesia.
"Trump sudah kasih warning ke kita karena kita surplus, beberapa special treatment yang dia beri ke kita mau dia cabut, terutama untuk tekstil," katanya.
Sepanjang 2017, Indonesia menikmati surplus US$9,59 miliar atau sekitar Rp 134 triliun (kurs Rp 14.000).
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Bidang Hubungan Internasional, Shinta Kamdani, mengatakan AS tengah mengevaluasi produk-produk Indonesia yang mendapat kemudahan di negara tersebut.
"GSP [generalized system of preference] kita sedang di-review dan ada sekitar 124 produk dan sektor yang saat ini sedang dalam review, termasuk di dalamnya kayu plywood, cotton, macam-macam."
Simak fakta dan data perang dagang AS-China di sini: Rangkaian Kejadian Penyebab Perang Dagang AS-China (prm)
Contoh 'barang setengah jadi' termasuk chip semikonduktor dan layar. Komponen-komponen tersebut biasanya diproduksi di lokasi berbeda di Asia sebelum dikirim ke China untuk dirakit menjadi produk, seperti telepon seluler dan komputer.
Putaran pertama tarif yang diterapkan pada hari Jumat tidak menargetkan "barang yang umumnya dibeli oleh konsumen Amerika seperti telepon seluler atau televisi," menurut Kantor Perwakilan Perdagangan AS. Tetapi jika tarif tersebut dan tarif berikutnya mengakibatkan penurunan ekspor China ke AS, akan ada efek yang buruk bagi negara-negara lain di Asia, tulis analis J.P. Morgan dalam sebuah catatan.
Ancaman tersebut hadir pada saat pasar negara berkembang, termasuk pasar di Asia, telah ditekan lebih dulu oleh arus modal keluar dan pelemahan mata uang mereka dalam prosesnya.
Pada akhir hari Kamis, dolar Taiwan turun sekitar 2,9% sejak awal tahun menjadi 30,524 per dolar AS, sementara won Korea melemah 4,9% menjadi 1.118,33 per dolar AS pada periode yang sama.
Di Asia Tenggara, mata uang Singapura turun 2% year-to-date pada hari Kamis ke 1,3645 per dolar AS, sementara ringgit Malaysia turun lebih rendah 0,07% menjadi 4,041 per dolar AS selama periode yang sama.
Tetapi sampai semua barang yang ditargetkan diketahui, sulit untuk mengukur dampak yang sebenarnya yang dapat diterima oleh ekonomi Asia, kata para ahli. Bahkan, kerusakan juga bisa lebih kecil dari yang diperkirakan karena China adalah pemasok dominan banyak barang yang dijualnya ke AS, kata Leather.
"Konsumen AS akan berjuang untuk menemukan pengganti yang cukup untuk mengganti barang-barang yang saat ini mereka beli dari China, setidaknya dalam jangka pendek. Terlebih lagi, negara-negara lain dapat melangkah menggantikannya, eksportir Asia sejatinya memiliki peluang untuk mendapatkan keuntungan dari setiap pergeseran permintaan AS," katanya.
"Sampai kita tahu persis barang mana yang menjadi target, tidak mungkin menghitung dampaknya di seluruh Asia," tambahnya.
Hari Kamis (5/7/2018), Ketua Tim Ahli Wakil Presiden Sofjan Wanandi mengungkapkan Trump akan mencabut sejumlah perlakukan khusus yang saat ini diberikan ke Indonesia.
"Trump sudah kasih warning ke kita karena kita surplus, beberapa special treatment yang dia beri ke kita mau dia cabut, terutama untuk tekstil," katanya.
Sepanjang 2017, Indonesia menikmati surplus US$9,59 miliar atau sekitar Rp 134 triliun (kurs Rp 14.000).
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Bidang Hubungan Internasional, Shinta Kamdani, mengatakan AS tengah mengevaluasi produk-produk Indonesia yang mendapat kemudahan di negara tersebut.
"GSP [generalized system of preference] kita sedang di-review dan ada sekitar 124 produk dan sektor yang saat ini sedang dalam review, termasuk di dalamnya kayu plywood, cotton, macam-macam."
Simak fakta dan data perang dagang AS-China di sini: Rangkaian Kejadian Penyebab Perang Dagang AS-China (prm)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular