Ancaman Perang Dagang Trump Akhirnya Tiba Juga di RI

Raydion Subiantoro, CNBC Indonesia
06 July 2018 07:58
Indonesia harus bisa mengambil langkah bijak namun tidak seperti bertekuk lutut di depan negara lain.
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia - Nama Indonesia muncul di tengah hiruk pikuk perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China yang akan memasuki babak baru hari Jumat (6/7/2018) ini.

Presiden AS Donald Trump mengancam akan melakukan perang dagang juga dengan Indonesia. Sofjan Wanandi, Ketua Tim Ahli Wakil Presiden, yang mengungkapkan hal itu.

Ia mengatakan Trump sudah memberi peringatan karena Indonesia menikmati surplus perdagangan dengan Negeri Paman Sam. Nilai surplus itu memang cukup besar di mana sepanjang 2017 mencapai US$9,59 miliar (Rp 138,7 triliun).

President of The United State (POTUS) rupanya tidak senang dan meminta adanya evaluasi, mencari tahu kenapa Indonesia bisa mencetak surplus sebegitu besar.

Akhirnya, evaluasi pun dimulai. Sekitar 124 produk produk asal Indonesia tengah dievaluasi apakah pantas mendapatkan fasilitas generalized system of preference (GSP), atau tidak.

GSP sendiri adalah semacam sistem seperti pembebasan bea masuk yang diberikan AS ke produk impor. Maka, apabila GSP itu dihapus, produk Indonesia akan menjadi lebih mahal sehingga menurunkan permintaan.



Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Bidang Hubungan Internasional Shinta Kamdani mengatakan proses evaluasi sudah berjalan dan akan memasuki tahapan selanjutnya.

"Nanti kita asosiasi, importir dari sana, juga dipanggil. Ada panel pendukung dan panel oposisi. Juli ini ada review kedua, [tanggal] 19 kalau enggak salah," kata Shinta hari Kamis (5/7/2018).

Indonesia bukannya hanya berdiam diri melihat aksi Trump ini.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan dirinya, dan juga Duta Besar RI untuk AS, sudah melakukan lobi-lobi terkait masalah ini.

Dia mengatakan lebih senang jika perang dagang tidak terjadi, tetapi jika memang diperlukan maka Indonesia bisa melawan dengan melakukan retaliasi atau tindakan balasan ke AS.

Evaluasi terhadap produk-produk Indonesia ini bisa dibilang sebagai salah satu contoh dari keseriusan Trump mengembalikan lagi kejayaan AS di sektor perdagangan. Dan, dia tidak main-main dengan itu, salah satu contohnya adalah ketika Trump menaikkan tarif impor bagi baja dan aluminium.

Dampak tarif impor baja dan aluminium ini sangat luas, merugikan banyak negara di antaranya China, Jepang, Turki, Rusia, India, dan Uni Eropa.

Yang jelas, Indonesia harus bisa mengambil langkah bijak namun tidak seperti bertekuk lutut di depan negara lain. Keahlian diplomasi RI kini benar-benar diuji.



(ray/prm) Next Article Trump Ancam Perang Dagang dengan RI, Mendag: Kita Bisa Lawan

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular