
Jreng! Pemilu Sela AS Bawa Kejutan, Partai Trump Mau Menang

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemilu sela di Amerika Serikat (AS) tengah berlangsung sejak Selasa waktu setempat. Namun dari hasil perhitungan cepat, nampaknya partai oposisi Republik, lebih unggul dibanding Demokrat.
Perlu diketahui, pemilu sela AS merupakan pemungutan suara untuk menentukan anggota Kongres AS. Terdiri atas House of Representatives (HOR) atau DPR dan Senat.
Pemilu sela ini biasanya digelar setiap dua tahun dan jatuh tempo di tengah masa jabatan penuh Presiden AS selama empat tahun. Dalam bahasa Inggris, ini dikenal sebagai 'midterm election'.
Dalam aturannya, Kongres AS menentukan undang-undang (UU) yang berlaku secara nasional. DPR AS memutuskan UU mana yang divoting sementara Senat bisa memblokir atau menyetujui UU itu.
Senat juga bisa mengonfirmasi penunjukan yang dilakukan Presiden AS. Termasuk melakukan penyelidikan terhadapnya, yang tergolong sangat langka dilakukan.
Mengutip update CNBC International, di DPR, Republik kini sudah menguasai 222 suara, sementara Demokrat 213. Partai Trump itu juga sama-sama kuat dengan Demokrat, yang merupakan asal Presiden AS saat ini Joe Biden, masing-masing 48 suara.
Meski demikian dalam pernyataan terbarunya, Presiden Joe Biden menegaskan kendali pada Kongres AS belum bisa dipastikan. Ia pun meyakini "gelombang merah", identik dengan warna partai Republik, tak akan terjadi.
"Kami mengadakan pemilihan kemarin," kata Biden, Rabu waktu setempat, dikutip dari CNN International, Kamis (10/11/2022).
"Dan itu adalah hari yang baik, saya pikir, untuk demokrasi," tambahnya.
"Demokrasi kita telah diuji dalam beberapa tahun terakhir, tetapi dengan suara mereka, rakyat Amerika telah berbicara dan membuktikan sekali lagi bahwa demokrasi adalah siapa kita," lanjutnya.
Mengutip AFP, sebenarnya keuntungan Partai Republik di Kongres akan membuat sakit kepala Biden. Apalagi, soal bantuan ke Ukraina dan krisis iklim.
Jika Republik menguasai setidaknya satu kamar di Kongres, analis percaya mereka tampaknya akan menggalang dengar pendapat lebih cepat, guna menghambat kebijakan luar negeri Biden. Republik juga bisa menyerangnya dengan penaria tentara AS di Afghanistan yang "kacau" hingga menyelidiki asal-usul Covid-19 dan sejumlah skandal putra Biden, Hunter.
"Mereka tidak akan memiliki suara untuk mengesampingkan veto presiden. Mereka tidak akan memiliki kekuatan untuk memajukan agenda afirmatif," kata Brian Finucane, mantan pejabat senior Departemen Luar Negeri yang sekarang di International Crisis Group.
"Namun mereka dapat menggunakan kekuasaan adalah untuk memblokir inisiatif oleh pemerintah atau untuk melakukan pengawasan," tambahnya.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Hasil Terbaru Pemilu Sela AS, Partai Trump Batal Menang Senat