Jokowi Sebut Ekonomi Sedang Sulit, Benarkah?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
05 July 2018 14:29
Gonjang-ganjing Karena Perang Dagang
Foto: Muhammad Sabki
Sampai awal tahun, semua masih lancar jaya. Pasar saham terus berhenti menanjak, imbal hasil (yield) obligasi turun, mata uang terapresiasi. Semua senang. 

Namun pelaku pasar mulai memperhatikan ada yang tidak beres saat 22 Januari 2018, Trump mengenakan bea masuk untuk impor mesin cuci dan panel surya. Dari sinilah pasar mulai mempopulerkan istilah perang dagang. 

Mungkin pelaku pasar sempat lupa bahwa Trump memegang teguh prinsip America First. Artinya keuntungan buat AS adalah segalanya, yang lain mungkin saja masa bodoh. Interpretasi dari prinsip ini adalah kebijakan proteksionis demi melindungi industri dalam negeri AS. 

Kebanyakan serangan AS ditujukan kepada China. Trump menilai selama ini China sudah menikmati surplus perdagangan yang besar dari AS. Oleh karena itu, China harus diberi 'pelajaran'. 

Namun belakangan target Trump bukan hanya China, bahkan negara-negara sekutu AS pun diserangnya. Kanada, Meksiko, sampai Uni Eropa sudah merasakan dampaknya. Trump mengenakan bea masuk 25% untuk baja yang berasal dari negara-negara tersebut. 

Namanya perang ya harus saling melawan. Diserang oleh AS, negara-negara yang menjadi korban pun tak tinggal diam. Mereka balas mengenakan bea masuk kepada produk-produk AS. Perang dagang sudah terjadi dalam skala global.  

Perang dagang menyebabkan prospek perdagangan dan pertumbuhan ekonomi dunia di ujung tanduk. Perlahan tapi pasti, optimisme pelaku pasar mulai turun. Ternyata 2018 tak seindah perkiraan. 

(aji/wed)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular