Internasional

Perang Dagang Memanas, AS Diberondong Serangan Balasan

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
02 July 2018 13:29
Serangan bertubi-tubi
Foto: REUTERS/Andres Stapff
Sekitar 95% produk di daftar target Beijing berasal dari sektor pertanian atau makanan, termasuk kedelai, salah satu ekspor paling penting dalam ekonomi pertanian AS.

Para petani telah bersiap menerima konsekuensi tarif kedelai karena dapat menghambat pasar ekspor yang menguntungkan, mengurangi keuntungan, dan memiliki beragam efek di seluruh ekonomi pedesaan. AS bisa mengalami kerugian ekonomi sebesar US$3 miliar dari tarif kedelai, menurut perkiraan Universitas Purdue.

Menurut American Soybean Association, China membeli sekitar setengah dari ekspor kedelai AS, atau sekitar US$14 miliar setiap tahun, dan kira-kira satu dari tiga baris kedelai yang ditanam petani AS dikirim ke China.

"China benar-benar mengancam kita, Anda mungkin berkata, karena pertanian biasanya dan yang pertama dan yang paling mudah untuk dikenai (tarif) dan untuk mendapatkan perhatian semua orang, jadi mereka yakin melakukan itu," kata petani kedelai Richard Guebert Jr., Presiden Biro Pertanian Illinois.

Penerapan tarif China adalah tanggapan atas pengumuman Gedung Putih pada 15 Juni untuk menerapkan tarif 25% atas barang-barang China, yang sebagian besar dikenakan terhadap barang-barang industri kedirgantaraan, robotika, dan permesinan. Sebagian besar dari tarif tersebut atau sekitar US$34 miliar impor dari China, akan berlaku mulai tanggal 6 Juli.

Selain kedelai, tarif baru China dikenakan pada daging babi, gandum, beras, dan produk susu, serta berbagai produk buah dan sayuran. Satu dari empat babi di AS dijual ke luar negeri, dan China adalah konsumen besar babi dunia.

"Kami merasa seperti ditendang di tulang kering dan di siku, semua pada saat yang sama," kata Joe Steinkamp, yang menanam kedelai dan jagung di Indiana selatan. "Petani membutuhkan pasar ekspor, dan jika kita tidak memilikinya maka mereka akan menderita dan masyarakat pedesaan akan menderita."

China daratan dan Hong Kong, bersama-sama adalah salah satu pasar ekspor teratas untuk babi AS berdasarkan nilainya, yang mencapai sekitar US$1,1 miliar, menurut Yayasan Daging AS. Tahun lalu, China adalah pasar terbesar kedua untuk penjualan daging babi Amerika, setelah Meksiko.

Para ahli mengatakan dengan menerapkan tarif yang bersifat menghukum pada ekspor pertanian AS yang bernilai tinggi seperti kedelai dan babi, China bermaksud mengirim pesan kepada Presiden Donald Trump karena kedua produk pertanian itu terutama berasal dari negara bagian Midwestern yang membantunya memenangkan pemilu 2016.

"Mereka jelas dirancang untuk menyerang kembali Amerika tepat di jantung, dan menaikkan biaya ekspor pertanian ke China akan mengurangi konsumsi di China dan memaksa mereka untuk mencari alternatif," kata Robert Holleyman, mantan pejabat perdagangan senior selama pemerintahan Obama dan sekarang menjabat sebagai presiden di C&M International, sebuah perusahaan konsultan Washington.

Dalam kasus babi, pembalasan itu sangat menyakitkan bagi para petani Amerika, dan menunjukkan betapa brutalnya pergumulan perdagangan antara Beijing dan Washington. Industri daging babi masih belum stabil akibat 25% tarif yang diberlakukan China pada 2 April lalu.

"Produk-produk babi ke China bisa segera terdampak," kata David Salmonsen, direktur senior hubungan-hubungan pemerintah di American Farm Bureau Federation, organisasi pertanian terbesar di negara itu. "Kami akan melihat berapa banyak tetapi mereka akan memberikan tarif yang cukup tinggi untuk masuk ke pasar itu."

Tarif tambahan China juga berlaku untuk berbagai produk makanan laut, termasuk salmon, tuna, sirip ikan hiu, kepiting, udang, dan lobster. AS mengekspor lebih dari US$1,3 miliar makanan laut ke China pada tahun 2017, di mana Maine lobster saja mencapai lebih dari US$90 juta dari jumlah itu tahun lalu. (prm)
Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular