
Bisnis Mercedes-Benz Terpukul Melemahnya Rupiah
Samuel Pablo, CNBC Indonesia
29 June 2018 16:56

Jakarta, CNBC Indonesia - Mercedes-Benz Indonesia terpukul kondisi melemahnya rupiah terhadap dolar AS ditambah dengan ancaman kenaikan suku bunga kredit kendaraan bermotor.
Deputy Director Sales Operation & Product Management Mercedes-Benz Indonesia Kariyanto Hardjosoemarto mengatakan penguatan dolar AS akan turut serta mempengaruhi nilai tukar Rupiah terhadap Euro yang akhirnya berdampak negatif terhadap biaya produksi Mercedes-Benz.
"Kenaikan USD biasanya akan mempengaruhi nilai tukar rupiah terhadap euro dimana hal itu akan berpengaruh kepada ongkos produksi dikarenakan kendaraan kami sebagian diimpor secara utuh. Untuk perakitan disini, komponen-komponennya juga masih diimpor," ujar Kariyanto kepada CNBC Indonesia, Jumat (29/6/2018).
Namun demikian, Kariyanto menjelaskan bahwa pengaruhnya lebih terasa dari sisi penjualan karena banyak konsumen Mercedes-Benz adalah pelaku usaha.
"Jika usaha mereka mengalami perlambatan akibat nilai tukar rupiah maka biasanya mereka akan melakukan penundaan pembelian kendaraan," tegasnya.
Seperti diketahui, pagi tadi dolar AS sempat mencapai level tertingginya sejak Oktober 2015 yakni Rp 14.410/US$.
Kariyanto juga mengomentari kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) sebesar 50 bps ke level 5,25%. Menurutnya, kebijakan itu biasanya akan berpengaruh pada tingkat suku bunga kredit kendaraan bermotor yang akan dikenakan oleh perusahaan leasing/financing untuk pembelian kendaraan secara kredit.
"Suku bunga yang lebih tinggi tentu akan membuat cicilan per bulan lebih besar. Hal itu kadang membuat calon membeli memperhitungkan kembali keputusannya atau bahkan menunda pembelian," jelasnya.
(ray) Next Article Perang Ukraina Bikin Kacau, Harga Mobil Baru Bisa 'Lompat'
Deputy Director Sales Operation & Product Management Mercedes-Benz Indonesia Kariyanto Hardjosoemarto mengatakan penguatan dolar AS akan turut serta mempengaruhi nilai tukar Rupiah terhadap Euro yang akhirnya berdampak negatif terhadap biaya produksi Mercedes-Benz.
"Kenaikan USD biasanya akan mempengaruhi nilai tukar rupiah terhadap euro dimana hal itu akan berpengaruh kepada ongkos produksi dikarenakan kendaraan kami sebagian diimpor secara utuh. Untuk perakitan disini, komponen-komponennya juga masih diimpor," ujar Kariyanto kepada CNBC Indonesia, Jumat (29/6/2018).
"Jika usaha mereka mengalami perlambatan akibat nilai tukar rupiah maka biasanya mereka akan melakukan penundaan pembelian kendaraan," tegasnya.
Kariyanto juga mengomentari kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) sebesar 50 bps ke level 5,25%. Menurutnya, kebijakan itu biasanya akan berpengaruh pada tingkat suku bunga kredit kendaraan bermotor yang akan dikenakan oleh perusahaan leasing/financing untuk pembelian kendaraan secara kredit.
"Suku bunga yang lebih tinggi tentu akan membuat cicilan per bulan lebih besar. Hal itu kadang membuat calon membeli memperhitungkan kembali keputusannya atau bahkan menunda pembelian," jelasnya.
(ray) Next Article Perang Ukraina Bikin Kacau, Harga Mobil Baru Bisa 'Lompat'
Most Popular