Penggerak Ekonomi dan Sepakbola Panama: Imigran

Kehadiran Panama di Rusia 2018 cukup mengejutkan. Berada di kualifikasi Zona CONCACAF, Panama berhasil duduk di peringkat ketiga dan lolos langsung ke Rusia. Bahkan Panama mampu mengangkangi Amerika Serikat (AS), tim yang lebih berpengalaman dan calon tuan rumah Piala Dunia 2026.
Tidak ada yang menyangka Panama bisa hadir di Rusia tahun ini. Bahkan di Piala Emas CONCACAF pun negara ini minim prestasi. Capaian terbaik Panama adalah menjadi runners-up pada 2005 dan 2015. AS jauh lebih dominan dengan koleksi enam gelar juara.
Namun dalam diam, sepakbola menggeliat di Panama. Walau pamornya masih kalah jauh dari bisbol, yang merupakan olahraga favorit di negara tersebut, tetapi sepakbola terus berkembang.
Sejak 2005, Panama tidak pernah gagal lolos dari fase grup di Piala Emas. Peringkat Panama di Federasi Sepakbola Dunia (FIFA) pun menanjak.
Saat ini Panama berada di peringkat 55 dunia. Posisi terendah Panama adalah di peringkat 140, itu pun terjadi pada 1994. Peringkat terbaik Panama adalah posisi 38 pada 2013.
Indonesia? Jangan ditanya. 164.
![]() |
Kebangkitan sepakbola Panama berbanding lurus dengan perekonomiannya. Peringkat Panama di FIFA yang stabil juga bisa mencerminkan roda ekonomi negara ini.
Bank Dunia mencatat pertumbuhan ekonomi Panama pada periode 2001-2013 rata-rata adalah 7,2% per tahun. Lebih dari dua kali lipat rata-rata pertumbuhan ekonomi kawasan Amerika Tengah-Selatan dalam periode yang sama.
![]() |
Menariknya, yang mendorong perekonomian Panama mirip dengan yang terjadi sepakbola. Menurut Ricardo Hausmann, Guru Besar Ekonomi Harvard, motor penggerak ekonomi Panama adalah imigran.
“Apa yang terjadi di Panama adalah contoh sukses. Terkadang, Anda memang harus mengimpor talenta-talenta berbakat,” kata Hausmann, dikutip dari World Economic Forum.
Di negara-negara Amerika Tengah-Selatan, lanjut Hausmann, ada kecenderungan imigran kurang mendapat tempat. Misalnya di Meksiko, populasi imigran hanya 0,4%. Sementara di Kolombia, hanya ada seorang imigran dari 400 penduduk.
“Gairah ekonomi di Panama menyebabkan gelombang imigrasi. Jika Anda ingin membangun, maka Anda harus menyerap berbagai keahlian dari berbagai negara,” tutur Hausmann.
Menurut data Bank Dunia, saat ini jumlah imigran di Panama adalah 4,7% dari total populasi. Ini lebih tinggi ketimbang rata-rata global, yaitu 3,3%.
Hal serupa juga berlaku di sepakbola. Sejumlah bakat Panama mengadu nasib di luar negeri dan menularkan ilmunya. Para ‘imigran’ ini lah yang kemudian menjadi tulang punggung tim nasional.
Kita sudah membahas Torres yang saat ini bermain di Chile. Selain Torres ada pula Jaime Buchado yang mencari nafkah di Dinamo Bucharest (Rumania), Michael Murillo dan Fidel Escobar di New York Red Bulls (AS), Harold Cummings di San Jose Eartquakes (AS), Roman Torres di Seattle Sounders (AS), Eric Davis di DAC Dunajska Streda (Slovakia), sampai Ismael Diaz di Deportivo La Coruna (Spanyol).
Panama berhasil sukses berkat jasa para imigran, baik yang betulan maupun warga Panama yang mengadu nasib di luar negeri. Jasa mereka sangat besar dalam membuat ekonomi dan sepakbola Panama bergerak maju.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Sepakbola Belum Populer di Negara Tuan Rumah Piala Dunia 2026
