PIALA DUNIA 2018
Merekrut Bintang Piala Dunia, Investasi Untung atau Buntung?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
13 June 2018 14:35

Namun, tidak semua cerita seperti Diouf. Banyak pula kisah sukses pemain yang direkrut karena penampilan yang impresif di Piala Dunia, dan berhasil meneruskannya di klub baru.
Contoh paling nyata adalah Mesut Oezil. Di Afrika Selatan 2010, awalnya Oezil dipandang sebelah mata. Namun, performa Oezil ternyata eksepsional dan berhasil mengantar Jerman ke semifinal sebelum disingkirkan oleh sang calon juara, Spanyol. Die Manschaff kemudian berhasil meraih peringkat ketiga setelah mengalahkan Uruguay.
Berkat penampilannya, Oezil pun masuk nominasi penghargaan pemain terbaik (Golden Ball). Namun, Oezil harus merelakan gelar itu ke tangan Diego Forlan (Uruguay).
Gocekan Oezil di Piala Dunia 2010 juga membuat banyak klub kepincut. Real Madrid beruntung bisa meyakinkan Oezil untuk merapat. Dengan mahar yang relatif murah, yaitu sekitar 15 juta euro (Rp 280,41 miliar), Oezil pun pindah dari Weder Bremen (Jerman) ke ibukota Spanyol.
Di Madrid, penampilan Oezil bukannya turun tapi malah menanjak. Pada musim pertamanya, Oezil membukukan 53 penampilan dengan sumbangan 10 gol plus 25 asis. 25 asis. Oezil pun jadi raja umpan di Eropa, tidak ada pemain yang melebihi dirinya di liga-liga sepakbola Benua Biru.
Oezil bertahan empat musim di Santiago Bernabeu dengan catatan 159 penampilan dan 27 gol. Pada musim terakhirnya di Madrid, Oezil lagi-lagi menjadi raja umpan Eropa dengan raihan 29 asis.
Pada 2013, kebersamaan Oezil dengan Madrid berakhir setelah Arsenal bersedia membayar 50 juta euro (Rp 933,72 miliar) untuk membawanya ke London. Madrid menang banyak, karena uang dari penjualan Oezil meningkat 233,33% dibandingkan biaya transfernya dari Bremen. Investasi Madrid dalam diri Oezil benar-benar untung.
Berkaca dari cerita Diouf atau Oezil, pemadu bakat memang harus ekstra hati-hati. Dibutuhkan pembacaan yang komprehensif sebelum memilih pemain incaran. Gaya bermain, performa musim sebelumnya, sampai riwayat cedera harus menjadi perhatian.
Insting juga memainkan peran penting, karena pemandu bakat tentunya punya naluri tersendiri untuk mengendus bakat-bakat baru. Walau terkadang insting bisa salah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/prm)
Contoh paling nyata adalah Mesut Oezil. Di Afrika Selatan 2010, awalnya Oezil dipandang sebelah mata. Namun, performa Oezil ternyata eksepsional dan berhasil mengantar Jerman ke semifinal sebelum disingkirkan oleh sang calon juara, Spanyol. Die Manschaff kemudian berhasil meraih peringkat ketiga setelah mengalahkan Uruguay.
Berkat penampilannya, Oezil pun masuk nominasi penghargaan pemain terbaik (Golden Ball). Namun, Oezil harus merelakan gelar itu ke tangan Diego Forlan (Uruguay).
Di Madrid, penampilan Oezil bukannya turun tapi malah menanjak. Pada musim pertamanya, Oezil membukukan 53 penampilan dengan sumbangan 10 gol plus 25 asis. 25 asis. Oezil pun jadi raja umpan di Eropa, tidak ada pemain yang melebihi dirinya di liga-liga sepakbola Benua Biru.
Oezil bertahan empat musim di Santiago Bernabeu dengan catatan 159 penampilan dan 27 gol. Pada musim terakhirnya di Madrid, Oezil lagi-lagi menjadi raja umpan Eropa dengan raihan 29 asis.
Pada 2013, kebersamaan Oezil dengan Madrid berakhir setelah Arsenal bersedia membayar 50 juta euro (Rp 933,72 miliar) untuk membawanya ke London. Madrid menang banyak, karena uang dari penjualan Oezil meningkat 233,33% dibandingkan biaya transfernya dari Bremen. Investasi Madrid dalam diri Oezil benar-benar untung.
Berkaca dari cerita Diouf atau Oezil, pemadu bakat memang harus ekstra hati-hati. Dibutuhkan pembacaan yang komprehensif sebelum memilih pemain incaran. Gaya bermain, performa musim sebelumnya, sampai riwayat cedera harus menjadi perhatian.
Insting juga memainkan peran penting, karena pemandu bakat tentunya punya naluri tersendiri untuk mengendus bakat-bakat baru. Walau terkadang insting bisa salah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/prm)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular