Kepada Juche Korea Utara Percaya

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
12 June 2018 11:02
Kepada Juche Korea Utara Percaya
Foto: CNBC
Jakarta, CNBC Indonesia - Hari ini, Selasa (12/6/2018) Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un bertemu di Singapura. Pertemuan ini bisa menjadi titik awal reintegrasi Korut kepada dunia. 

Korut sudah cukup lama dalam 'pengasingan' setelah mendapat berbagai sanksi atas tindakan mereka mengembangkan senjata nuklir. Namun dalam pertemuan hari ini, salah satu isu yang kemungkinan dibahas adalah denuklirisasi. Artinya, Korut bisa mendapat amnesti atas berbagai embargo ekonomi. 

Meski bertahun-tahun dalam himpitan sanksi pengucilan, kinerja ekonomi Korut tidak terlalu buruk. Bahkan pada 2016, pertumbuhan ekonomi Korut bisa mencapai 3,9%. 

Apa yang membuat Korut bertahan? Untuk itu, mungkin kita perlu masuk ke ideologi dasar yang menjadi pedoman hidup rakyat di sana. 

Indonesia punya Pancasila yang menjadi dasar dalam kehidupan politik-ekonomi-sosial-budaya-pertahanan-keamanan alias Poleksosbudhankam, meminjam istilah Orde Baru. Sementara Korut punya ideologi yang disebut Juche. 

Secara awam, Juche bisa diartikan sebagai mandiri. Dalam bahasa presiden Indonesia pertama, Ir Soekarno, istilahnya Berdiri di Atas Kaki Sendiri atau Berdikari. 

Juche dirumuskan oleh Kim Il Sung, kakek dari Kim Jong Un. Kim Il Sung diberi gelar Presiden Abadi Korea Utara, sehingga jabatan orang nomor satu di negara itu kemudian berganti menjadi Pemimpin.


Juche adalah percabangan dari Marxisme-Leninisme, yang kemudian membentuk ciri khas tersendiri. Juche memegang teguh prinsip kemandirian yang diraih melalui pembangunan ekonomi ekonomi nasional untuk mencapai masyarakat sosialis.
 

Seperti halnya Pancasila, Juche pun diamalkan di setiap sendi kehidupan termasuk ekonomi. Konsep Kim Il Sung menekankan kepada perekonomian nasional yang mandiri dengan membangun industri sebagai tulang punggung, pengembangan teknologi, dan ketersediaan sumber daya dari dalam negeri. 

Di bidang industri, Korut cukup maju di sektor pertahanan. Maklum, pertahanan memang menjadi fokus anggaran negara. Tahun lalu, anggaran pertahanan Korut mencapai 22% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Sebagai gambaran, belanja pertahanan di Indonesia hanya 3,3% PDB. 

Tingginya belanja pertahanan membuat industri militer Korut berkembang. Biro Industri Mesin I memproduksi senjata api, sementara Biro Industri Mesin II memproduksi senjata artileri. Kemudian ada pula pabrik tank Ryu Kyong Su dan pabrik amunisi Tokhyon. 

Itu baru di matra darat. Di matra laut, industri militer Korut juga menggeliat. Korut memiliki setidaknya enam galangan kapal yang memproduksi kapal tempur sampai kapal selam. 


Selain industri pertahanan, otomotif di Korut juga bergerak meski levelnya masih jauh dari para tetangganya. Mengadopsi eks teknologi Uni Sovyet, Korut mengembangkan berbagai tipe mobil mulai dari penumpang, komersial, sampai alat berat. 

Kemudian, industri garmen juga berkembang di Korut. Bahkan produk garmen Korut bisa menembus pasar ekspor, terutama ke negara sekutu mereka, China. 

Mengutip data Korea Trade-Investment Promotion Agency, ekspor garmen Korut pada 2016 mencapai US$752 juta (Rp 10,5 triliun dengan kurs saat ini). Ini merupakan kedua terbesar setelah ekspor batu bara. Hampir 80% ekspor garmen ditujukan ke Negeri Tirai Bambu. 

Soal sumber daya, Korut pun punya batu bara dan mineral melimpah. Oleh karena itu, pembangunan industri memiliki modal yang kuat, yaitu pasokan bahan baku memadai. 


Meski bisa membawa rakyat Korut melalui badai sanksi, konsep Juche bukan tanpa kritik. Pihak luar menilai Juche merupakan alat legitimasi negara (dalam hal ini dinati Kim) untuk menerapkan totalitarianisme. Atas nama negara, semua dihalalkan sehingga menghambat ruang demokrasi dan kebebasan.


TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular