
Internasional
IATA: Perang Dagang Bisa Hantam Industri Penerbangan
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
04 June 2018 12:48

Sydney, CNBC Indonesia - Ketegangan perdagangan internasional yang meningkat bisa mengacaukan industri penerbangan dan perekonomian global, para eksekutif maskapai dan penerbangan global memperingatkan pada hari Minggu (3/6/2018).
Pemerintah Amerika Serikat (AS) telah memperbarui ancaman bea impor terhadap China, serta menerapkan bea impor baja dan alumunium terhadap Kanada, Meksiko, dan Uni Eropa yang merupakan sekutunya.
"Segala tindakan yang mengurangi perdagangan dan kemungkinan menyebabkan pembatasan perjalanan penumpang adalah kabar buruk," kata Alexandre de Juniac, Direktur Jenderal di Asosiasi Transportasi Udara Internasional (International Air Transport Association/ IATA) kepada Reuters di rapat tahunan IATA di Sydney. Kelompok itu mewakili sebagian besar maskapai utama di dunia.
"Kami selalu khawatir ketika mulai melihat peningkatan tekanan di perdagangan global dan perdagangan bebas," kata Doug Parker, Chief Executive American Airlines Group. Namun, dia berkata maskapainya belum melihat dampak apapun ke pendapatan, Reuters melaporkan.
Ketidakpastian bisa membatasi permintaan perjalanan bisnis yang menjadi sebuah kunci pendorong keuntungan bagi industri penerbangan, kata Gloria Guevara Manzo, Chief Executive di Dewan Perjalanan dan Pariwisata Dunia (World Travel and Tourism Council/WTTC).
"[Para pejalan bisnis] perlu memantau apa yang terjadi - apakah bisnis mereka akan terdampak, apakah mereka perlu mendiversifikasi atau pergi ke tempat lain. Perang dagang itu tidak baik," katanya.
Boeing dan Airbus selaku produsen pesawat pun setuju bahwa ketidakpastian buruk bagi bisnis dan mengatakan perdagangan bebas bantu mendorong pertumbuhan ekonomi serta menciptakan lapangan pekerjaan. Airbus mengatakan industri penerbangan ada karena orang-orang bisa bepergian dengan bebas dan pasarnya terbuka.
"Kami berada di industri di seluruh dunia," kata Eric Schulz, Chief Commercial Officer Airbus, kepada pada reporter. "Kami melihat [perang dagang] secara negatif karena memberi batasan dan kendala untuk semua orang, termasuk pelanggan kami."
Tarif tidak akan memberi dampak materi ke kinerja keuangan Boeing, kata Randy Tinseth selaku Wakil Presiden Pemasaran untuk Pesawat Komersial di perusahaan itu kepada Reuters.
"Sebagai contoh, menurut saya 90% aluminium yang kami peroleh berasal dari domestik," katanya.
Schulz dari Airbus mengatakan terlalu dini untuk mengatakan dampak keuangan langsung yang bisa terjadi di perusahaan Eropa.
Sementara itu, Guevara Manzo mengatakan WTTC mengkhawatirkan tarif karena berarti lebih sedikit uang untuk berinvestasi di infrastruktur, seperti pelabuhan, bandara, dan hotel.
"Baja untuk hotel itu seperti tepung untuk pabrik roti," katanya.
Rapat tahunan IATA tersebut mempertemukan sekitar 130 CEO dan 1.000 delegasi.
Dalam rapat yang diselenggarakan di Sydney tahun ini, kekhawatiran akan kemungkinan berakhirnya pendapatan tinggi yang tidak biasa selama tiga tahun karena kenaikan ongkos bahan bakar, upah tenaga kerja, dan infrastruktur menjadi pusat pembicaraan.
"Semakin Anda membatasi perdagangan, atau migrasi, atau perjalanan, semakin sedikit kesejahteraan yang Anda peroleh di industri ini," tambah de Juniac dari IATA.
(prm) Next Article Duh, Corona Bikin Penerbangan Dunia Berdarah-Darah Rp 1.650 T
Pemerintah Amerika Serikat (AS) telah memperbarui ancaman bea impor terhadap China, serta menerapkan bea impor baja dan alumunium terhadap Kanada, Meksiko, dan Uni Eropa yang merupakan sekutunya.
"Segala tindakan yang mengurangi perdagangan dan kemungkinan menyebabkan pembatasan perjalanan penumpang adalah kabar buruk," kata Alexandre de Juniac, Direktur Jenderal di Asosiasi Transportasi Udara Internasional (International Air Transport Association/ IATA) kepada Reuters di rapat tahunan IATA di Sydney. Kelompok itu mewakili sebagian besar maskapai utama di dunia.
Ketidakpastian bisa membatasi permintaan perjalanan bisnis yang menjadi sebuah kunci pendorong keuntungan bagi industri penerbangan, kata Gloria Guevara Manzo, Chief Executive di Dewan Perjalanan dan Pariwisata Dunia (World Travel and Tourism Council/WTTC).
"[Para pejalan bisnis] perlu memantau apa yang terjadi - apakah bisnis mereka akan terdampak, apakah mereka perlu mendiversifikasi atau pergi ke tempat lain. Perang dagang itu tidak baik," katanya.
Boeing dan Airbus selaku produsen pesawat pun setuju bahwa ketidakpastian buruk bagi bisnis dan mengatakan perdagangan bebas bantu mendorong pertumbuhan ekonomi serta menciptakan lapangan pekerjaan. Airbus mengatakan industri penerbangan ada karena orang-orang bisa bepergian dengan bebas dan pasarnya terbuka.
"Kami berada di industri di seluruh dunia," kata Eric Schulz, Chief Commercial Officer Airbus, kepada pada reporter. "Kami melihat [perang dagang] secara negatif karena memberi batasan dan kendala untuk semua orang, termasuk pelanggan kami."
Tarif tidak akan memberi dampak materi ke kinerja keuangan Boeing, kata Randy Tinseth selaku Wakil Presiden Pemasaran untuk Pesawat Komersial di perusahaan itu kepada Reuters.
"Sebagai contoh, menurut saya 90% aluminium yang kami peroleh berasal dari domestik," katanya.
Schulz dari Airbus mengatakan terlalu dini untuk mengatakan dampak keuangan langsung yang bisa terjadi di perusahaan Eropa.
Sementara itu, Guevara Manzo mengatakan WTTC mengkhawatirkan tarif karena berarti lebih sedikit uang untuk berinvestasi di infrastruktur, seperti pelabuhan, bandara, dan hotel.
"Baja untuk hotel itu seperti tepung untuk pabrik roti," katanya.
Rapat tahunan IATA tersebut mempertemukan sekitar 130 CEO dan 1.000 delegasi.
Dalam rapat yang diselenggarakan di Sydney tahun ini, kekhawatiran akan kemungkinan berakhirnya pendapatan tinggi yang tidak biasa selama tiga tahun karena kenaikan ongkos bahan bakar, upah tenaga kerja, dan infrastruktur menjadi pusat pembicaraan.
"Semakin Anda membatasi perdagangan, atau migrasi, atau perjalanan, semakin sedikit kesejahteraan yang Anda peroleh di industri ini," tambah de Juniac dari IATA.
(prm) Next Article Duh, Corona Bikin Penerbangan Dunia Berdarah-Darah Rp 1.650 T
Most Popular