
Internasional
Ongkos Avtur dan Gaji Karyawan Pukul Kinerja Maskapai Global
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
04 June 2018 10:03

Sydney, CNBC Indonesia- Maskapai global pada hari Senin (4/6/2018) menurunkan proyeksi laba industri di tahun 2018 sebesar 12% akibat kenaikan ongkos bahan bakar dan upah karyawan, serta perputaran siklus suku bunga.
Asosiasi Transportasi Udara Internasional (International Air Transport Association/IATA), yang mewakili sekitar 280 maskapai, mengatakan industri penerbangan diprediksi akan mencatatkan laba sebesar US$33,8 miliar (Rp 468,8 triliun) tahun ini, turun dari proyeksi sebelumnya yakni $38,4 miliar.
Imbal hasil penumpang yang merupakan proksi untuk tarif udara diprediksi naik 3,2% tahun ini. Kenaikan tersebut menjadi peningkatan kinerja tahunan pertama sejak tahun 2011, didorong oleh permintaan yang tumbuh karena penguatan ekonomi. Namun, hal itu dibayangi oleh meningkatnya risiko proteksionisme, kata IATA dilansir dari Reuters.
Para maskapai memperoleh $38 miliar di tahun 2017, tetapi jumlah pembandingnya terganggu oleh perhitungan-perhitungan khusus, seperti pemangkasan pajak satu kali yang meningkatkan laba tahunan.
"Keuntungan kuat masih bertahan di tahun 2018 meskipun terdapat kenaikan ongkos," kata Alexandre de Juniac, Direktur Jenderal IATA. "Fondasi keuangan industri ini kuat dengan sokongan kinerja keuangan positif selama sembilan tahun sejak 2010."
Harga minyak diprediksi menjadu $70 per barel tahun ini, naik dari $54,90 per barel tahun lalu dan prediksi sebelumnya yaitu $60 per barel, kata IATA.
Laba maskapai akan cukup untuk menutupi tingginya ongkos modal industri di tahun keempat sehingga membantu menarik investasi armada baru dan infrastruktur. Namun, IATA memperingatkan maskapai masih beroperasi di ujung tanduk jika dibandingkan dengan industri lainnya.
De Juniac mengatakan proyeksi laba sebesar $33,8 miliar tahun ini merepresentasikan 4,1% penjualan sejumlah sekitar $750 miliar.
"Empat persen bukanlah angka yang besar. Industri ini masih rentan. Kapasitas kami untuk melawan guncangan besar terbatas," katanya kepada Reuters.
(gus) Next Article Ternyata, 6 Hal Ini yang Diinginkan Penumpang Pesawat
Asosiasi Transportasi Udara Internasional (International Air Transport Association/IATA), yang mewakili sekitar 280 maskapai, mengatakan industri penerbangan diprediksi akan mencatatkan laba sebesar US$33,8 miliar (Rp 468,8 triliun) tahun ini, turun dari proyeksi sebelumnya yakni $38,4 miliar.
Para maskapai memperoleh $38 miliar di tahun 2017, tetapi jumlah pembandingnya terganggu oleh perhitungan-perhitungan khusus, seperti pemangkasan pajak satu kali yang meningkatkan laba tahunan.
"Keuntungan kuat masih bertahan di tahun 2018 meskipun terdapat kenaikan ongkos," kata Alexandre de Juniac, Direktur Jenderal IATA. "Fondasi keuangan industri ini kuat dengan sokongan kinerja keuangan positif selama sembilan tahun sejak 2010."
Harga minyak diprediksi menjadu $70 per barel tahun ini, naik dari $54,90 per barel tahun lalu dan prediksi sebelumnya yaitu $60 per barel, kata IATA.
Laba maskapai akan cukup untuk menutupi tingginya ongkos modal industri di tahun keempat sehingga membantu menarik investasi armada baru dan infrastruktur. Namun, IATA memperingatkan maskapai masih beroperasi di ujung tanduk jika dibandingkan dengan industri lainnya.
De Juniac mengatakan proyeksi laba sebesar $33,8 miliar tahun ini merepresentasikan 4,1% penjualan sejumlah sekitar $750 miliar.
"Empat persen bukanlah angka yang besar. Industri ini masih rentan. Kapasitas kami untuk melawan guncangan besar terbatas," katanya kepada Reuters.
(gus) Next Article Ternyata, 6 Hal Ini yang Diinginkan Penumpang Pesawat
Most Popular