Perusahaan-perusahaan teknologi terbesar di dunia telah mengonsolidasikan kekuatan mereka dalam beberapa tahun terakhir dan menyebabkan meroketnya keuntungan dan kapitalisasi pasar mereka.
Pabrikan ponsel pintar Apple, mesin pencarian Google, pembuat perangkat lunak Microsoft, media sosial Facebook, dan peritel online Amazon mendominasi sektor masing-masing berkat produk dan layanan unggulannya. Namun, bisa jadi aset mereka yang paling berharga dan paling mahal adalah merek yang kuat, tulis
yang dilansir hari Selasa (29/5/2018).
Merek yang kuat membantu menaikkan permintaan dan harga. Kelima merek teknologi di atas melakukannya lebih baik daripada perusahaan manapun dan merupakan lima merek paling berharga di dunia menurut perhitungan Forbes.
Kelima merek tersebut jika digabungkan nilainya mencapai US$586 miliar (Rp 8.232 triliun), naik 20% dari tahun lalu.
Apple merupakan merek paling berharga di dunia untuk tahun kedelapan berturut-turut, bernilai sebesar US$182,8 miliar atau naik 8%.
Berkat basis penggemar
hard-core-nya, hanya Apple-lah yang bisa berjaya dengan menjual ponsel mewah seharga US$999 dan terus menjual 29 juta ponselnya dalam waktu kurang dari dua bulan, seperti yang Apple lakukan pada akhir tahun 2017, menurut penelitian Canalys.
Dilansir dari
Forbes, hampir seperempat dari penjualan tersebut adalah di China, yang mengisyaratkan jangkauan global Apple. Namun, ada perkiraan suram untuk penjualannya di China menjelang pengumuman pendapatannya bulan ini. Apple mengumumkan pertumbuhan pendapatan 21% untuk kuartal di negara yang paling padat penduduknya di dunia tersebut.
Samsung Electronics sebenarnya menjual lebih banyak ponsel daripada Apple selama kuartal keempat 2017, tetapi perusahaan Wall Street, Canaccord Genuity, memperkirakan Apple meraih 87% dari keuntungan industri ponsel cerdas, berkat peluncuran iPhone X yang mahal ke jajaran ponselnya.
Kesenjangan laba tercermin dalam nilai merek mereka, dengan merek Apple senilai empat kali lipat Samsung (US$47,6 miliar dan peringkat ketujuh secara keseluruhan).
Google menempati peringkat kedua secara keseluruhan di antara merek teratas untuk tahun ketiga berturut-turut, dengan nilai mencapai US$132,1 miliar, naik 30%. Apple memiliki 38% keunggulan pada merek pencarian dalam hal nilai, tetapi Google telah menutup kesenjangan dalam beberapa tahun terakhir, sebab perbedaan di antara keduanya mencapai 121% tiga tahun lalu.
Perusahaan induk Google, Alphabet, berkecimpung di sektor lain, yaitu teknologi rumah pintar, mobil
self-driving, penelitian penuaan, dan banyak lagi. Tetapi hampir semuanya merugi. Bisnis mesin pencariannyalah yang menutupi kerugian tersebut, dengan margin laba operasi sebesar 26% tahun lalu.
Google adalah istilah yang paling umum untuk pencarian meskipun ada beberapa saingan yang tak kalah baiknya, seperti Yahoo, Baidu, dan Microsoft Bing untuk memotong pangsa pasar global 80% Google. Google dengan huruf "g" muncul di Kamus Oxford sebagai istilah untuk pencarian di Internet.
Merek-merek teknologi lainnya yang melengkapi kelima merek paling berharga semuanya memiliki keuntungan besar, termasuk Microsoft (US$104,8 miliar, naik 21%), Facebook (US$94,8 miliar, naik 29%) dan Amazon (US$70,9 miliar, naik 31%). Amazon menyalip Coca-Cola adalah satu-satunya perubahan dalam lima besar tahun ini.
Nilai merek Coca-Cola naik tipis 2% menjadi US$57,3 miliar, dan itu adalah satu-satunya merek non-teknologi di tujuh teratas. Penjualan produk bermerek Coca-Cola mewakili 45% dari total perusahaan tahun lalu, dengan 13 miliar kemasan terjual.
Perubahan kebiasaan minum secara global memengaruhi Coca-Cola, tetapi merek tetap sangat penting di sektor minuman soda. Coca-Cola terus memimpin pasarnya.
Forbes mengevaluasi lebih dari 200 merek global untuk menentukan daftar terakhir 100 merek paling berharga. Merek-merek tersebut memperkuat kehadirannya di AS, menyingkirkan beberapa merek besar seperti Alibaba dan Tencent dari China.
Dalam daftar 100 teratas termasuk merek produk seperti Gillette Proctor & Gamble, serta merek yang dipasarkan dengan nama perusahaan mereka seperti American Express.
Forbes menilai merek tersebut dari tiga tahun pendapatannya dan mengalokasikan persentase dari penghasilan tersebut berdasarkan peran yang dimainkan merek di setiap industri (misalnya, tinggi untuk barang mewah dan minuman, rendah untuk maskapai penerbangan dan perusahaan minyak).
Forbes menerapkan rata-rata rentang harga-ke-penghasilan selama tiga tahun terakhir hingga penghasilan ini terhitung menjadi nilai merek akhir.
100 merek paling berharga bernilai kumulatif sebesar US$2,15 triliun, naik 10% dari tahun lalu. Mulai dari Apple di hampir US$200 miliar hingga KFC di peringkat ke-100 dengan nilai US$7,4 miliar.
Merek teknologi adalah yang paling umum, mewakili 20% dari daftar akhir, termasuk lima besar merek tersebut.
Layanan keuangan, dipimpin oleh Visa (US$24,5 miliar), memasukkan 13 merek ke dalam daftar, diikuti oleh mobil dengan 12 merek. Toyota (US$44,7 miliar) berada di peringkat kesembilan secara keseluruhan dan merupakan merek mobil teratas.
Daftar 100 merek teratas ini adalah daftar global dengan merek dari 16 negara yang berbeda, tetapi AS mendominasi dengan 54 merek, turun dari 56 tahun lalu. Jerman (12 merek), bersama dengan Perancis dan Jepang (masing-masing 7) adalah negara-negara selanjutnya yang terbaik dengan mereknya.
Netflix (US$11,5 miliar, naik 35%) dan PayPal (US$7,5 miliar, naik 33%) merupakan merek yang paling cepat naik di daftar 100 teratas.
Netflix menggandakan basis pelanggan globalnya selama tiga tahun terakhir menjadi 125 juta pelanggan. Kenaikan merek premium Netflix didorong oleh kenaikan harga di AS tahun lalu dan karena masih menambah basis pelanggannya.
Pangsa pelanggan PayPal mencapai 237 juta tahun ini, naik 43% dibandingkan tahun 2015. Keterlibatan pelanggannya tinggi, dengan 35 transaksi per akun selama 12 bulan terakhir.