
Rupiah Melemah, Beban PLN Semakin Naik
Rivi Satrianegara, CNBC Indonesia
11 May 2018 13:26

Jakarta, CNBC Indonesia- Pelemahan rupiah atas dolar Amerika Serikat (AS) turut berimbas pada kinerja keuangan PT PLN (Persero). Sebab, nilai tukar rupiah adalah salah satu komponen dalam menentukan tarif adjustment.
Kepala Satuan Komunikasi Korporat PLN, I Made Suprateka menyebut pendapatan perusahaan pelat merah itu mayoritas diperoleh dalam bentuk rupiah. Di sisi lain, pengeluaran perusahaan utamanya dalam penyediaan listrik banyak dilakukan dalam dolar AS.
"Nah, jadi secara langsung itu cukup membebani PLN. Namun demikian, Pemerintah tetap menetapkan tidak ada kenaikan tarif listrik saat ini," kata Made di Hotel Kaisar, Jumat (11/5/2018).
Meski begitu, Made mengaku PLN akan tetap mempertahankan tarif listrik sesuai dengan mandat dari pemerintah yaitu harga listrik bisa terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.
"Maka dari itu, kami melakukan terus melakukan hal-hal terkait program efisiensi. Seperti pernah disampaikan, kami melakukan berbagai upaya subtitusi energi prima, mengacu pada yang paling murah," jelas Made.
Selain itu, PLN juga berusaha meningkatkan pendapatan dari segi penjualan listrik. Dengan pasokan yang ada saat ini, perusahaan terus berusaha melakukan program seperti tambah daya."Selain itu juga upaya mensosialisasikan program-program yang terkait dengan kebiasaan masyarakat agar lebih banyak menggunakan listrik, baik itu kendaraan dan lain sebagainya," tutur Made.
Pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) turut berdampak pada kegiatan bisnis pengembang pembangkit listrik tenaga panas bumi.
Soal listrik, sebelumnya Ketua Asosiasi Panas Bumi Indonesia (API) Prijandaru Effendi menjelaskan ada dua dampak dalam pelemahan rupiah. Pertama terhadap tarif, lalu terhadap investasi. "Tarif jelas berefek, karena PLN jual dalam rupiah sementara harus bayar ke IPP dalam dolar AS, tentu saja," kata Pri.
(gus) Next Article Tagihan Listrik Bengkak, Pelanggan Bisa Mencicil ke PLN
Kepala Satuan Komunikasi Korporat PLN, I Made Suprateka menyebut pendapatan perusahaan pelat merah itu mayoritas diperoleh dalam bentuk rupiah. Di sisi lain, pengeluaran perusahaan utamanya dalam penyediaan listrik banyak dilakukan dalam dolar AS.
Meski begitu, Made mengaku PLN akan tetap mempertahankan tarif listrik sesuai dengan mandat dari pemerintah yaitu harga listrik bisa terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.
"Maka dari itu, kami melakukan terus melakukan hal-hal terkait program efisiensi. Seperti pernah disampaikan, kami melakukan berbagai upaya subtitusi energi prima, mengacu pada yang paling murah," jelas Made.
Selain itu, PLN juga berusaha meningkatkan pendapatan dari segi penjualan listrik. Dengan pasokan yang ada saat ini, perusahaan terus berusaha melakukan program seperti tambah daya."Selain itu juga upaya mensosialisasikan program-program yang terkait dengan kebiasaan masyarakat agar lebih banyak menggunakan listrik, baik itu kendaraan dan lain sebagainya," tutur Made.
Pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) turut berdampak pada kegiatan bisnis pengembang pembangkit listrik tenaga panas bumi.
Soal listrik, sebelumnya Ketua Asosiasi Panas Bumi Indonesia (API) Prijandaru Effendi menjelaskan ada dua dampak dalam pelemahan rupiah. Pertama terhadap tarif, lalu terhadap investasi. "Tarif jelas berefek, karena PLN jual dalam rupiah sementara harus bayar ke IPP dalam dolar AS, tentu saja," kata Pri.
(gus) Next Article Tagihan Listrik Bengkak, Pelanggan Bisa Mencicil ke PLN
Most Popular