
Sopir Truk Sebut Pungli Sampai Rp 2 Juta, Jokowi: Kok Gede?
Arys Aditya, CNBC Indonesia
08 May 2018 17:17

Jakarta, CNBC Indonesia - Praktik pungutan liar masih kerap terjadi di sepanjang jalan lintas Sumatera. Bahkan, seorang sopir truk harus menyetor hingga Rp 2 juta hanya untuk melewati titik-titik rawan.
Cerita itu terungkap ketika puluhan sopir dari Sumatera, Jawa dan Kalimantan berdialog dengan Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Selasa (8/5/2018). Presiden juga mengaku heran dengan praktik ini.
Seorang pengendara membeberkan lokasi rawan yang harus dilewati oleh truk logistik di lintas Sumatra. Jalanan Riau dan Medan disebut menjadi kawasan paling parah.
"Jambi sampai Medan, titik rawan paling banyak memasuki Riau dan dan memasuki Medan. Paling dominan wilayah hukumnya Polres Mesuji, mungkin Polres Mesuji sudah tahu tapi kewalahan mungkin perlu di-back-up Mabes Polri," ujar seorang sopir.
Hal ini dibenarkan oleh sopir lainnya. Dia menyebut beberapa daerah Aceh dan Riau yang menjadi lokasi pungli dan aksi premanisme.
"Dari perbatasan Aceh, Binjai sampai Medan dari Medan sampai Pekanbaru batasnya Bengkalis, dimulai lagi dari jalur Pelalawan, Riau."
Dia mencontohkan, beberapa waktu lalu dirinya bahkan sempat melihat truk yang dikendarai oleh rekannya dibakar hingga habis oleh preman yang beroperasi di lokasi tersebut.
"Habis Pelalawan Riau kemarin sampai mobil teman saya dibakar, lalu mulai aman, mulai lagi perbatasan Jambi dan Palembang."
Dalam aksi pungli, praktek premanisme menyasar kendaraan dan juga supir yang mengendarai truk tersebut.
"Masuk Sumsel yang namanya Bedengseng, rajanya, cap-capan lewat rumah makan di situ kalau kita lewat saja kita gak ngapa-ngapain kita lewat warung wajib bayar, kalau gak bayar kaca pecah, kalau enggak golok sampai di leher, kalau tidak ban kita disobek, itu siang bolong," tuturnya.
Mendengar cerita tersebut, Presiden bertanya berapa uang yang harus disetor oleh para supir kepada preman. Jawaban yang diberikan mengejutkan Jokowi.
"Bervariasi, berapa yang diingat dia saja, kalau Rp 200.000 ya Rp 200.000, kalau Rp 2 juta ya Rp 2 juta," kata seorang pengemudi.
"Loh kokĀ gede banget?" tanya Kepala Negara.
"Begitu, Pak, setelah itu jalur itu yang rawan lagi untuk sekarang mulai Kabupaten Ogan Ilir sampai ke simpang Tanjung Lumbuk khususnya Kayu Agung, berbatasan dengan kabupaten Ogan Komering Ilir," lanjutnya.
Tak cukup sampai di situ, praktek pungli yang dibarengi oleh premanisme terus berlangsung. Setiap kendaraan juga ditandai oleh kelompok-kelompok preman.
"Mobil yang pakai merek, bayar Rp 10-Rp 20.000, satu kali lewat, yang disemprot di mobil kita itu pak, mobil kita dicat lalu dibikin merek dia," kata seorang supir.
Jokowi menyebut salah satu kelompok yang telah terkenal sejak dahulu, yaitu Gajah Wuling.
"Di Sumatra merek itu RPAD, ke Medan PJSJ, ADS, AR, Sinar Toba. Tidak terhitung kalau banyaknya merek."
(ray/ray) Next Article Jokowi: Praktik Keagamaan Tertutup Harus Kita Hindari!
Cerita itu terungkap ketika puluhan sopir dari Sumatera, Jawa dan Kalimantan berdialog dengan Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Selasa (8/5/2018). Presiden juga mengaku heran dengan praktik ini.
Seorang pengendara membeberkan lokasi rawan yang harus dilewati oleh truk logistik di lintas Sumatra. Jalanan Riau dan Medan disebut menjadi kawasan paling parah.
Hal ini dibenarkan oleh sopir lainnya. Dia menyebut beberapa daerah Aceh dan Riau yang menjadi lokasi pungli dan aksi premanisme.
"Dari perbatasan Aceh, Binjai sampai Medan dari Medan sampai Pekanbaru batasnya Bengkalis, dimulai lagi dari jalur Pelalawan, Riau."
Dia mencontohkan, beberapa waktu lalu dirinya bahkan sempat melihat truk yang dikendarai oleh rekannya dibakar hingga habis oleh preman yang beroperasi di lokasi tersebut.
"Habis Pelalawan Riau kemarin sampai mobil teman saya dibakar, lalu mulai aman, mulai lagi perbatasan Jambi dan Palembang."
Dalam aksi pungli, praktek premanisme menyasar kendaraan dan juga supir yang mengendarai truk tersebut.
"Masuk Sumsel yang namanya Bedengseng, rajanya, cap-capan lewat rumah makan di situ kalau kita lewat saja kita gak ngapa-ngapain kita lewat warung wajib bayar, kalau gak bayar kaca pecah, kalau enggak golok sampai di leher, kalau tidak ban kita disobek, itu siang bolong," tuturnya.
Mendengar cerita tersebut, Presiden bertanya berapa uang yang harus disetor oleh para supir kepada preman. Jawaban yang diberikan mengejutkan Jokowi.
"Bervariasi, berapa yang diingat dia saja, kalau Rp 200.000 ya Rp 200.000, kalau Rp 2 juta ya Rp 2 juta," kata seorang pengemudi.
"Loh kokĀ gede banget?" tanya Kepala Negara.
"Begitu, Pak, setelah itu jalur itu yang rawan lagi untuk sekarang mulai Kabupaten Ogan Ilir sampai ke simpang Tanjung Lumbuk khususnya Kayu Agung, berbatasan dengan kabupaten Ogan Komering Ilir," lanjutnya.
Tak cukup sampai di situ, praktek pungli yang dibarengi oleh premanisme terus berlangsung. Setiap kendaraan juga ditandai oleh kelompok-kelompok preman.
"Mobil yang pakai merek, bayar Rp 10-Rp 20.000, satu kali lewat, yang disemprot di mobil kita itu pak, mobil kita dicat lalu dibikin merek dia," kata seorang supir.
Jokowi menyebut salah satu kelompok yang telah terkenal sejak dahulu, yaitu Gajah Wuling.
"Di Sumatra merek itu RPAD, ke Medan PJSJ, ADS, AR, Sinar Toba. Tidak terhitung kalau banyaknya merek."
(ray/ray) Next Article Jokowi: Praktik Keagamaan Tertutup Harus Kita Hindari!
Most Popular