
Dolar AS Tembus Rp 14.000, KADIN: Eksportir Untung
Exist In Exist, CNBC Indonesia
08 May 2018 14:54

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada hari ini sudah menembus Rp 14.000/US$.
Wakil Ketua Umum bidang Perdagangan Benny Soetrisno mengatakan hal ini justru menguntungkan bagi eksportir dan akan meningkatkan ekspor hingga 16% pada tahun ini.
"Dampak dari dolar yang tembus Rp 14.000 itu untuk eksportir malah menyenangkan. Hitungan kita ekspor itu bisa naik sampai 16% untuk tahun ini. Kuartal pertama ini kan ekspor kita sudah naik sekarang kira-kira US$ 50 miliar," tuturnya di Pelabuhan Tanjung Priok, Selasa (08/05/2018).
Untuk itu, lanjutnya, Indonesia harus memanfaatkan kesempatan ini untuk mendorong ekspor agar dapat memberi masukan bagi devisa negara.
"Untuk merespons itu kita harus push ekspor kita yaitu melalui logistik. Tanpa logistik, ekspor kita tidak akan keluar atau tidak bersaing. Nanti ada pekerjaan dari Kemendag yang melakukan negosiasi dagang untuk mempermudah atau mempermurah bea masuk ke negara tujuan," jelasnya.
Benny mengungkapan sepanjang pergolakan kurs rupiah tidak fluktuatif dan tidak bersifat jangka pendek, maka eksportir masih bisa menyiasatu dan menyesuaikan.
"Kalau mau naik ya naik pelan, turun ya turun pelan. Kita selalu menyesuaikan asal pelan, kalau cepat ya susah. Untuk saat ini masih bisa disiasati," kata Benny.
Meskipun demikian, lanjutnya, pelemahan rupiah ini akan merugikan bagi importir karena menyebabkan kenaikan harga.
"Yang masalah impor bahan baku untuk produksi dalam negeri karenaa ongkosnya naik, mungkin tidak linear terhadap kursnya itu, tapi komponen rupiahnya kan tetap naik. Kalau bahan bakunya impor 60%, yang lainnya 40% lokal, ya 60% dari bahan baku akan naik," paparnya.
(roy) Next Article Rupiah Melemah, Harga Jual Elektronik Terancam Naik
Wakil Ketua Umum bidang Perdagangan Benny Soetrisno mengatakan hal ini justru menguntungkan bagi eksportir dan akan meningkatkan ekspor hingga 16% pada tahun ini.
"Untuk merespons itu kita harus push ekspor kita yaitu melalui logistik. Tanpa logistik, ekspor kita tidak akan keluar atau tidak bersaing. Nanti ada pekerjaan dari Kemendag yang melakukan negosiasi dagang untuk mempermudah atau mempermurah bea masuk ke negara tujuan," jelasnya.
Benny mengungkapan sepanjang pergolakan kurs rupiah tidak fluktuatif dan tidak bersifat jangka pendek, maka eksportir masih bisa menyiasatu dan menyesuaikan.
"Kalau mau naik ya naik pelan, turun ya turun pelan. Kita selalu menyesuaikan asal pelan, kalau cepat ya susah. Untuk saat ini masih bisa disiasati," kata Benny.
Meskipun demikian, lanjutnya, pelemahan rupiah ini akan merugikan bagi importir karena menyebabkan kenaikan harga.
"Yang masalah impor bahan baku untuk produksi dalam negeri karenaa ongkosnya naik, mungkin tidak linear terhadap kursnya itu, tapi komponen rupiahnya kan tetap naik. Kalau bahan bakunya impor 60%, yang lainnya 40% lokal, ya 60% dari bahan baku akan naik," paparnya.
(roy) Next Article Rupiah Melemah, Harga Jual Elektronik Terancam Naik
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular