
Indonesia, Coba Intip Kisah Sukses Mesir di Hulu Migas
Rivi Satrianegara, CNBC Indonesia
03 May 2018 14:02

Jakarta, CNBC Indonesia- Mesir menjadi negara yang memiliki perkembangan signifikan atas investasi di sektor hulu minyak dan gas bumi (migas). Pada tahun 2015, perusahaan migas asal Italia Eni menemukan ladang gas Zohr yang memiliki cadangan gas 30 triliun kaki kubik.
Presiden Regional BP Asia Pasifik Nader Zaki, perusahaan yang memiliki hak partisipasi (participating interest/PI) sebesar 10% atas lapangan Zohr, bercerita tentang bagaimana Mesir dapat mengubah total kondisi investasi atas hulu migas di Mesir. Perubahan itu tak hanya membuat Mesir menemukan Lapangan Zohr, namun juga lapangan-lapangan lainnya.
"Mesir sempat mengalami masa sulit, tahun 2011-2013 investasi tidak ada investasi [hulu migas] sama sekali," tutur Nader dalam diskusi di IPA Convex 2018, Kamis (3/5/2018).
Lalu, hal utama yang dia lihat jadi alasan utama titik balik iklim investasi adalah dari sisi otoritas Mesir. Pemimpin saat itu, lanjut Nader, mengambil keputusan yang tergolong berbeda dan berhasil membuat investasi meningkat. "Kita bicara mengenai Zohr dan selain Zohr. Semua itu sudah diketahui BP dan ENI, di mana dengan produksi baru berarti ada 60% peningkatan produksi dalam waktu tiga tahun" ujar Nader.
Dengan terciptanya iklim investasi yang membaik, Nader memandang kolaborasi yang baik dengan kontraktor juga dibutuhkan. Dari situ, harus pula dipikirkan secara bersama-sama pengembangan jangka panjang atas potensi yang ada.
Salah satu hal yang juga jadi penunjang penemuan cadangan gas raksasa di Zohr adalah pemanfaatan teknologi. Nader bercerita dalam melakukan eksplorasi, digunakan super komputer untuk melakukan simulasi reservoar. "Kami melakukan 800 ribu simulasi reservoar dan selesai dalam 24 jam. Komputer itu bisa melakukan 1 simulasi dalam waktu 15 menit. Padahal, biasanya satu kali simulasi bisa 1 bulan," papar Nader.
Berdasarkan pengalaman operasi BP di Indonesia, Nader menceritakan hal-hal yang masih menghambat bisnis hulu migas. Hal utama yang dia nilai paling menjadi tantangan adalah infrastruktur. "Fasilitas harus bisa mendukung, dengan mengoptimalkan infrastruktur dapat membuka banyak peluang bisnis," tutur Nader.
Dalam kesempatan sama, VP Malaysia Petroleum Management Petronas Muhammad Zamri Jusoh juga memberi masukan atas apa yang dibutuhkan Indonesia dalam meningkatkan sektor hulu migas. Investasi hulu migas yang memiliki jangka waktu lama, membuat investor akan sangat berhati-hati dalam memilih tempat berinvestasi.
"Pemerintah Indonesia mungkin bisa membiarkan beberapa operator untuk mengatur diri mereka sendiri atau fleksibilitas untuk oeprator. Itu pasti akan banyak manfaat, tapi balik lagi itu tergantung masalah kepercayaan," tutur Jusoh.
(gus/gus) Next Article Harga Minyak Masih Tinggi, Kok Investasi Hulu Migas Mini?
Presiden Regional BP Asia Pasifik Nader Zaki, perusahaan yang memiliki hak partisipasi (participating interest/PI) sebesar 10% atas lapangan Zohr, bercerita tentang bagaimana Mesir dapat mengubah total kondisi investasi atas hulu migas di Mesir. Perubahan itu tak hanya membuat Mesir menemukan Lapangan Zohr, namun juga lapangan-lapangan lainnya.
Lalu, hal utama yang dia lihat jadi alasan utama titik balik iklim investasi adalah dari sisi otoritas Mesir. Pemimpin saat itu, lanjut Nader, mengambil keputusan yang tergolong berbeda dan berhasil membuat investasi meningkat. "Kita bicara mengenai Zohr dan selain Zohr. Semua itu sudah diketahui BP dan ENI, di mana dengan produksi baru berarti ada 60% peningkatan produksi dalam waktu tiga tahun" ujar Nader.
Dengan terciptanya iklim investasi yang membaik, Nader memandang kolaborasi yang baik dengan kontraktor juga dibutuhkan. Dari situ, harus pula dipikirkan secara bersama-sama pengembangan jangka panjang atas potensi yang ada.
Salah satu hal yang juga jadi penunjang penemuan cadangan gas raksasa di Zohr adalah pemanfaatan teknologi. Nader bercerita dalam melakukan eksplorasi, digunakan super komputer untuk melakukan simulasi reservoar. "Kami melakukan 800 ribu simulasi reservoar dan selesai dalam 24 jam. Komputer itu bisa melakukan 1 simulasi dalam waktu 15 menit. Padahal, biasanya satu kali simulasi bisa 1 bulan," papar Nader.
Berdasarkan pengalaman operasi BP di Indonesia, Nader menceritakan hal-hal yang masih menghambat bisnis hulu migas. Hal utama yang dia nilai paling menjadi tantangan adalah infrastruktur. "Fasilitas harus bisa mendukung, dengan mengoptimalkan infrastruktur dapat membuka banyak peluang bisnis," tutur Nader.
Dalam kesempatan sama, VP Malaysia Petroleum Management Petronas Muhammad Zamri Jusoh juga memberi masukan atas apa yang dibutuhkan Indonesia dalam meningkatkan sektor hulu migas. Investasi hulu migas yang memiliki jangka waktu lama, membuat investor akan sangat berhati-hati dalam memilih tempat berinvestasi.
"Pemerintah Indonesia mungkin bisa membiarkan beberapa operator untuk mengatur diri mereka sendiri atau fleksibilitas untuk oeprator. Itu pasti akan banyak manfaat, tapi balik lagi itu tergantung masalah kepercayaan," tutur Jusoh.
(gus/gus) Next Article Harga Minyak Masih Tinggi, Kok Investasi Hulu Migas Mini?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular