
Disindir Jokowi, Pertamina Disebut Lebih Suka Gali Blok Bekas
Gustidha Budiartie & Wahyu Daniel & Rivi Satrianegara, CNBC Indonesia
03 May 2018 11:52

Jakarta, CNBC Indonesia- Presiden Joko Widodo menyindir habis kinerja Pertamina di sektor hulu migas. Ia menilai perusahaan migas negara ini kurang agresif dalam melakukan kegiatan eksplorasi di dalam negeri.
"Yang sering membuat saya geleng-geleng kepala di industri migas ini sebagai contoh misalnya Pertamina, informasi yang saya terima sejak 1970-an tidak pernah melakukan eksplorasi besar sampai saat ini," kata Jokowi dalam pagelaran Indonesia Petroleum Association (IPA) Convention and Exhibition 2018 di Jakarta Convention Center (JCC), Rabu (5/2/2018).
Keluhan serupa juga disampaikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan dalam pertemuan di kantornya, kemarin. Menurut Jonan ketimbang mencari sumur baru, perusahaan pelat merah ini lebih tertarik melakukan pengeboran di sumur-sumur yang sudah terbukti berproduksi dan tua. Biasanya, sumur-sumur ini sebelumnya dikelola oleh kontraktor-kontraktor asing."Pertamina lebih suka ambil blok bekas," kata Jonan.
Benarkah seperti itu?
CNBC Indonesia mencoba menelusuri dalam setahun terakhir, di mana pemerintah membuka lelang puluhan blok migas baru dan juga menawarkan blok-blok terminasi kepada kontraktor migas.
Tahun 2017 pemerintah melelang 15 blok migas, terdiri dari 10 blok migas konvensional dan 5 blok migas non konvensional. Dari tawaran tersebut, 5 blok konvensional diminati oleh investor.
Adapun 5 blok dan pemenang lelang tahun lalu tersebut adalah;
1. Blok Andaman I - dimenangkan Mubadala Petrolium
2. Blok Merak Lampung - dimenangkan PT Tansri Madjid Energi
3. Blok Pekawai - dimenangkan PT Saka Energi
4. Blok Migas West Yamdena - dimenangkan PT Saka Energi
5. Blok Andaman II - Konsorsium Premier Oil dan Mubadala
Lantas, ke mana Pertamina?
Sedari lelang dibuka, pelat merah milik negara ini memang mengatakan tidak berencana untuk berinvestasi. Alasannya, sebagaimana dikatakan oleh Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam saat itu, adalah karena kemampuan dana terbatas dan tengah menggarap beberapa proyek yang membutuhkan investasi besar.
Salah satu proyek yang tengah jadi fokus Pertamina saat itu adalah pengelolaan lapangan Jambaran- Tiung Biru yang membutuhkan dana investasi sebesar US$ 1,5 juta. Sebagai catatan, lapangan ini sebelumnya dikelola oleh Exxonmobil.
Pemerintah kemudian membuka lelang berikutnya Februari lalu, tak tanggung-tanggung lelang dibuka untuk 26 blok migas, terdiri dari 24 blok konvensional dan 2 blok non konvensional.
Dari 24 blok migas konvensional ini, 5 blok ditawarkan dengan mekanisme penawaran langsung dan 19 blok migas melalui mekanisme lelang reguler.
Untuk blok yang ditawarkan langsung, Kementerian ESDM pun sudah mengumumkan pemenangnya yakni PT Cogen Nusantara Energi, Lion Energy Limited, ENI Indonesia, dan konsorsium Talisman- MOECO. Lagi-lagi, Pertamina tidak ada dalam daftar investor di blok baru tersebut.
Apakah Pertamina tidak berminat di puluhan blok baru yang ditawarkan pemerintah?
Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam sempat mengatakan bahwa perusahaan sebenarnya sedang melirik beberapa blok yang ditawarkan pemerintah.
"Ada beberapa blok eksplorasi yang cukup menarik untuk kita evaluasi lebih detail," kata Syamsu saat itu.
Meski begitu, Pertamina masih belum mau membuka blok-blok mana saja yang diincar dan berapa jumlah pastinya karena masih confidential. Tetapi, Syamsu melanjutkan, untuk tahun ini perseroan masih gencar untuk mencari sumur-sumur migas baru untuk dibor. "Untuk keseluruhan hulu, rencananya ada 27 sumur eksplorasi," kata Syamsu.
Heboh di Blok Terminasi
Hampir tak terdengar di blok-blok lelang baru, nama Pertamina justru sering disebut-sebut dalam penawaran blok terminasi atau blok bekas yang kontraknya sudah berakhir dari kontraktor sebelumnya.
Adapun 8 blok terminasi tersebut adalah adalah; Tuban, Ogan Komering, South East Sumatra, North Sumatra Offshore, Blok East Kalimantan, Attaka, dan Tengah.
Penyerahan 8 blok terminasi ini kepada Pertamina bukannya tanpa drama. Pemerintah bahkan menerbitkan aturan agar blok-blok ini diprioritaskan untuk Pertamina, dan ditawarkan sejak 2016. Tetapi tarik ulur kerap terjadi, Pertamina berkali-kali melakukan hitung-hitungan karena ada beberapa blok yang dinilai kurang ekonomis.
"Sekarang sudah diberikan 100%, jadi tidak perlu hitung lagi dan mundur mundur lagi blok. Nanti tinggal Pertamina kerjasama business to business (b to b) dengan calon mitra atau mitra eksisting," kata Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) Amien Sunaryadi.
(gus/gus) Next Article Ari Soemarno: Insentif Fiskal Pendorong Investasi Migas RI
"Yang sering membuat saya geleng-geleng kepala di industri migas ini sebagai contoh misalnya Pertamina, informasi yang saya terima sejak 1970-an tidak pernah melakukan eksplorasi besar sampai saat ini," kata Jokowi dalam pagelaran Indonesia Petroleum Association (IPA) Convention and Exhibition 2018 di Jakarta Convention Center (JCC), Rabu (5/2/2018).
Benarkah seperti itu?
CNBC Indonesia mencoba menelusuri dalam setahun terakhir, di mana pemerintah membuka lelang puluhan blok migas baru dan juga menawarkan blok-blok terminasi kepada kontraktor migas.
Tahun 2017 pemerintah melelang 15 blok migas, terdiri dari 10 blok migas konvensional dan 5 blok migas non konvensional. Dari tawaran tersebut, 5 blok konvensional diminati oleh investor.
Adapun 5 blok dan pemenang lelang tahun lalu tersebut adalah;
1. Blok Andaman I - dimenangkan Mubadala Petrolium
2. Blok Merak Lampung - dimenangkan PT Tansri Madjid Energi
3. Blok Pekawai - dimenangkan PT Saka Energi
4. Blok Migas West Yamdena - dimenangkan PT Saka Energi
5. Blok Andaman II - Konsorsium Premier Oil dan Mubadala
Lantas, ke mana Pertamina?
Sedari lelang dibuka, pelat merah milik negara ini memang mengatakan tidak berencana untuk berinvestasi. Alasannya, sebagaimana dikatakan oleh Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam saat itu, adalah karena kemampuan dana terbatas dan tengah menggarap beberapa proyek yang membutuhkan investasi besar.
Salah satu proyek yang tengah jadi fokus Pertamina saat itu adalah pengelolaan lapangan Jambaran- Tiung Biru yang membutuhkan dana investasi sebesar US$ 1,5 juta. Sebagai catatan, lapangan ini sebelumnya dikelola oleh Exxonmobil.
Pemerintah kemudian membuka lelang berikutnya Februari lalu, tak tanggung-tanggung lelang dibuka untuk 26 blok migas, terdiri dari 24 blok konvensional dan 2 blok non konvensional.
Dari 24 blok migas konvensional ini, 5 blok ditawarkan dengan mekanisme penawaran langsung dan 19 blok migas melalui mekanisme lelang reguler.
Untuk blok yang ditawarkan langsung, Kementerian ESDM pun sudah mengumumkan pemenangnya yakni PT Cogen Nusantara Energi, Lion Energy Limited, ENI Indonesia, dan konsorsium Talisman- MOECO. Lagi-lagi, Pertamina tidak ada dalam daftar investor di blok baru tersebut.
Apakah Pertamina tidak berminat di puluhan blok baru yang ditawarkan pemerintah?
Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam sempat mengatakan bahwa perusahaan sebenarnya sedang melirik beberapa blok yang ditawarkan pemerintah.
"Ada beberapa blok eksplorasi yang cukup menarik untuk kita evaluasi lebih detail," kata Syamsu saat itu.
Meski begitu, Pertamina masih belum mau membuka blok-blok mana saja yang diincar dan berapa jumlah pastinya karena masih confidential. Tetapi, Syamsu melanjutkan, untuk tahun ini perseroan masih gencar untuk mencari sumur-sumur migas baru untuk dibor. "Untuk keseluruhan hulu, rencananya ada 27 sumur eksplorasi," kata Syamsu.
Heboh di Blok Terminasi
Hampir tak terdengar di blok-blok lelang baru, nama Pertamina justru sering disebut-sebut dalam penawaran blok terminasi atau blok bekas yang kontraknya sudah berakhir dari kontraktor sebelumnya.
Adapun 8 blok terminasi tersebut adalah adalah; Tuban, Ogan Komering, South East Sumatra, North Sumatra Offshore, Blok East Kalimantan, Attaka, dan Tengah.
Penyerahan 8 blok terminasi ini kepada Pertamina bukannya tanpa drama. Pemerintah bahkan menerbitkan aturan agar blok-blok ini diprioritaskan untuk Pertamina, dan ditawarkan sejak 2016. Tetapi tarik ulur kerap terjadi, Pertamina berkali-kali melakukan hitung-hitungan karena ada beberapa blok yang dinilai kurang ekonomis.
"Sekarang sudah diberikan 100%, jadi tidak perlu hitung lagi dan mundur mundur lagi blok. Nanti tinggal Pertamina kerjasama business to business (b to b) dengan calon mitra atau mitra eksisting," kata Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) Amien Sunaryadi.
(gus/gus) Next Article Ari Soemarno: Insentif Fiskal Pendorong Investasi Migas RI
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular